Sukses

Health

IDAI Khawatir PTM akan Berpotensi Meningkatkan Angka Kasus Baru COVID-19 pada Anak

Fimela.com, Jakarta COVID-19 pada anak masih menjadi ketakutan terbesar untuk berbagai pihak. Berdasarkan data laporan kasus COVID-19 pada anak yang dipublikasikan dalam jurnal Frontiers in Pediatrics, sebanyak 37.706 anak telah terkonfirmasi positif tertular COVID-19 ketika pandemi gelombang pertama. 

Hal itulah yang menjadi salah satu kekhawatiran terbesar bagi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) terkait pembelajaran tatap muka (PTM) yang saat ini telah memasuki fase uji coba. 

Anak sangat berpotensi tertular COVID-19 dan jumlah kasusnya pun cukup banyak. Dalam hal ini, dr. Yogi Prawira SpA(K) dari IDAI mengungkapkan bahwa data-data tersebut harus disepakati bersama demi mencegah terjadinya kasus baru pada anak. 

“Itu, kan, datanya diambil dalam rentang Maret-Desember 2020 dengan kondisi anak masih cukup aman di dalam rumah, belum terpapar dunia luar. Kedua, beberapa studi justru menunjukkan kalau transmission rate pada remaja (usia di bawah 12-14 tahun) itu malah bisa lebih efektif,” jelas Yogi, dikutip dari Liputan6.com, Selasa (28/9). 

Ia menambahkan bahwa gejala COVID-19 yang muncul pada anak cenderung ringan, tetapi konsentrasi virusnya tetap tinggi di saluran pernapasan dan tetap berisiko tinggi dalam penularannya. 

Berisiko Terpapar Lewat Transmisi Lokal

Yogi menjelaskan, PTM akan membuat anak berisiko tinggi terpapar COVID-19 lewat transmisi lokal ketika perjalanan berangkat ke sekolah. 

“Bayangkan kalau anak berangkat ke sekolah dengan transmisi lokal di daerah situ masih belum terkendali, sehingga masih ada risiko dia terpapar, dan ia berpotensi menularkan orang rumah karena ia membawa virus itu dari luar ke rumah,” ujar Yogi. 

Kondisi tersebut berpotensi diperparah dengan kondisi masyarakat Indonesia yang masih tinggal dengan tiga generasi dalam satu rumah. 

“Nanti orangtuanya tertular, kakek neneknya tertular. Bisa menjadi masalah baru,” tambahnya. 

Salah Kaprah COVID-19 Pada Anak

Masih banyak masyarakat yang salah kaprah terkait COVID-19 pada anak. Padahal sebenarnya, masih banyak hal yang belum dipahami, salah satunya tentang long covid. 

Banyak orang berpikir bahwa jika anak terkena COVID-19 akan aman-aman saja dikarenakan anak-anak tidak memiliki komorbid atau penyakit bawaan. Padahal, efek samping dari COVID-19 pada anak ini sama bahayanya dengan orang-orang dengan penyakit komorbid. 

Long covid ini dilaporkan awalnya pada dewasa, kemudian pada anak, dan saat ini penelitian mengenai long covid-19 pada anak masih dilakukan,” kata Yogi. 

Meski anak-anak terpapar gejala ringan atau sedang, efek dari long covid tersebut belum dapat diketahui dengan jelas akan bertahan seberapa lama pada anak. Sehingga, orangtua perlu waspada akan risiko COVID-19 pada anak, terutama di masa uji coba PTM saat ini. 

 

Penulis: Chrisstella Efivania

#ElevateWomen

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading