Sukses

Beauty

Tak Mencari Pemenang, Ini Kontes Kecantikan yang Menuntut Jiwa Sosial Tinggi

Jakarta FIMELA berkesempatan hadir menyaksikan langsung sebuah program dengan tajuk “Putri Sulamit – Berarti Lewat Hati”, akhir bulan April kemarin. Dengan nama kompetisi yang tak pernah kita dengar sebelumnya, Putri Sulamit adalah sebuah program yang memiliki tujuan sosial, untuk membawa perubahan, dimulai dari lingkungan terdekat yang ada di sekitar kita. Program Putri Sulamit ini rdiperkenalkan kepada media 29 April 2017, di Villa Alila, Seminyak, Bali, Indonesia. Tujuan acara ini diadakan adalah untuk menemukan, membina, dan memberi dukungan penuh kepada para perempuan Indonesia untuk mewujudkan rasa peduli sosial yang mereka miliki.

Lalu, siapa saja Putri Sulamit tersebut?

Berbeda dengan kontes kecantikan pada umumnya, dimana para kontestan saling berkompetisi untuk menjadi seorang pemenang. Program Putri Sulamit yang bertema Berarti Lewat Hati ini, sama sekali tidak mencari sosok perempuan yang memegang status pemenang. Namun, program Putri Sulamit lebih menekankan tentang bagaimana cara agar visi dan misi sosial yang dimiliki oleh para peserta dapat terwujud nyata. A beauty and kind princess in training.

Putri Sulamit 2017 mengumpulkan 7 perempuan produktif yang masih belia. Mereka berasal dari beberapa daerah di Indonesia. Ketujuh Putri Sulamit tersebut adalah Akwilina Jeni (17 )dan Ngabang, A.A. Istri Putri Dwi Jayanti (20) dari Denpasar, Nishada Warih Segara Muncar (21) dari Surakarta, Poppy Indrawati (26) dari Serang, Trya Divinity Malensang (20) dari Manado, Duma Mariana Simanjuntak (20) dari Medan, Yunita Alanda Monim (19) dari Sentani.

Selain menemukan sosok perempuan yang berjiwa mulia, apa tujuan lain dari program Putri Sulamit ini?

Visi dan misi yang dirangkum cukup sederhana, namun memiliki pengaruh yang diharapkan dapat bermanfaat bagi orang banyak, jelas Yohana Limarno, selaku Founder dari Program CSR Putri Sulamit. Ketujuh peserta Putri Sulamit berasal dari latar belakang keluarga dan ekonomi yang beragam. Diyakinkan sebagai sosok perempuan-perempuan muda yang mandiri, dan punya visi besar untuk berbagi kepada lingkungan sekitar. Berbagi tidak harus berupa materi, mereka bisa berbagi ilmu dan wawasan yang mereka miliki.

Lebih lanjut tentang program Putri Sulamit, para peserta ternyata dipilih melalui proses karantina selama 14 hari di Jakarta. Sepanjang masa karantina, para kontestan dilatih untuk mengembangkan potensi sosial yang ada pada diri mereka. Dan selama berada di Bali, FIMELA pun turut berkesempatan menghadiri sebuah program yang dijalankan oleh salah satu kontentas Putri Sulamit asal Denpasar, A.A. Istri Putri Dwi Jayanti (dipanggil Gektri), yaitu “Deaf Talk”. Acara ini pun melibatkan beberapa anak tuna rungu dari komunitas Deaf Talk Bali.  Bersama Gektri, FIMELA merasakan program ini  dapat memberi semangat kepada para penderita tuna rungu agar dapat berkarya seperti layaknya seorang manusia normal seperti kita para ‘pendengar". Bukan hal yang mudah, dan pastinya sangat menginspirasi, karena tak semua orang bisa melakukannya.

Ini adalah pengalaman yang begitu berharga. Bertemu dan berkenalan dengan ketujuh peserta Putri Sulamit, dan mengetahui program-program sosial yang mereka miliki. Ada harapan untuk bangsa kita, meski kecil, lewat sosok-sosok belia yang peduli dengan lingkungan sekitarnya. Setuju?

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading