Sukses

Health

Terapkan 5 Kebiasaan Ini untuk Menjaga Kesehatan Mental Dalam Fase Peralihan Usia 20-an

Fimela.com, Jakarta Dalam setiap fase kehidupan, semua dari kita memiliki tantangannya masing-masing, termasuk fase peralihan di usia 20an. Hal itu juga dialami oleh Mima Shafa, seorang mental health survivor yang menceritakan bahwa memasuki usia 20 tahun merupakan proses pendewasaan sekaligus mengenal diri sendiri. 

Apalagi, hidup di era sekarang, sangat mudah untuk membanding-bandingkan diri. Di mana para generasi muda sangat kompetitif mengejar kesuksesan dan mencari kebahagiaan dalam hidup. 

Namun, seringnya, dalam proses pencarian semua itu, banyak dari kita yang melupakan tentang kesehatan mental sebagai hal yang perlu dirawat. Meski awareness-nya sendiri semakin meningkat, namun masih banyak yang menganggap hal itu tabu. 

“Aku bersyukur punya keluarga dan support system yang mendampingiku di masa-masa sulit melewati peralihan ini. Hingga akhirnya aku berani mencari bantuan profesional untuk mendampingiku. Karena kesehatan mental dan fisik adalah prioritas utama untuk menjadi dewasa,” ujar Mima dalam acara Maybelline Brave Together #LetsTalkAbout: Ready for My 20s! di Balai Purnomo, Universitas Indonesia, akhir pekan lalu.  

Pengaruh Besar Media Sosial

Psikolog Klinis & Co-Founder KALM pun menjelaskan tantangan utama memasuki usia 20, yaitu menyatukan ekspektasi dan realita. Sebab dalam usia 20an adalah fase peralihan seseorang dari remaja menuju dewasa dengan segudang ekspektasi yang ada di benaknya. 

“Ditambah pengaruh media sosial yang sangat besar, terutama bagi para Gen-Z. Seringnya, mereka terpapat konten yang ‘idea’ walau terkadang tidak mencerminkan realitanya secara utuh. Sebab itu, untuk mendukung kesiapan dan kesehatan mental mereka yang sedang bertransisi, penting untuk Gen-Z memperoleh pendampingan dan panutan yang bisa menyeimbangkan ekspektasi dan realita bahwa hidup tak selamanya manis seperti di media sosial,” ujar Karina Negara. 

Hal itu dibuktikan dengan hasil riset Maybelline New York bersama JAKPAT yang menunjukkan, 6 dari 10 gen-Z berusia 18-25 tahun di Indonesia mengatakan pernah mengalami gejala isu kesehatan mental. Hal yang membuat mereka merasa cemas dan resah adalah sebanyak 60 persen karena ketidakpastian di masa depan dan isu masalah pendewasaan sebesar 43 persen. 

BE BRAVE

Dalam sesi sharing tersebut, ada mindset dan mentalitas ‘BRAVE’ yang dibagikan untuk merawat kesehatan mental. Sebab kesehatan mental dibutuhkan agar mampu menjadi manusia dewasa yang berfungsi optimal.

1. B- Bangun kebiasaan positif

Memiliki kebiasaan positif dapat dimulai dari sesuatu yang kecil seperti bangun pagi dan olahraga teratur. Kita akan merasa lebih produktif dan memiliki waktu lebih banyak untuk merencanakan hari. Dengan kebiasaan positif yang konsisten, emosi akan menjadi lebih terjaga karena hati lebih tenang berkat perencanaan yang lebih matang. 

2. R- Rencanakan waktu istirahat

Sejumlah besar penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur memiliki efek negatif yang signifikan pada kondisi mental. Merencanakan waktu untuk istirahat atau tidur pada waktu yang teratur setiap hari akan membantu untuk membawa stabilitas pada kondisi mental seorang individu. 

3. A- Afirmasi diri 

Penelitian menunjukkan bahwa cara seseorang berpikir tentang diri sendiri, dapat memiliki efek yang kuat pada stabilitas mental seseorang. Saat seseorang memandang dirinya dan hidupnya secara negatif, maka mereka juga akan merasakan negatifnya. Sebaliknya, jika membiasakan diri menggunakan kata-kata yang membuat positif, maka akan membuat seseorang lebih optimis. 

4. V- Validasi emosi

Validasi adalah kemampuan mengakui dan menerima berbagai emosi yang dirasakan. Agar mampu memvalidasi emosi diri, diperlukan latihan dan refleksi diri secara rutin. Merefleksikan diri berarti evaluasi dan proyeksi diri di masa mendatang. Dalam validasi diri, refleksi yang akurat dan jujur dapat membantu proses penerimaan diri, namun bila dirasa masih sulit berefleksi, kita bisa dibantu oleh profesional lewat konseling supaya semakin akurat. 

E- Ekspresikan kebaikan

Ketika kita berbuat baik, hal tersebut bukan hanya berdampak baik ke orang yang kita bantu. Tetapi juga berdampak positif untuk diri sendiri. Penelitian menunjukkan, saat membantu orang lain, kita bisa membentuk self-esteem yang lebih sehat, karena kita menemukan makna dan menumbuhkan manfaat hidup kita sendiri. 

Nah, jika membutuhkan bantuan profesional, kita bisa mendapatkan konseling gratis dari Maybelline Brave Together, dengan mengunduk aplikasi KALM dan menggunakan kode BRAVE 33-33-33-33. Selain konseling, Maybelline juga mengajak kita untuk membagikan cerita perjalanan kesehatan mental secara anonim di Brave Talk. 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading