Sukses

Health

Mengenal Kesehatan Mental dan Hubungannya dengan Agama

Fimela.com, Jakarta Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Pasalnya, kesehatan mental juga bisa mempengaruhi perilaku dalam kegiatan sehari-hari. Mental yang berarti watak atau batin manusia dan berasal dari kata latin mens berarti jiwa, nyawa, sukma, roh, semangat. Sedangkan istilah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah aktivitas jiwa, cara berpikir, dan berperasaan.

Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan mental ialah keadaan sejahtera di mana setiap individu bisa mewujudkan potensi mereka sendiri. Bisa dikatakan mereka bisa mengatasi berbagai tekanan dan hidup secara normal sehingga bisa produktif, bermanfaat, dan memberikan kontribusi pada lingkungan mereka.

Hubungan Kesehatan Mental dengan Agama

Lantas, adakah hubungannya antara kesehatan mental dengan agama? Pada saat memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia pada 10 Oktober 2022, Emotional Health For All (EHFA) bekerja sama dengan Yayasan Kesehatan Umum Kristen (YAKKUM) dan Black Dog Institue melaksanakan “Deklarasi Relio-Mental Health Indonesia”  merupakan deklarasi kesehatan mental lintas agama untuk mengatasi kesehatan mental yang terjadi di Indonesia.

“Kesehatan mental dan bunuh diri berdampak besar pada ekonomi, dengan perkiraan biaya Rp582 triliun per tahun dalam kematian dan hilangnya produktivitas, sementara kemajuan untuk penanganan kesehatan mental berjalan lambat” ujar Project Leader & Founder, EHFA dan President Indonedian Association for Suicide Prevention Dr. Sandersan Onie, saat webinar Hari Kesehatan Jiwa Sedunia secara online, Senin (10/10/2022).

Dr. Sandersan juga mengungkapkan “Kami sering menemukan kejadian deskriminasi yang didasari pada keyakinan keliru tentang agama. Misalnya, orang dengan gangguan kesehatan mental dianggap kurang imannya. Inilah sebabnya mengapa meskipun bertahun-tahun dilakukan pendidikan tentang kesehatan mental, namun kemajuannya sangat lambat”

 

Pendapat para Pemuka Agama

Melalui deklarasi ini, tujuh tokoh agama KH. Miftahul Huda (Majelis Ulama Indonesia), Rm. Y. Aristanto HS, MSF (Komisi Waligereja Indonesia), drg. I Nyoman Suarthanu, MAP KH Samidi Husna (Pengurus Besar NU), drg. I Nyoman Suarthanu. MAP (Parisada Hindu Darma), I Wayan Sianto (Perwakilan Walubi Indonesia), Prof. Dr. Musdah Mulia, M.A (Internasional Center for Religions and Peace), Pdt Jackelyn Manuputty (Persatuan Gereja-Gereja di Indonesia) dan Pdt Mardi Wibowo (Jakarta Praise Church Community) mempersatukan pandangannya terhadap kesehatan mental dengan mentandatangani  “Deklarasi Relio-Mental Health”.

Berdasarkan isi deklarasi tersebut, telah nyatakan bahwa pemuka dari lima kelompok agama setuju bahwa masalah kesehatan mental bukanlah hal yang memalukan, serta mengedepankan pentingnya peran lingkungan dan keluarga dalam mendampingi orang dengan masalah kesehatan mental. Di saat yang sama, deklarasi ini juga mendorong lembaga keagamaan dan instansi pemerintah seperti Kementerian untuk berkolaborasi dalam meningkatkan pelayanan dan penanganan masalah kesehatan mental serta pencegahan bunuh diri.

Aktivitas HAM dan penggiat inklusi Dr. Bahrul Fuad, M.A juga menyebutkan tentang betapa pentingnya pendekatan agama terhadap pandangan disabilitas di Indonesia, karena keikutsertaannya dalam merancang Fikih Disabilitas NU dan Lombok Declaration. “Selama ini berbagai agama mempercayai bahwa perilaku bunuh diri merupakan perbuatan dosa besar, sehingga mereka yang mencoba bunuh diri mengalami berbagai jenis stigma dan dipandang buruk dan orang yang meninggal karena bunuh diri dilabeli sebagai orang yang tidak bermoral atau memiliki jiwa renda dan tidak termaafkan” Sebut Dr. Bahrul pada acara tersebut.

Padalah sebenarnya temuan ilmiah menunjukkan bahwa perilaku bunuh diri banyak disebabkan oleh situasi di luar individu yang menyebabkan keguncangan metal atau jiwa dan mendorong perilaku bunuh diri. “Pada konteks ini, agama dan tokoh agama memiliki peran yang sangat sentral dalam mendorong pentingnya merawat kesehatan mental dan mencegah perilaku bunuh diri,” Menurut Dr. Bahrul pada kesempatan yang sama.

Penulis: Nur Faizah

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading