Sukses

Entertainment

5 Alasan Penantian Film Bumi Manusia Takkan Sia-Sia

ringkasan

  • Apakah Anda sudah atau belum membaca Bumi Manusia, penantian film ini tidak akan sia-sia.
  • Nilai positif yang ditawarkan dengan pemilihan Iqbaal Ramadhan adalah meregenerasi pembaca novelnya.
  • Bumi Manusia yang diadaptasi dari novel karya Pramoedya Ananta Toer, menghabiskan dana hingga sebesar Rp 4 miliar.

Fimela.com, Jakarta Banyak yang sudah menunggu film hasil adaptasi novel karya Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia. Hak cipta film ini beberapa kali berpindah hak adaptasi novel ke film. Akhirnya, Falcon Pictures mewujudkan karya film ini dengan sutradara Hanung Bramantyo.

Bumi Manusia bercerita tentang perjalanan seorang tokoh bernama Minke. Minke adalah salah satu anak pribumi yang sekolah di HBS. Pada masa itu, yang dapat masuk ke sekolah HBS adalah orang-orang keturunan Eropa. Minke digambarkan sebagai seorang revolusioner di buku ini.

 

Ia berani melawan ketidakadilan yang terjadi pada bangsanya. Ia juga berani memberontak terhadap kebudayaan Jawa, yang membuatnya selalu di bawah.

Apakah Anda sudah atau belum membaca Bumi Manusia, penantian film ini tidak akan sia-sia. Berikut 5 alasannya.

 

1. Novel yang Keren

Tetralogi Buru, julukan untuk empat novel karaya Pramoedya Ananta Noer yang dikerjakan ketika Pram dipenjara di Pulau Buru. Berawal dari cerita yang dituturkan lantas menjadi novel Bumi Manusia, Jejak Langkah, Anak Semua Bangsa, dan Rumah Kaca. Sebagai kekayaan sastra novel ini tak cuma dinikmati di Indonesia namun juga di berbagai negara.

Bumi Manusia merupakan novel karangan Pramoedya Ananta Toer yang rilis pertama kali pada tahun 1980. Setahun berselang, bagian pertama dari Tetralogi Buru ini dilarang beredar lantaran dituding mempropagandakan paham komunisme.Di luar kekuasaan politik yang mengekang peredarannya, novel Bumi Manusia memang layak dicintai.

 

2. Penantian Panjang

Memang sudah bukan rahasia lagi hak cipta memfilmkan novel Bumi Manusia 'berlari' dari satu produser ke produser lain. Kendala dana menjadi salah satu kendala utama yang membuat film Bumi Manusia tak segera terwujud. Dengan setting awal 1900, jelas butuh banyak biaya untuk membuat setting film Bumi Manusia.

Bumi Manusia sempat ditawar oleh sineas asing yakni Oliver Stone sutradara film Platoon untuk diadaptasi ke layar lebar. Sayangnya Pramoedya membatalkan hal tersebut lantaran ingin karyanya difilmkan oleh sineas Tanah Air.

Suara pembuatan film Bumi Manusia kembali terdengar pada 2004 seperti dirangkum dari berbagai sumber. Ialah PT Elang Perkasa dengan Citra Sinema milik Deddy Mizwar menandatangani kontrak adaptasi memasang Garin Nugroho sebagai sutradara dan Jujur Prananto sebagai penulis skenario.

Tapi kabar itu tak lagi terdengar hingga ada kabar lain pada tahun 2008 salah seorang produser menawarkan Hanung mengadaptasi Bumi Manusia. Hanung sempat meminta kepada Salman Aristo untuk menulis skenario walau berujung pada penolakan lantaran pria yang akrab disapa Aris itu mengaku belum siap.

Tahun 2015 sutradara nyentrik Anggy Umbara membocorkan bila rumah produksi Falcon Pictures telah membeli hak adaptasi Bumi Manusia. Kala itu Anggy sangat antusias membicarakan penulisan draft skenario film Bumi Manusia. Namun, ketika Anggy bekerjasama dengan rumah produksi di luar Falcon Pictures maka kabar ini jadi angin lalu.

Kabar kejelasan adaptasi novel Bumi Manusia menjadi film akhirnya muncul ketika Falcon Pictures mengundang media untuk mengunjungi lokasi syuting film Bumi Manusia di kawasan Yogyakarta. Hanung Bramantyo didapuk menjadi Sutradara dengan penulis skenario Salman Aristo.

 

3. Hanung Bramantyo

Impian seorang Hanung Bramantyo untuk memfilmkan novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer memang sudah jadi kenyataan. Sejak SMA, Hanung bermimpi untuk menggarap film dari novel Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia, akhirnya terwujud dalam film terbaru produksi Falcon Pictures berjudul sama.

Dengan semringah, Hanung Bramantyo menceritakan betapa dirinya sangat mengagumi Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer. Ketika duduk di bangku kuliah, sutradara film Kartini itu pun bermimpi bisa memfilmkan buku pertama dari Tetralogi Buru tersebut.

Awal kisahnya, Hanung Bramantyo mendatangi langsung Pramoedya Ananta Toer di sebuah tempat. Ia kemudian mengungkap mimpinya di depan sang sastrawan.

"Ini berawal dari mimpi. Saya pertama kali membaca novelnya sejak SMA, lalu saya lanjutkan lagi kuliah. Lalu saya mendatangi Pram dan bilang saya mau membuat film Bumi Manusia. Dia cuma ketawa," ujar Hanung Bramantyo saat jumpa pers Bumi Manusia di Sleman, Yogyakarta beberapa waktu lalu.

Saat itu, Pramoedya Ananta Toer tak bermaksud meremehkan atau menolak mimpi mahasiswa bernama Hanung Bramantyo mentah-mentah. Hanya saja, saat itu, Bumi Manusia sudah ditawar oleh rumah produksi internasional. Tapi takdir berkata lain, Bumi Manusia menjadi jodohnya. Untuk mimpi lamanya, Hanung tentu akan memberikan yang terbaik di film Bumi Manusia. 

 

4. Iqbaal Ramadhan

Pemeran utama film Bumi Manusia adalah Iqbaal Ramadhan. Iqbaal adalah bukti keberhasilan seni dan insdutri film termutakhir. Sebagai Dilan, Iqbaal mendapat penolakan pada awalnya oleh para penggemar novel kraya Pidi Baiq tersebut. Tapi, setelah film jadi Iqbaal bisa membuktikan kemampuan aktingnya melebihi ekspektasi orang-orang yang meragukannya. Ditambah penggemar fanatiknya juga membuat Dilan sukses mencapai box office terlaris kedua sepanjang masa setelah film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss dengan perolehan 6.315.096 penonton.

Bioskop adalah dunia anak muda, ini fakta lain. Berdasarkan rilis yang dibuat oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia terkait sektor ekonomi kreatif, peningkatan jumlah penonton pada 2017 lalu tercatat hingga 42,7 juta orang. Jumlah ini meningkat drastis apabila dibandingkan dengan capaian 2015 lalu yang hanya sebesar 16 juta.

Remaja dan anak muda menjadi penonton utama di bioskop. Film Dilan menjadi contohnya, antrian panjang film ini dipenuhi oleh anak- anak muda. Jadi, Iqbaal dengan 6,9 juta follower di instagram adalah simbol usaha untuk mencapai titik balik modal pembuatan film Bumi Manusia.

Nilai positif yang ditawarkan dengan pemilihan Iqbaal adalah meregenerasi pembaca novelnya. Anak-anak muda yang sudah tak tertarik lagi dengan novel Bumi Manusia jadi penasaran karena terpikat oleh Iqbaal sebagai pemainnya.

 

5. Setting Awal Abad 90-an

Sesuai dengan novelnya, film ini akan mengambil setting awal tahun 1900. Hanung Bramantyo menciptakan alam sendiri untuk membangung setting yang diharapkan. Di Indonesia tidak memiliki setting kuno yang mumpuni.

Selama ini jika film Indonesia membutuhkan setting kuno, rumah produksi putar otak untuk menggunakan kawasan wisata kota tua di beberapa kota untuk membuat lokasi syuting. Sebagai Sutradara, Hanung Bramantyo memilih langkah berbeda ketika membuat film Bumi Manusia.

Ia membangun permanen set kota di kawasan studio alam, Dusun Gamplong, Desa Sumberrahayu, Sleman, Yogyakarta. Hanya untuk membangun settingnya saja, film Bumi Manusia yang diadaptasi dari novel karya Pramoedya Ananta Toer, menghabiskan dana hingga sebesar Rp 4 miliar. Dana ini bisa untuk membuat 2-3 film Indonesia dengan biaya rata-rata. Tentu menarik untuk menunggu penampakan setting awal abad 90-an di film Bumi Manusia. 

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading