Sukses

Fashion

Diary Fimela: Melirik Ilustrasi Ikonik Bertema Indonesia yang Digambar Tangan dalam Produk Sancraft

Fimela.com, Jakarta Sancraft sebuah brand yang mengangkat tema Indonesia melalui ilustrasi ikonik yang digambar tangan oleh sang owner, Sanjung Sari Pursie. Ilustrasi dengan warna cerah dan ceria menjadi kekhasan dari Sancraft, tidak hanya itu ilustrasi yang terinspirasi dari ikon-ikon terkenal di Indonesia juga menjadi pesona dari produk Sancraft hingga sering kali menjadi souvenir yang dibeli wisatawan.

Untuk mengetahui titik awal lahirnya Sancraft, kita harus melakukan flashback ke tahun 2010, dimana Sanjung pertama kali terpikir untuk melukis doodle di totebag-nya di masa-masa kuliah. Memiliki latar belakang pendidikan seni dan juga memiliki hobi menggambar, namun Sanjung mengaku belum terlalu percaya diri memamerkan karya lewat pameran.

”Saat itu aku bukan tipe mahasiswa yang melakukan pameran sana sini, masih belum percaya diri, jadi karyanya di keep sendiri saja. Karena di akhir kuliah aku banyak waktu luang sambil skripsi-an jadi terpikirlah bikin karya yang bisa bermanfaat untuk orang banyak,” kata Sanjung mulai bercerita.

Berkarya seni tidak harus selalu dikenalkan lewat pameran

Zaman kuliah, Sanjung memanfaatkan waktu luang sembari mengerjakan skripsi, dan dirinya bukanlah tipe yang sering melalukan pameran untuk karya lukisnya. Hingga terpikir untuk membuat karya melalui doodle yang dilukis di totebag sekembali ke Jakarta sehabis KKL di Jogjakarta. Inspirasi awal untuk totebag ini Sanjung dapatkan melalui seniman-seniman di Maliboro pada saat masa Kuliah Kerja Lapangan (KKL).

“Jadi pas balik ke Jakarta jadi punya ide, aku ingin membuat totebag yang dilukis sama aku sendiri. Dari situ adalah respons positif dari teman. Kemudian baru aku pikir dari situ untuk buat jadi jualan saja sekalian tambah-tambah jajan. Kemudian aku jual online juga tapi masih pribadi saja saat itu belum ada label nya,” jelas Sanjung.

Sanjung terus mengembangkan usahanya, hingga ia memiliki kesempatan untuk masuk di bidang ritel. Sanjung memutar otak untuk menemukan cara yang efektif agar masyarakat lebih mengenal produk-produknya. Sampai Sanjung memutuskan memberi produknya pertama kali dengan nama Sancraft.

“Sancraft sendiri san itu dari nama aku dan craft itu di translate jadi kerajinan jadi sesuatu yang aku produksi itu berhubungan dengan kerajinan dan karya seni yang sesuai dengan background aku,” kata Sanjung mengenang momen ia memberi nama pada produk yang telah ia tekuni.

Memberdayakan penjahit lokal

Sanjung dalam proses produksi totebagnya dibantu oleh ibunya untuk menjahit totebag. Namun, seiring perkembangan usaha yang dijalaninya hingga ia bisa membutuhkan sumber daya lebih banyak dari sebelumnya untuk memproduksi produk dasar seperti totebag, kaus, topi, dan produk jahitan lainnya.

Sanjung bekerja sama dengan penjahit lokal yang ada di Jakarta dalam memproduksi produk Sancraft. Untuk menemukan penjahit yang sesuai dengan visi dan misi Sanjung pun membutuhkan waktu untuk menemukannya. Untuk ilustrasi masih tetap Sanjung sendiri yang melukisnya.

“Hingga saat ini masih aku sendiri (melukis ilustrasi), tapi bagian produksi jahit menjahit saya kolaborasi juga bersama penjahit lokal yang ada di Jakarta,” tutur Sanjung.

Belajar menjalankan bisnis secara learning by doing

Sanjung sendiri memiliki latar belakang pendidikan di bidang seni dan sama sekali belum pernah belajar mengenai bisnis praktis. Hal membuat setiap langkah membangun brand Sancraft selalu penuh tantangan bagi Sanjung. Dengan menerapkan learning by doing, Sanjung mulai membangun brandnya sendiri.

“Dari dulu tantangannya selalu sama, karena aku memang datar belakangnya seni, terus kecemplung lah ke dunia bisnis jadi sambil learning by doing aku belajar soal bisnis. Terus juga ada banyak pelatihan aku suka ikutan juga,” kata Sanjung.

Terus memasuki pandemi, tantangan bisnis makin sulit. Sancraft memang bukanlah produk yang dikonsumsi sehari-hari dan lebih bersifat produk souvenir dan oleh-oleh. Sebelum pandemi Sancraft bergabung dengan salah satu e-commerce di Indonesia, Tokopedia, karena saat itu ia memiliki rencana dengan rekannya untuk memproduksi produk baru dengan bergabungnya Sancraft dengan marketplace itu diharapkan bisa membantu mempromosikan produk baru. Namun, terhalang karena pandemi membuat rencana itu pun dipending.

Sanjung harus memutar otak untuk membuat Sancraft tetap eksis di tengah menurunnya permintaan produk souvenir di kala pandemi. Akhirnya Sancraft bekerja sama dengan Jagadiri Projek yang basicnya memproduksi alat-alat pendukung kesehatan di kala pandemi, seperti masker salah satunya.

“Dalam kolaborasi ini Sancraft keluar dari konsep desain yang biasanya yang colorful, jadi produk monokrom. Dan produknya tidak di cat tapi dibordir untuk membedakan dengan kompetitor lain. Untuk desain ilustrasinya sendiri aku ambil yang best seller seperti peta Indonesia dan ikon ikon Jakarta seperti bajaj dan ondel-ondel. Responsnya sangat baik,” ujar Sanjung.

Jika punya ide bisnis mulai saja dulu

Menurut Sanjung, untuk memulai bisnis di zaman sekarang ini cenderung lebih mudah dibanding dulu. Tidak butuh banyak modal, siapa pun bisa memulai bisnis, terutama mereka yang memiliki ide original.

“Kan sayang kalau ada ide tapi tidak pernah direalisasikan, tapi coba jalani saja dulu.”

Sanjung mengingat bagaimana ia memulai brand Sancraft dari kuliah dulu hingga sekarang yang hanya dimulai dari hobi dan keinginan untuk mencoba hingga terus berkembang sampai saat ini. Sanjung membagikan bahwa ada banyak tantangan dalam membangun brandnya, tapi di saat yang sama banyak pala pengalam sangat berkesan ketika produk yang di buatnya di terima dan dihargai masyarakat. Sancraft pernah di apresiasi oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan salah satunya.

Namun, Sanjung bercerita salah satu pengalaman berkesannya adalah ketika produk yang dilukis dan diproduksinya menjadi bagian kenangan indah bagi pelanggannya.

“Pernah ada pelanggan orang asing, dan dia ingin produk Sancraft jadi bagian dari pernikahan dia. Itu jadi pengalaman berkesan banget untuk aku,” tutup Sanjung.

*Penulis: Tasya Fadila.

#Women for Women

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading