Sukses

Entertainment

Widy Vierratale dan Menembak, Hobi yang Tersalurkan

Fimela.com, Jakarta Menembak merupakan olahraga kompetitif yang mengasah kemampuan kecepatan dan akurasi dengan menggunakan berbagai jenis senjata api. Menembak sendiri sudah menjad salah satu cabang olahraga di berbagai event seperti Sea Games, Asian Games, dan Olimpiade. Tak hanya digemari oleh khalayak umum, olahraga ini juga digandrungi oleh beberapa artis Indonesia, salah satunya adalah Widy Vierratale.

***

Bagi Widy, olahraga menembak merupakan hobi yang sudah ia jalani sejak beberapa tahun silam. Lantaran mendalami hobi tersebut, ia kini mendapat sertifikasi profesional sebagai atlet tembak reaksi yang mendapat izin ikut pertandingan di kancah internasional.

Ditemui saat berlatih di Prakasa Shooting Club, Cilodong, beberapa waktu lalu, pemilik nama lengkap Widy Soediro Nichlany mengizinkan Fimela.com untuk mengintip kegiatannya di akhir pekan tersebut. Dalam kesempatan itu, Widy pun menceritakan awal mula ketertarikannya terhadap olahraga menembak.

Diakui perempuan 28 tahun tersebut, ketertarikannya terhadap olahraga menembak muncul sekitar enam tahun lalu. Kala itu, perkenalannya dengan salah satu teman dari sang ayah yang gemar berburu membawa Widy mengenal lebih jauh tentang olahraga menembak.

"Awalnya mungkin karena temen-temen papa banyak yang berburu, terus aku minta mau latihan nembak. Dikenalin lah sama temennya yang berburu, dikenalin lagi sama pelatih yang ada di Perbakin, namanya Agus Budi," ungkap Widy pada Fimela.com.

Berawal dari perkenalannya dengan seorang pelatih menembak, Widy pun semakin tertarik terhadap olahraga yang mengasah konsentrasi tersebut. Sebisa mungkin, ia mengaku selalu menyempatkan diri untuk berlatih secara rutin disela-sela aktivitasnya sebagai musisi.

"Latihan lah. Awalnya coba-coba memang cuma untu kelapangannya aja, karena dulu Vierra masih manggung terus pas masih di label, jadi nggak ada waktu untuk nembak serius. Selama latihan hanya untuk rekreasi, 'Dor' satu butir (peluru) istirahat. Jadi hanya untuk mempelajari cara menembak aja kan, untuk kepuasan sendiri aja," terangnya.

Perempuan yang memiliki tato di beberapa bagian tubuhnya itu pun mengatakan merasakan kenikmatan tersendiri saat menggeluti hobinya tersebut. Menurut Widy, mendalami olahraga menembak berhasil membuatnya lebih bersosialisasi bukan sebagai seorang publik figur, melainkan masyarakat umum yang memiliki hobi menembak.

"Aku lebih lihat ke nongkrong di lapangan tembak sama temen-temen, kenalannya lebih banyak, wawasannya bertambah, namanya juga sosialisasi kan ya. Ditambah lagi hobi ini aku suka gitu loh, jadi kan menyenangkan," kata Widy Vierratale.

Jadi Atlet Profesional Tembak Reaksi

Sekian lama menjalani hobi menembak sebatas hiburan melepas penat, Widy pun akhirnya mengikuti sebuah penataran sertifikasi profesional. Kepada Fimela,com, ia menceritakan hal lucu di balik keberhasilan dirinya meraih predikat sebagai atlet tembak.

***

"Beberapa kali aku dateng (latihan di Perbakin) tiba-tiba nama aku udah didaftarin untuk penataran IPSC tembak reaksi, akhirnya diseriusin, ikut lah penataran namanya tembak reaksi," papar Widy.

Merasa 'dijebloskan' menjadi seorang atlet menembak nyatanya tak membuat Widy merasa minder. Bahkan dalam tempo yang terbilang singkat, ia berhasil melahap materi-materi teknis sehingga lulus menjadi atlet International Practical Shooting Confederation.

"Yaudah mau nggak mau aku latihan cuma 2 minggu latihan materi tembak reaksi, orang itu harusnya membutuhkan waktu setidaknya 2 bulan lah, ini aku cuma 2 minggu. Akhirnya datang ke penataran, yaudah lulus alhamdulillah," tutur Widy.

Dari situ pula lah akhirnya Widy mulai mengikuti berbagai perlombaan tembak reaksi. Hal tersebut menjadi konsekuensi setelah ia lulus menjalani tes IPSC. "Kewajibannya setelah lulus penataran tembak reaksi harus ikut pertandingan setidaknya tiga kali. Aku ikutin ternyata seru, aku bisa, yaudah dilanjutin," terangnya.

Petualangan Widy Vierratale sebagai atlet menembak pun dimulai pasca sertifikasi dari IPSC. Ia menikmati setiap pertandingan sampai ke berbagai daerah baik dalam maupun luar negeri.

Hal tersebut pun akhirnya meninggalkan kesan tersendiri bagi Widy. Meski lelah, nyatanya Widy masih tetap bisa menjalani dua profesi yang berbeda, sebagai vokalis band dan altet menembak profesional.

"Pas (lomba) ke Makassar (berkesan). Sebelum ke Makassar sebenernya udah lelah banget kan, numpuk. Ke luar negeri, ada manggung, pokoknya bener-bener lagi cape. Akhirnya ikut ke Makassar. Tadinya mikir badan udah sakit-sakit, aku kita cuma pegel-pegel otot, ternyata itu mau flu tapi aku nggak tau. Yaudah berangkat, disana dua hari nembak, pulang-pulang aku masuk UGD, jadi di rawat," paparnya.

"Satu lagi pertandingan di Kelapa Dua (Depok), itu (pertandingan) level 3, itu 4 hari. Aku ikut semuanya hand gun iya, PCC (laras panjang) juga iya, itu bener-bener gempor," terang Widy kemudian.

Jerih payah Widy Vierratale pun berbuah prestasi yang cukup membanggakan. Dalam beberapa kesempatan, ia berhasil memperoleh medali. "Aku medali paling ada kategori ladies walaupun lawan cowok-cowok tapi dapet juga peringkat. Lawan cowok emang agak susah karena kita latihannya tuh harus kerja keras banget, sehari bisa seribu butir dan di sini kan mahal (harga peluru), beda sama di luar," ujar Widy.

Sayangnya, menurut Widy, sampai saat ini olahraga menembak reaksi belum diperlombakan secara resmi di Indonesia sehingga belum bisa menjadi sebuah cabang olahraga. Maka dari itu, predikatnya sebagai atlet belum bisa sampai mewakili nama Indonesia di kancah internasional.

"Atlet tembak reaksi kan nggak didukung oleh negara karena nggak masuk PON, ini biaya sendiri dan ikutnya keluar negeri. Jadi menurut aku kalau difokusin, not my passion ya, bukan goals aku, I'm here for funnya aja sih, untuk ilmunya aja. Soalnya emang nggak ada hadiahnya," ungkapnya.

Belajar Tentang Hidup dari Hobi

Sama seperti hobi lain, menembak bagi Widy Vierratale juga menuntut beberapa konsekuensi yang harus ia korbankan. Diakuinya, menembak merupakan salah satu hobi yang terbilang mahal karena harus mengedepankan faktor keamanan.

***

Tak dipungkiri Widy, resiko cedera dari olahraga yang ia geluti terbilang cukup tinggi. Maka dari itu, sebisa mungkin ia harus selalu mengikuti rule-rule standard operational yang ditetapkan.

"Alhamdulillah sampai sekarang belum (cedera), jangan sampai. Kadang orang kan suka lupa diri ya, takabur. Karena udah bisa jadi lupa safety-safety-nya. Kebanyakan orang yang cedera karena udah lupa safety-nya, terlalu gegabah," tutur Widy.

"Yang paling penting itu ada 4. Pertama anggap senjata selalu terisi. Kedua ujung laras nggak boleh kemana-mana, harus ke arah target. Ketiga pasti tutup telinga sama kacamata, keempat jari telunjuk harus selalu diluar pelatuk, udah gitu aja," tambahnya.

Dan, menembak nyatanya tak hanya sekedar hobi yang menjadi 'profesi baru' bagi Widy Vierratale. Jauh daripada itu, ia pun memetik banyak pelajaran hidup dari kegemarannya tersebut.

Dikatakan Widy, menembak reaksi bukan sekedar olahraga yang menuntut fisik yang prima. Lebih dari itu, menurutnya, olahraga yang ia gandrungi juga menerapkan beberapa pelajaran hidup yang bisa dipetik, seperti fokus dan kesabaran.

"Otaknya jadi kepakai terus ya karena mikir kan, ini bukan bidang yang gampang karena otak sama gerakan itu harus singkron. Kecepatan, akurasi, mikirin apa yang mau ditembak duluan. Kesabaran juga. Nembak itu susah banget sebenernya. Bagus utk psikis lah, biar nggak stress sama kerjaan. Jadi kan ya serunya di situ juga," pungkas Widy.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading