Sukses

Entertainment

Nadya Hutagalung, Membuka Diri tentang Cinta & Tekanan Menjadi Juri Asia’s Next Top Model

Next

Nadya Hutagalung

Tentang laki-laki

Hal yang paling membuat laki-laki terlihat menarik adalah etikanya. Memiliki moral yang baik dan kecerdasan emosi, membuat saya melihat sosok laki-laki menarik. Kaya, tampan, dan bertubuh tinggi sangat nggak menawan di mata saya ketika tak didukung dengan tingkah laku yang sopan. Laki-laki itu harus punya visi, pekerja keras, dan memperlakukan orang tuanya dengan baik. Baru mereka bisa terlihat atraktif untuk saya.

"Kaya, tampan, dan bertubuh tinggi sangat nggak menawan di mata saya."

Tentang menjadi ibu

Dari dulu hingga seterusnya, saya tahu bahwa alasan terbesar saya untuk hidup adalah anak-anak. Kontribusi saya pada lingkungan adalah salah satu bentuk cinta saya pada mereka karena ingin menghadirkan tempat tinggal yang lebih baik untuk mereka. Being affectionate, saya tapi juga adalah ibu yang tegas. I’m the tough one, tapi sama sekali bukan tiger mother yang mengandalkan kekesaran untuk membuat anak menurut atau mendengarkan saya. Ketegasan yang saya terapkan pada mereka adalah untuk membentuk mereka menjadi pribadi yang baik hati, cerdas terhadap lingkungan sekitarnya, dan passionate.

Ada satu cerita yang menyentuh hati saya. Anak kedua saya yang berumur 10 tahun sangat suka dengan satu jenis caramel cookies. Tiba-tiba, dia bertanya apakah cookies itu halal. Saya bertanya balik kenapa hal tersebut penting untuknya. Ternyata, dia berniat memberikan snack itu kepada temannya di sekolah yang Muslim untuk berbuka puasa, makanya dia harus memastikan terlebih dulu apakah makanan yang akan ia tawarkan nanti halal untuk temannya itu. You know what, di saat itu rasanya ada sebuah kebahagiaan yang jauh lebih besar dan membanggakan tentang anak saya ketimbang ia mendapatkan nilai bagus di sekolah. Rasanya, saya memang telah melakukan hal yang benar untuk anak saya dan kehidupan mereka di masa depan kelak. Selama mereka tumbuh menjadi orang yangbaik dan peduli dengan sesama, saya nggak menuntut apa-apa lagi dari mereka. I’ve done a right thing for my kids.

Next

Nadya Hutagalung

Tentang social media

Secara sosial, saya termasuk cukup aktif. Saya memberdayakan Twitter dan Instagram untuk merekam gaya hidup sehat saya. Tidak ada terlintas di pikiran di pikiran saya kalau kepemilikan social media tersebut adalah sebagai kapasitas saya sebagai figur publik, karena apa yang saya posting di situ juga bukanlah pakaian apa yang saya pakai hari ini, isi lemari saya, atau sepatu apa yang suka, dan semacamnya. Saya justu melihat potensi besar untuk memasyarakatkan prinsip saya melalui media tersebut, yaitu hidup sehat dan berbuat baik untuk lingkungan. Harapannya, foto dan status yang saya posting bisa menginspirasi orang lain dan membuat mereka menjadi lebih baik dengan melihat sisi lain dari lingkungan yang ditinggali. Semoga saja kebiasaan saya meminum jus setiap hari, berolahraga, atau turun kembali ke alam, bisa menggelitik orang dan menginspirasi mereka untuk berbuat hal yang sama, bahkan mungkin lebih baik.

Terdengar klise, tapi ini sebenarnya bermakna besar untuk saya. Dengan menyebarluaskan ilmu yang saya tahu, lalu dilihat dan mungkin diikuti oleh orang lain, akan bertambah aksi positif untuk membuat dunia ini menjadi lebih baik. Ketidaktahuan orang adalah faktor utama mengapa mereka tidak menyadari kalau hal yang dianggap sepele sebenarnya berefek besar untuk lingkungan. Makanya, menginformasikan tentang hal ini adalah sebuah misi yang besar. Sebenarnya, kampanye hidup hijau ini bukan baru akhir-akhir ini saja saya lakukan. Sejak tahun 90-an, saya sudah berpartisipasi dari satu konferensi ke konferensi lainnya. Hanya saja, kegiatan semacam itu hanya diikuti oleh orang yang sama terus-menerus dengan penambahan partisipan yang lambat. Melalui social media seperti sekarang ini, harus diakui kalau menyebarkan informasi semudah menjentikkan jari dan diikuti dengan peningkatan antusiasme publik untuk socially aware. So, it’s a good thing to be socially active.

"I put effort into my marriage."

Tentang cinta

Mengalami kegagalan dalam rumah tangga, saya masih sangat percaya kalau istilah happily ever after itu ada. Saya sadar kalau masih ada stigma kurang baik untuk perempuan dengan sejarah kegagalan hubungan pribadi. Namun untuk saya, itu jangan dipikirkan, karena saya pun masih berhak untuk mendapatkan sebuah hubungan yang sukses dan bahagia. Yang terpenting adalah bagaimana saya berusaha untuk membuat hubungan ini berhasil. I put effort into my marriage, yang seringkali terlupa bahwa ini juga perlu dipupuk dan terus dirawat. Oleh karena itu, saya selalu mengingatkan diri sendiri untuk menghargai dan menjaga hubungan yang saya punya, karena ini juga perlu diperhatikan layaknya karier dan anak-anak. Saya harus terus ingat apa yang menjadi prinsip dasar saya mau bersama dengan seseorang, yang tak lain adalah cinta. Saya akan berusaha sebisa saya untuk melakukan yang terbaik untuknya. Saya rasa, kunci untuk berhubungan dengan sukses adalah memberi dengan tulus tanpa ego, karena ego inilah yang menjadi masalah terbesar untuk hubungan. Ketika ego bertindak, maka kita akan menjadi pribadi yang merasa benar sendiri dan tak rela untuk meminta maaf.

Berbicara cinta, saya jadi makin sadar kalau unconditional love hanya berlaku antara ibu dan anak. Saya hanya ingin memberi tanpa mengharapkan balasan. But, at the same time…. (Nadya terdiam dan berpikir), saya rasa itu juga bukan unconditional love murni, karena di dalam hati saya masih berharap sesuatu dari mereka. Sebagai contoh, ketika saya mengucapkan ‘I love you’ kepada mereka, jujur saya menunggu jawaban ‘I love you too’ dari mereka. Ungkapan itu bukan sekadar pernyataan, tapi juga menjadi pertanyaan untuk saya. Ketika mereka menjawab “pertanyaan” itu dengan jawaban yang saya harapkan, saya senang. It’s not really unconditional love, right? (tertawa)

Next

Nadya Hutagalung

Tentang Asia’s Next Top Model

Ada miskonsepsi tentang orang tentang saya. Terlihat seperti orang yang serius, sebenarnya itu hanya berlaku untuk acara yang saya pandu sekarang, Asia’s Next Top Model. Saya memang harus berlaku seperti itu, karena acara ini sebenarnya adalah hal yang serius. Ini bukan sekadar reality show, karena diikuti oleh puluhan gadis yang benar-benar menginginkan untuk menjadi model terbaik dan menang. Serius mungkin bukan kata yang tepat, karena sebenarnya saya cukup stress terlibat di acara ini. The pressure is on for the girls and for me as well, dan itu bisa terlihat dari raut wajah saya. Saya adalah orang yang harus menyampaikan kabar buruk kepada mereka, dimana biasanya selalu diiringi dengan air mata. There were always drama and tears, dan ini menjadi pekerjaan terberat yang pernah saya jalani. Anggapan awal tentang acara ini yang saya kira akan mudah, sangat berkebalikan dan menguras energi saya baik secara fisik maupun emosi. Sering sekali, saya baru bisa menghela napas lega ketika sampai di rumah.

Tapi, kalau mengingat ke belakang, the real Nadya adalah ketika saya menjadi VJ MTV. Saya suka tertawa lepas, melakukan hal konyol, dan santai. Sampai sekarang pun, saya tetaplah seseorang yang konyol, walau menjadi ibu yang menetapkan disiplin ketat kepada anak-anak saya. Salah satu hal yang membuat saya tertawa sangat keras hingga menangis adalah ketika menonton video tentang aksi kucing di YouTube. Itu jadi semacam andalan saya. Ketika tidak sedang berada di mood yang enak, saya kumpulkan anak-anak dan suami saya untuk menonton bersama video tersebut dan tertawa sepuasnya hingga meneteskan air mata. Selain itu, tentu saja anak-anak  saya adalah sumber tawa saya. Selalu.

"Saya cukup stress terlibat di acara Asia's Nex Top Model."

Nadya di mata keluarga/manager

Nadya itu sewaktu kecil nggak cantik. Perawakannya jauh dari menarik dan sangat boyish, makanya nggak terbayangkan kalau ternyata kariernya sewaktu dewasa adalah di dunia modeling. Saya pikir dia dulu akan menjadi ibu guru, karena dia selalu bilang ingin menjadi orang yang berguna untuk orang lain. Tak heran, cita-citanya dulu adalah menjadi pemadam kebakarn. Dia juga jahil sejak kecil. Saya ingat, sewaktu dia ulang tahun, dia mendatangi setiap tetangga untuk memberitahukan kalau dia sedang berulang tahun dan diikuti dengan permintaan kado. Hingga sekarang, dia tak berubah, masih menjadi keponakan kesayangan saya dan business partmer yang profesional. Ia juga sangat apa adanya. Dengan profesinya di dunia hiburan, ia sama sekali tak menjadi orang yang bergaya hidup mewah dan jadi orang lain. Ia tetap tak terlalu suka barang bermerk mahal, tak mau mengenakan tas kulit, dan mengendarai sepeda beserta sandal jepit untuk ke supermarket.

Esther-manager Nadya selama 13 tahun

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading