Sukses

Lifestyle

Eksklusif Demian Aditya-Echon, Kisah Mendebarkan di Death Drop

Fimela.com, Jakarta Sebulan lebih pasca musibah Death Drop, Demian Aditya bisa bernapas lega. Sang sahabat, Edison Wardhana atau yang akrab disapa Echon, sudah menunjukkan perkembangan kesehatan yang lebih baik. Ia kini sudah bisa tertawa, duduk dan hebatnya lagi, beraktivitas. Meski tentu saja, terbatas dengan durasi jam aktif. Maklum saja, ia masih memerlukan bantuan kursi roda. Lantas, bagaimana cerita menegangkan pasca musibah death drop tersebut?

***

Wajah Echon sudah bisa tersenyum didampingi dengan Demian Aditya saat Bintang.com menemui keduanya di sebuah tempat di kawasan Jakarta Selatan belum lama ini. Rupanya Echon dan Demian Aditya sedang melakukan pertemuan untuk membahas penampilan Demian selanjutnya dalam sebuah acara.

 

Echon terlihat bersemangat membicarakan rancangan penampilan Demian, meski ia duduk di kursi roda. Echon yang merupakan project officer dalam setiap penampilan Demian Aditya, tengah merancang dan mengusulkan beberapa hal perihal penampilan Demian, termasuk kreatif yang akan dilakukan Demian di atas panggung.

Kepada Bintang.com secara khusus, Echon dan Demian menunjukkan aktivitas mereka pasca Echon keluar dari rumah sakit di malam Natal kemarin. Sesekali Echon mengubah posisi kaki kirinya yang masih terlihat bengkak. Sakit tentu, namun semangat lelaki yang juga tercatat sebagai atlet basket itu, seakan menutupi rasa sakit tersebut.

 

"Sebenarnya itu salah satu saran dari dokter kalau bisa beraktivitas ya jalani, cuma memang ada batasan. Jadi kalau mau miting ya nggak apa-apa, itu bagus buat otak kamu, beraktivitas, berkreasi itu bagus untuk pola pikir. Itu yang dianjurin sama dokter Frans sebagai dokter kepala dan diingatkan ada batas waktunya. Tapi memang benar, jam badan saya nggak lebih dari 6 jam di luar, habis itu pulang," ujar Echon yang disambut dengan anggukan Demian.

Banyak cerita simpang siur perihal apa yang terjadi pasca musibah death drop beberapa waktu lalu. Khusus kepada Bintang.com, Echon dan Demian menceritakan dengan jelas, apa yang terjadi usai peti yang berisi Echon terjatuh. Mulai dari kondisi Echon, hingga penanganan dokter yang luar biasa serta keajaiban yang dirasakan Echon. Simak selengkapnya dalam wawancara berikut ini.

 

Demian Aditya dan Echon sudah beraktivitas bersama

Demian Aditya bahka Echon tidak menyangka, jika masa-masa kritis pasca musibah death drop bisa dilewati begitu cepat. Padahal, luka yang diderita Echon tidak sedikit dan ringan. Semua bisa mengancam nyawanya. Namun rupanya Tuhan masih punya rencana lain bagi Echon.

Bagaimana kondisinya saat ini?

Echon: Yang jelas masuki fase recovery. Justru di fase ini yang harus lebih siap secara mental secara fisik karena luka traumatik yang ada di bokong saya banyak menghancurkan syaraf terutama syaraf kaki. Jadi ada 6 otot utama, 4 hancur, 2 masih normal dan yang hancur sudah dibenerin, kata dokter akan menjadi jaringan ikat. Proses untuk nyambungnya syaraf kembali normal itu butuh waktu. Sakitnya kadang luar biasa.

Melihat Echon dengan cepat lewati masa kritis, bagaimana komentar Demian?

Demian: Di sini saya baru melihat dan mengalami secara langsung keajaiban Tuhan. Selama ini saya pribadi nggak pernah dikasih lihat keajaiban sebenarnya. Dengan sembuhnya Echon, pada saat dia kejadian sampai keluar rumah sakit bisa dibilang cepat. Itu buat saya pribadi sudah seperti melihat keajaiban saja. Kita semua tahu, kita bilang alat death drop sudah sesuai namanya, bikin orang lewat. Semua dibuat keajaiban diperlihatkan di depan mata jadi buat saya itu sudah miracle banget. Yang sekarang malah, urusan syaraf ini memang prosesnya seperti itu, agak sedikit memakan waktu. Waktu awal saya mikirnya, aduh Chon ini bulan depan sudah bisa main basket. Tapi memang proses healing di kakinya yang makan waktu.

 

Tadi dilihat Echon sudah mulai beraktivitas. Apa sudah diperbolehkan dokter?

Demian: Jadi tadinya kita miting tanpa Echon, ternyata dia langsung ngajakin miting. Saya lihat semangatnya luar biasa. Dia pengin beraktivitas.

Echon: Sebenarnya itu salah satu saran dari dokter kalau bisa beraktivitas ya jalani, cuma memang ada batasan. Jadi kalau mau miting ya nggak apa-apa, itu bagus buat otak kamu, beraktivitas, berkreasi itu bagus untuk pola pikir. Itu yang dianjurin sama dokter Frans sebagai dokter kepala dan diingatkan ada batas waktunya. Tapi memang benar, jam badan saya nggak lebih dari 6 jam di luar, habis itu pulang.

Demian: Jadi kemarin kita habis miting, saya heran dia udah bisa miting. Saya senang dia bisa gabung untuk beraktivitas meski belum 100 persen fit. Dua jam pertama masih oke, begitu sudah selesai miting dan internal miting sudah mulai kelihatan lesu dan drop.

Prediksi dokter kapan bisa normal?

Echon: Kalau untuk perbaikan syaraf dokter memberi estimasi 6 bulan, kalau dalam kurun 6 bulan saya masih punya kaki 50 persen saya kemungkinan cacat. Jadi saya harus mengejar enam bulan ini saya dapat 60 persen secara fungsi kaki. Kalau menurut dokter, ia optimis di atas 50 persen. Memang recovery syaraf itu lama. Bukan kayak traumatik tulang patah, tinggal di pen selesai. Syaraf sudah putus hancur pula. Bukan putus potongan, tapi hancur. Jadi ada beberapa yang sudah tidak bisa disambung, nanti juga nyambung sendiri kata dokter. Ini dikejar 6 bulan.

 

Ada rasa kapok bermain death drop lagi?

Demian: Kita pernah main tidak sempurna di America's Got Talent dan kita sudah jauh improving banget dengan yang di SCTV kemarin. Saya pribadi gemes, kok terjadi malah yang terjadi di luar perkiraan kita. Padahal seharusnya permainan ini safety banget. Ada satu hal yang bikin geregetan kok kenapa kejadian. Saya belum ngomong sama dia, tiba-tiba dia ngomong, gemes deh, kayaknya kita harus main lain. Gue juga pengin sih Con, tapi gue mau main tanpa elo. Ada satu lagi, di hari kedua kakaknya nanya kapok nggak main sulap, kata kakaknya nggak.

Echon: Nggak, justru dari musibah ini kita harus lebih detail lagi, profesional lagi. Mengingatkan kita harus jauh lebih baik dari sebelumnya. Kita akan menemukan cara bermain yang lebih gila lagi yang benar-benar out the box yang orang tidak pikir. Kita akan cari sesuatu. Sudah direncanakan sebelumnya.

Demian: 2018 ini kita sudah rencanakan dan mempersiapkan sesuatu, jadi tunggu saja, ada beberapa konsep.

 

Kesaksian Demian Aditya dan Echon usai musibah death drop

Banyak yang penasaran, apa yang terjadi sesaat setelah peti death drop jatuh. Sejumlah dugaan pun mencuat di media sosial. Mulai dari adanya kesalahan komunikasi, posisi tubuh Echon di dalam peti, hingga kondisi luka yang dialami Echon. Kepada Bintang.com, Echon dan Demian menceritakannya secara khusus.

 

Setelah musibah death drop, apa yang terjadi?

Echon: Ini sebuah mukjizat Tuhan, hampir nyaris tidak mungkin saya selamat dari situ. Saya yang disain alat itu, saya tahu kekuatan alat itu, betapa dahsyat dan mematikan alat itu. Saya harus make sure tombak itu harus menghancurkan peti itu dan itu salah satu objective-nya dan banyak hal lain. Dan ketika itu terjadi karena memang ada musibah di luar prediksi semuanya, tiba-tiba earpiece saya mati dan tidak dengar apa-apa. Terjadilah kejadian itu, sangat cepat. Sepenuhnya saya sadar, tidak pingsan sama sekali.

 

Demian: Jadi kalau ada yang bilang katanya pada saat kejadian Edison tak sadarkan diri itu salah. Malah Edison yang mendirect tim saya untuk buru-buru dibawa ke rumah sakit.

Apa sih yang terjadi di detik-detik kamu terjatuh?

Echon: Jadi begitu jatuh saya bilang, aduh kok dijatohin, terus langsung saya bilang sama tim saya, ayo buruan keluarin saya. Jadi saya cabut luka tombak dada itu sendiri yang atas, saya berusaha bangun sendiri karena saya tahu harus ke rumah sakit dengan cepat karena saya tahu luka tusukannya luar biasa dan itu terjadi di ruas ke 8, 9, 10, hanya beda sekitar 4 jari dari jantung terus kemudian hanya 1,5 cm dari tulang belakang. Jadi apabila itu kena tulang belakang, kemungkinan saya pakai kursi roda ini untuk selamanya. Itu mukjizat yang pertama.

 

Lalu ada keajaiban lainnya?

Echon: Mukjizat kedua adalah tusukan di bokong. Anda bisa bayangin kalau itu tepat kena tulang ekor saya atau mungkn maaf alat kelamin saya, saya sudah tidak tahu apa yang mesti saya bayangin tapi ternyata itu tidak terjadi. Ada yang bilang, mas itu berusaha miringin diri, sudah nggak ada waktu miringin diri, itu sudah malaikat yang nolongin saya. Terus mukjizat ketiga, saya tidak pingsan. Saya mendirect tim saya buru-buru bawa ke tandu, untuk buru-buru bawa saya ke ambulans, di ambulans saya masih bicara ke tim saya untuk nekan luka saya.

 

Katanya kamu juga sempat mengalami flat line?

Echon: Saya masuk ruang OKA, disitu saya baru dibius, dan tidur. Ketika saya tidur terlihat flat line, dokter anastesi yang kalang kabut dia pikir dia yang salah kasih obat. Dia berusaha bangunin saya, jadi pas dibius saya dibalik langsung flat line. Katanya under 5 menit tapi cukup membuat mereka panik. Saya kehilangan banyak cairan saat itu, yang mereka lakukan operasi pertama penyelamatan nyawa.

Kabarnya kamu juga cepat sadar pasca operasi berat itu?

Echon: Puji Tuhan jam 5 pagi saya selesai operasi, jam 8 pagi saya sudah sadar. Itu merupakan keajaiban lain buat saya. Mereka agak takjub melihat fisik saya, kalau saya bilang sih ini pertolongan Tuhan nggak mungkin saya doang. Saya manusia punya limit, cuma Tuhan yang nggak punya limit. Walaupun ini terjadi musibah yang sama-sama kita alami, saya alami saya punya sakit, kaki, dada secara fisik belum recovery tapi yang harus saya pikirkan juga orang-orang di sekitar saya, istri saya yang merawat saya di rumah, yang selalu menyemangati saya yang selalu marahin saya kalau saya malas fisio sendiri di rumah. Tapi itu yang membuat saya terus untuk maju.

Dengan musibah ini, ikatan persahabatan kalian nggak berubah?

Echon: Nggak sama sekali, malah justru tambah lebih kuat. Kita juga bingung kemarin pas masih di rumah sakit, sebenarnya ada tawaran sebelum kejadian masuk ke saya untuk acara di salah satu perusahaan ada kick off miting. Setelah kejadian kita berdua sudah nggak mikirin. Pasti orangnya udah nggak mau, eh ternyata nggak lho. Justru orangnya sendiri yang datang ke rumah sakit dan nanya sama kita, Hah, ya mau lah klien loe masih mau nggak, saya gituin. Akhirnya kita terima, tgl 10 ini ada 2 jobnya di hari yang bersamaan.

 

Demian: Buat saya pribadi mungkin Echon berpikiran yang sama, kita nggak pernah tahu apa yang terjadi ke depannya. Saya sempat mikir pribadi, karier saya bisa hancur bukan karena sayanya gagal, karena yang dicreate sama netizen akhirnya mengakhirnya media menyimpulkan itu kan berdampak negatif, Tapi saya berusaha positif saya nggak peduli apapun yang terjadi. Kedepannya kita mau bikin show di Jakarta yang mengundang pesulap dari luar, roadshow di beberapa negara. Saya belajar dari dia, apapun yang terjadi Tuhan tahu kapasitas kita, jadi kita harus siap ke depannya.

Kalian merasa yang terjadi memang sudah jalan dari Tuhan?

Echon: Iya.

Demian: Dari kejadian kemarin, dari semua kru saat kejadian, semua orang dengar di ht (handy talky)-nya, di earpeace nya kecuali Echon Semua ht nggak bermasalah, tiba-tiba Echon yang nggak dengar sendiri. Jadi kita sudah nggak bisa lagi bicara ini salah siapa, sudah benar ini kehendak Tuhan. Echon selalu ingetin saya, apapun yang terjadi Tuhan akan melihat reaksi loe. Reaksi loe itu yang bisa kita kendaliin, kalau orang lain dan situasi tidak bisa dikendalikan tapi bagaimana kita bereaksi itu yang bisa kita kendalikan.

Kadang apa yang direncanakan manusia, berbeda dengan kehendak Maha Pencipta. Namun tentu, Dia pasti punya rencana yang lebih indah lagi bagi Demian Aditya dan Echon. Terus menginspirasi ya.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading