Sukses

Fashion

Filosofi Seragam Serba Putih Anggota Paskibraka yang Penuh Makna

Fimela.com, Jakarta Setiap tanggal 17 Agustus, masyarakat merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia. Biasanya, HUT RI akan dimulai dengan upacara bendera di pagi hari.

Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) pun menjadi bagian penting dari upacara bendera.  Mereka bertugas mengibarkan bendera di pagi hari, hingga menurunkan bendera di sore hari.

Seperti yang kita tahu, seragam Paskibraka didominasi warna putih, dengan berbagai atribut pelengkap misalnya saja peci, lambang anggota, hingga scraf di leher yang biasanya berwarna merah.

Lalu bagaimana sebenarnya filosofi seragam Paskibraka Indonesia? Melansir Buletin Paskibraka 78 Edisi Agustus 2007, di tahun 1973, Idik Sulaeman melahirkan nama Paskibraka.

Bukan itu saja, Idik juga menciptakan seluruh atribut yang sampai sekarang dapat dilihat dalam seragam Paskibraka. Atribut itu mulai dari pakaian seragam, sampai Lambang Anggota Paskibraka, Lambang Korps Paskibraka dan Tanda Pengukuhan. Sebelum tahun 1973, Paskibraka tidak mempunyai Lambang Anggota maupun Lambang Korps yang dapat dibanggakan.

Bentuk seragam

Sejak semula saat dimulai membentuk pasukan percobaan penggerek Bendera Pusaka tahun 1967, pakaian seragam pasukan ini ditetapkan putih-putih, sedangkan warna merahnya hanya digunakan sebagai aksen berupa scraf merah penutup leher bagian depan seperti biasa digunakan prajurit ABRI/TNI kalu menggunakan seragam lapangan upacara. 

Warna putih dipilih sebagai makna kesucian dalam melaksanakan tugas pokok mengibarkan dan menurunkan Bendera Pusaka Merah Putih. Sebelum tahun 1981, model pakaian seragam Paskibraka cukup sederhana, dan masih tampak penonjolan keremajaannya:

Putra dengan kemeja putih lengan panjang yang bagian bawahnya dimasukkan ke celana panjang putih dengan ikat pinggang juga berwarna putih.Putri dengan kemeja lengan panjang dengan bagian bawah model jas. Tetapi setelah tahun 1981 hingga 2018, dengan alasan disamakan modelnya dengan seragam ABRI/TNI dari kelompok 45/pengawal, seragam Paskibraka mengalami perubahan. 

Paskibraka putra menggunakan kemeja model jas dengan gesper lebar dari kain, sementara Paskibraka putri tidak berubah. Dengan tampilan baru ini, Paskibraka memang kehilangan penampilan remajanya dan terlihat seperti orang dewasa.

Peci antara putra dan putri mempunyai bentuk yang berbeda. Jika putra mengenakan peci datar berukuran 10 cm, anggota putri memakai peci dengan bentuk belakang yang sedikit melengkung. Peci putra dan putri ini memuat lambang Garuda Pancasila yang sama pada bagian depannya.

Bentuk jas seragam paskibraka mirip dengan busana Sukarno. Sukarno memilih jas karena ia selalu percaya bahwa tampil rapi bisa mempengaruhi kondisi mental seseorang. Setelah masa kemerdekaan, Sukarno konsisten mengenakan jas bergaya militer ketika tampil di depan publik.

Hingga akhirnya menginspirasi seragam Paskibraka.Seragam tersebut terlihat terinspirasi dari seragam anggota militer Amerika Serikat. "Survey of U.S. Army Uniforms, Weapons, and Accoutrements" (2007) menyebut bahwa Sebelum perang dunia 1, kemeja yang digunakan oleh anggota angkatan bersenjata Amerika Serikat berbentuk kerah bundar dan tinggi.

Berbagai lambang di seragam anggota Paskibraka

Selain pakaian serba putih ada berbagai lambang di pakaian para anggota Paskibraka. Misalnya saja lambang Anggota Paskibraka dikenakan di bahu baju berupa kontur warna perak di atas bulatan putih yang diletakkan pada segi empat berwarna hijau.

Semula, pada kelopak bahu seragam Penggerek Bendera dikenakan lambang dengan tanda ciri pemuda dan Pramuka —karena kedua unsur inilah yang menjadi pendukung pasukan.

Lambang untuk pemuda berupa bintang segilima besar sedangkan untuk Pramuka berupa cikal kelapa kembar. Namun, penggunaan lambang itu mendapat kritikan negatif dari sejumlah pihak yang kurang senang dengan keberhasilan dan popularitas pengibar bendera pusaka yang begitu cepat naik. Itulah yang kemudian mendorong Idik Sulaeman merancang Lambang Anggota Paskibraka yang baru dan dapat menggambarkan siapa sebenarnya para anggota Paskibraka itu.

Akhirnya desain Lambang Anggota Paskibraka adalah setangkai bunga teratai yang mulai mekar dan dikelilingi oleh sebuah gelang rantai, yang mata rantainya berbentuk bulat dan belah ketupat. Mata rantai bulat berjumlah 16, begitu pula mata rantai belah ketupat. Bunga teratai yang tumbuh dari lumpur (tanah) dan berkembang di atas permukaan air bermakna bahwa Anggota Paskibraka adalah pemuda yang tumbuh dari orang biasa, dari tanah air yang sedang berkembang dan membangun.

Tiga helai kelopak bunga tumbuh ke atas bermakna “belajar, bekerja dan berbakti”, sedang tiga helai kelopak ke arah mendatar bermakna “aktif, disiplin dan gembira”. Mata rantai yang saling berkaitan melambangkan persaudaraan yang akrab antar sesama generasi muda Indonesia yang ada di berbagai pelosok (16 penjuru angin) tanah air.

Rantai persaudaraan tanpa memandang asal suku, agama, status sosial dan golongan akan membentuk jalinan mata rantai persaudaraan sebangsa yang kokoh dan kuat, sehingga mampu menangkal bentuk pengaruh dari luar dan memperkuat ketahanan nasional, melalui jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan yang telah tertanam dalam dada setiap anggota Paskibraka. 

Untuk mempersatukan korps, Paskibraka di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota ditandai dengan Lambang Korps yang sama. Untuk tingkat provinsi dan kabupaten/kota, Lambang Korps harus ditambahi dengan tanda lokasi terbentuknya pasukan. Sebelum tahun 1973, Lambang Korps Penggerek Bendera berupa lencana berbentuk perisai dari bahan logam kuningan dengan gambar sangat sederhana: di tengah bulatan terdapat bendera merah putih dan di luar lingkaran terpampang tulisan “PASUKAN PENGEREK BENDERA PUSAKA”

#elevate women

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading