Sukses

Lifestyle

Good News Today: Rokok Elektrik, Kukang, Menkominfo

Fimela.com, Jakarta Peneliti di Inggris dan Selandia Baru menemukan potensi baru dari penggunaan rokok elektronik pada perokok yang ingin berhenti namun ingin mengontrol nafsu makan dan membatasi peningkatan berat badan yang biasa terjadi ketika berhenti.

Dalam ulasan yang dipublikasikan di jurnal Penelitian Nikotin dan Tembakau, para ilmuwan menemukan bahwa nikotin di dalam rokok yang membuat perokok cenderung makan berlebihan dan mereka menyarankan rokok elektronik yang mengandung nikotin akan tetapi tidak bertembakau, karena dapat membantu mencegah mereka dari makan terlalu banyak ketika mereka berhenti merokok. Berikut ulasan jelasnya.

Vaping dianggap sebagian orang lebih `sehat` dari rokok konvensional, akan tetapi vaping diduga dapat merusak kesehatan Anda.

Sebanyak empat individu Kukang (Nycticebu sp) yang menjalani karantina di Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Satwa/International Animal Rescue (IAR) Indonesia, di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, sejak 2013 dan 2015, kini bersiap untuk dilepasliarkan ke alam bebas.

"Empat kukang ini akan dipindahkan ke hutan kawasan Suaka Margasatwa Gunung Sawal untuk dilepasliarkan," kata Koordinator Perawat Satwa IAR Indonesia, Jakaria, di Bogor, Rabu.

Ia menyebutkan, keempat individu kukang tersebut merupakan hasil penyitaan Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) tahun 2013 dan serahan masyarakat. Terdiri dari dua individu jantan dan dua betina. Keempat kukang tersebut diberi nama Ratu, Priangan, Srandil, dan Ninja. Artikel lengkapnya di sini.

Kukang | via: ranker.com

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mendorong pengembangan aplikasi untuk logistik guna meningkatkan efisiensi dan mengurangi ekonomi biaya tinggi.

Menteri, dalam acara peresmian platform aplikasi untuk logistik, cargo centrals, di Kementerian Komunikasi dan Informatika di Jakarta, Rabu, mengemukakan, logistik saat ini menjadi salah satu isu ekonomi biaya tinggi (high cost economy).

Ia mengatakan, proporsi biaya logistik di Indonesia mencapai 25 persen dari GDP Indonesia. Angka tersebut, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara maju, bahkan negara tetangga Malaysia yang kini berada di angka belasan persen. Hal ini menunjukkan logistik masih belum efisien. Lengkapnya di sini.

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara di Press Conference Motorola terkait Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN), Kamis (20/10/2016). (Liputan6.com/Andina Librianty)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading