Sukses

Health

Angka Kematian Akibat COVID-19 Turun 90%, WHO Imbau untuk Tetap Waspada Terhadap Varian Baru

Fimela.com, Jakarta Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengungkapkan bahwa angka kematian akibat COVID-19 secara global telah menurun sebanyak 90 persen dibandingkan sembilan bulan lalu. Meskipun hal tersebut merupakan kabar yang menggembirakan, Tedros mengimbau agar masyarakat tetap waspada terhadap varian baru virus Corona COVID-19 yang masih terus muncul hingga saat ini.

Tedros mengatakan bahwa terdapat 9.400 kematian akibat COVID-19 yang dilaporkan ke WHO minggu lalu. Sementara itu, pada bulan Februari 2022, ada sebanyak 75 ribu orang yang dilaporkan meninggal karena COVID-19. WHO juga menyampaikan terdapat sekitar 2,1 juta kasus baru sepanjang minggu lalu yang terbilang menurun 15 persen dibandingkan pekan sebelumnya.

Jumlah kematian akibat COVID-19 juga turun 10 persen dibandingkan pekan sebelumnya. WHO mengungkapkan sudah ada 629 juta kasus dan 6,5 juta orang meninggal selama pandemi secara keseluruhan. Dirjen WHO tersebut juga mengatakan angka testing secara global masih tergolong rendah, serta kesenjangan vaksinasi antara negara kaya dan miskin masih besar.

"Kita sudah mencapai banyak kemajuan dan ini tentu saja memberikan rasa optimis. Tetapi kami menyerukan kepada seluruh pemerintahan, komunitas, dan individu untuk tetap waspada. Hampir 10 ribu orang meninggal seminggu, yang artinya 10 ribu terlalu banyak untuk penyakit yang bisa dicegah dan ditangani," kata Tedros seperti yang dikutip dari Liputan6.com.

Data Peningkatan Kasus COVID-19 di Berbagai Negara

Peningkatan kasus COVID-19 terjadi di berbagai negara di seluruh dunia. Di Jepang, jumlah kasus baru COVID-19 menjadi yang tertinggi dengan mencapai angka 401 ribu kasus baru. Angka ini menunjukkan kenaikan sebanyak 42 persen dari pekan sebelumnya. Disusul oleh Korea Selatan, Amerika Serikat, Jerman, dan China yang secara keseluruhan mencatat 219 ribu kasus selama 7 hari terakhir dengan penurunan sebanyak 15 persen dari pekan sebelumnya.

Sementara itu, terdapat kenaikan angka kematian akibat COVID-19 di China yang mencatat sebanyak 539 kematian selama sepekan terakhir. Angka ini menunjukkan kenaikan 10 persen dibandingkan minggu sebelumnya.

Meskipun jumlah kasus di China relative rendah, mereka menerapkan kebijakan COVID-19 yang sangat ketat yakni dengan melakukan karantina, ‘lockdown’, testing wajib setiap hari atau hamper setiap hari. Kebijakan ketat yang diterapkan China ini kemudian menyebabkan protes dan bentrokan warga dengan pihak berwenang di beberapa kota.

Rekomendasi Penggunaan Masker untuk Warga Queensland

Menteri Utama Australia, Annastacia Palaszczuk menyarankan warga Queensland untuk menggunakan masker terkait adanya peningkatan kasus baru COVID-19 dan juga perawatan di rumah sakit. Melansir dari Liputan6.com, Palaszczuk mengatakan sudah terjadi peningkatan kasus sebesar 15 persen selama pekan terakhir dan jumlah pasien yang harus dirawat di rumah sakit juga meningkat dua kali lipat.

Oleh karena itu, Kepala Bidang Kesehatan Queensland, Dr John Gerrard mengeluarkan rekomendasi penggunaan masker tersebut yang juga menandakan bahwa sistem peringatan COVID-19 ditingkatkan dari warna hijau menjadi kuning.

"Ini berarti disarankan bahwa kita harus menggunakan masker di area layanan kesehatan, di transportasi umum, taksi, di dalam ruangan di mana tidak bisa menjaga jarak, dan bila anda berada di dekat mereka yang rentan terkena COVID. Ini berlaku khususnya bagi anggota masyarakat yang usianya lebih tua dan mereka yang berisiko dan langkah ini efektif mulai berlaku besok," kata Palaszczuk.

Palaszczuk mengungkapkan terdapat 105 pasien dirawat di rumah sakit pada hari Kamis minggu lalu (03/11) dan angka pasien minggu ini meningkat menjadi 203 orang. Ia mengatakan bahwa ini merupakan gelombang keempat COVID-19. Masyarakat diimbau agar tidak terlalu terkejut mengingat warga Queensland sudah hidup bersama virus ini sejak lama dan diingatkan untuk siap terkait apa yang harus dilakukan.

Indonesia Penyumbang Kasus COVID-19 Terbanyak di ASEAN

Berdasarkan COVID-19 Weekly Epidemiological Update Edition 117 yang dipublikasikan pada 9 November 2022, Indonesia merupakan negara penyumbang kasus positif terbanyak di Asia Tenggara. Pada pekan sebelumnya, Indonesia juga menempati peringkat pertama sebagai negara dengan penambah kasus positif COVID-19 tertinggi di ASEAN. Melansir dari Liputan6.com, berikut merupakan jumlah kasus baru tertinggi yang dilaporkan dari berbagai negara:

- Indonesia: 30.670 kasus baru atau 11,2 kasus baru per 100 ribu penduduk, bertambah 58 persen dari minggu sebelumnya.

- India: 8.313 kasus baru atau kurang dari 1 kasus baru per 100 ribu penduduk, turun 13 persen.

- Thailand: 2.759 kasus baru atau 4 kasus baru per 100 ribu penduduk, bertambah 8 persen.

40 persen dari 10 negara yang datanya tersedia melaporkan peningkatan kasus baru sebesar 20 persen atau lebih, dengan peningkatan proporsional tertinggi diamati di negara-negara berikut:

- Sri Lanka: 258 kasus baru, sebelumnya 76 kasus. Artinya bertambah 239 persen.

- Timor-Leste: 4 kasus baru, sebelumnya 2 kasus atau bertambah 100 persen.

- Nepal: 184 kasus baru, sebelumnya 95 kasus atau bertambah 94 persen.

Sementara itu, jumlah kematian mingguan baru di Asia Tenggara juga meningkat sebesar 535 persen dibandingkan minggu sebelumnya dengan 17.66 kematian baru yang dilaporkan. Berikut rinciannya:

- India: 1.484 kematian baru atau kurang dari 1 kematian baru per 100 ribu penduduk, bertambah 2.598 persen.

- Indonesia: 232 kematian baru atau kurang dari 1 kematian baru per 100 ribu penduduk, meningkat 38 persen.

- Thailand: 40 kasus meninggal baru atau kurang dari 1 kematian baru per 100 ribu penduduk, bertambah 21 persen.

 

Penulis: Frida Anggi Pratasya

#Women for Women

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading