Sukses

Lifestyle

Sounds of Bintang, Memes dan Kontinuitas Sebagai Kunci Berkarier di Dunia Musik

Fimela.com, Jakarta Berkarier selama 20 tahun lebih di industri musik Indonesia membuka mata Memes agar bisa terus mempertahankan eksistensinya di era yang serba digital dan online ini. 

***

Penyanyi Meidyana Maimunah, atau akrab disapa Memes, telah berkarier selama 24 tahun, di industri musik Indonesia. Menelurkan album pertamanya di tahun 1994, istri dari Komposer Addie MS ini masih setia di dunia tarik suara hingga kini. 

Tak mudah, Memes merasa masa-masa dahulu justru lebih nyaman dan mudah untuk menciptakan lagu baru dan menelurkan album. Padahal, di era yang serba digital ini semua orang bisa menjadi penyanyi.

Pemasarannya pun tak lagi harus tergantung pada produser. Pasalnya, menurut Memes, kini semua orang bisa menjadi bintang tanpa harus menunggu ada orang yang memproduseri karyanya. Melalui media sosial, banyaknya stasiun TV, media-media baru, dan juga Event Organizer, pemasaran album dan single menjadi lebih mudah. 

Namun, menurutnya persaingan semakin ketat. Ibu dari Kevin Aprilio dan Tristan Aprilio ini pun merasa karya yang dilahirkan pemusik-pemusik muda Indonesia harus berbeda. 

Sebuah tantangan besar bagi Memes untuk mempertahankan eksistensinya di era millennials ini. Tak mudah buatnya yang memulai karier di tahun 90-an ini untuk tetap menjaga kepopulerannya. Memes yang merajut karier bernyanyi sejak di bangku SMA menganggap kontinuitas merupakan kunci eksistensi. 

"Ya susah, ya, seperti yang tadi saya bilang, kalau mau masih tetap didengar, harus membuat karya yang berbeda. Unik. Dan satu yang paling penting, kontinuitas," ungkap Memes pada sesi wawancara eksklusif bersama Bintang.com, pada Rabu (21/2). 

Lantas, seperti apa perjuangan Memes sejak tahun 90-an? Juga, bagaimana dia mengawali karier di dunia musik Indonesia? Berikut wawancara lengkap Bintang.com bersama Memes

 

Awal Perkenalan dengan Dunia Musik

Bagaimana awalnya berkenalan di dunia musik?

Sebenarnya saya bermain musik itu saat bergabung di vocal grup dan band-band di SMA. Tapi, baru bikin album pertama yang komersil di industri musik Indonesia tahun 1994 dengan Adrian dari Kla Project. Jadi saya sudah berkarier itu sekitar 20-an tahun.

Kenapa bisa cinta berat dengan musik sejak kecil?

Sejak kecil sebenarnya saya suka dengan berkesenian, sih. Sebetulnya saya dulu penari juga, saya dulu penarinya Guruh Soekarno Putra. Terus saya juga foto model, dan saya juga senang dengan musik. Karena apa, ya, musik itu kaya bagian dari belahan jiwa saya. Musik juga memberikan nafas ke kita.

Setelah berkeluarga, apa suka duka bermusik dengan keluarga?

Sebenarnya nggak ada suka-duka. Kita kebetulan memiliki genre yang berbeda-beda. Suami saya lebih ke musik klasik, Kevin lebih ke Pop Korea-Jepang, terus kalau Tristan lebih ke musik ambient, deep house, jazz. Kalau saya pop, R&B.

Kita ada perbedaan, tapi sebenarnya kita kalau membicarakan soal musik bukan cuma soal itu saja, tapi juga persiapan manggungnya, bagaimana mempromosikan album, konser. Jadi di dalam musik itu ada banyak yang kita gali. Jadi justru nggak ada suka-dukanya. Lebih banyak sukanya.

Dukanya, kalau kita mau ngumpul berempat untuk konser satu panggung, itu susahnya minta ampun. Susah mengatur jadwalnya. Karena masing-masing sudah memiliki kegiatannya itu.

Berkarier sejak puluhan tahun lalu, adakah momentum yang paling berkesan?

Saya sebenarnya dengan Mas Adie, dan anak-anak juga, banyak acara yang sendiri-sendiri, tapi juga ada yang sama-sama. Cuma yang paling berkesan banget itu saat Java Jazz 2014, itu konser keluarga, pakai Twilite Orchestra, dengan tiket yang dijual untuk penonton Jazz, sementara kita memainkan lagu Pop, yang kita ramu sedemikian rupa dengan orchestra lengkap. Itu jarang terjadi, apa lagi itu show berempat. Itu momen kami yang sangat langka, sih.

Sebelum menikah, pernahkah menyangka akan bermusik bersama keluarga?

Nggak, sih. Malah kemarin waktu saya punya anak, saya bilang ke Mas Addie, saya inginnya Kevin menjadi Business Man. Tapi karena ada darah dari Mas Addie, Kevin yang jago banget mengarang lagu Pop justru berkecimpung di industri musik.

Saat kecil, momen apa yang paling berkesan saat memulai karier di dunia musik?

Ada, dong! Saya pernah juara I Festival Band antar SMA di seluruh Jakarta. Dulu saya bergabung dengan grup band di sekolah SMA saya, SMA 3. Saya jadi vokalisnya, bersama 2 orang teman saya. Kami juara I.

Nah, pada saat itu saya berkenalan dengan Mas Addie juga. Karena saat itu Mas Addie sudah menjadi Alumni SMA 3, yang memberikan pelajaran, konsultasi musik kita. Jadi momen ini juga berkesan, sih.

 

Berkarier sejak puluhan tahun lalu, adakah momentum yang paling berkesan?

Saya sebenarnya dengan Mas Adie, dan anak-anak juga, banyak acara yang sendiri-sendiri, tapi juga ada yang sama-sama. Cuma yang paling berkesan banget itu saat Java Jazz 2014, itu konser keluarga, pakai Twilite Orchestra, dengan tiket yang dijual untuk penonton Jazz, sementara kita memainkan lagu Pop, yang kita ramu sedemikian rupa dengan orchestra lengkap. Itu jarang terjadi, apa lagi itu show berempat. Itu momen kami yang sangat langka, sih.

Sebelum menikah, pernahkah menyangka akan bermusik bersama keluarga?

Nggak, sih. Malah kemarin waktu saya punya anak, saya bilang ke Mas Addie, saya inginnya Kevin menjadi Business Man. Tapi karena ada darah dari Mas Addie, Kevin yang jago banget mengarang lagu Pop justru berkecimpung di industri musik.

Saat kecil, momen apa yang paling berkesan saat memulai karier di dunia musik?

Ada, dong! Saya pernah juara I Festival Band antar SMA di seluruh Jakarta. Dulu saya bergabung dengan grup band di sekolah SMA saya, SMA 3. Saya jadi vokalisnya, bersama 2 orang teman saya. Kami juara I.

Nah, pada saat itu saya berkenalan dengan Mas Addie juga. Karena saat itu Mas Addie sudah menjadi Alumni SMA 3, yang memberikan pelajaran, konsultasi musik kita. Jadi momen ini juga berkesan, sih.

Apakah ada darah pemusik?

Nggak ada. Mas Addie nggak ada, kok. Mungkin kakeknya, kali. Tapi bukan pemusik. Saya juga gitu. Jadi kita benar-benar out of the box.

Karier dan Dinamika Industri Musik Indonesia

Bagaimana mempertahankan karier di dunia musik Indonesia?

Jujur saya dari 1994 hingga 2015 saya non stop mengeluarkan album. Bahkan pernah single juga. Itu contunuity saja sih. Tapi begitu sudah mulai drop, ketika industri musik Indonesia sudah mulai drop, seperti RBT sudah kurang, lalu masuk ke era medsos, era online dan digital, nah sejak itu saya mulai agak mikir-mikir kalau mau bikin album full. Makanya orang rata-rata bikin single lalu album. Tapi yang penting dijaga kontinuitasnya.

Apa pelajaran yang Mbak Memes bisa ambil dari dinamika industri musik Indonesia saat ini?

Aduh, banyak banget. Intinya, saya banyak belajar dan saya juga mencari uang juga di sini, saya juga bisa dekat dengan penggemar lagu-lagu saya. Dengan begitu, saya menjadi lebih dewasa dalam hal menyikapi hidup. Dalam dunia industri musik itu ada up and down. Tapi saya bahagia bisa bertemu dan bekerja dengan orang banyak. Dari pihak TV, media online, radio. Jadi menurut saya banyak sekali pelajaran yang bisa diambil, termasuk pelajaran hidup.

Melihat karier anak-anak di dunia musik masa kini, bagaimana Mbak Memes melihat dinamika industri musik Indonesia?

Menurut saya, kalau tahun 1990-an itu, timing yang paling oke. Karena TV swasta mulai ada. Waktu Mas Addie, TV-nya cuma satu, TVRI. Nah, kalau angkatan saya, mulai ada swasta. Jadi kita sudah bisa putar video klip.

Makanya itu era boomingnya musik di Indonesia. Jadi era 1990-an itu oke, karena musiknya ada, video kilp ada, dan video klipnya juga dilombakan. Dan ada sinetron juga, jadi era ini perfect. Juga, orang masih sabar menanti video klip di TV yang durasinya bisa 4-5 menit.

Kalau sekarang, zaman sudah sangat berubah. Orang sudah nggak perlu menanti lagi karena bisa lihat YouTube, bahkan fans mungkin belum tentu seloyal dulu.

 

Bagaimana cara Mbak mempertahankan eksistensi?

Salah satunya itu, tetap berkarya, baik menghasilkan album atau single. Atau seperti saat ini, memiliki akun medsos yang aktif. Juga bikin kegiatan yang menarik. Juga harus menghasilkan karya yang inovatif dan berbeda. Juga harus melakukan engagement dengan fans. Kalau sekarang gampang tinggal balas komentar. Kalau dulu kita harus balas surat dan kirim pakai Pos.

Seberapa sulit Mbak Memes beradaptasi dengan era digital ini dalam bermusik?

Susah sedikit sih. Tapi harus bisa. Nggak perlu cepat banget saat beradaptasi, yang penting pas. Saya nggak boleh gaptek, harus tahu bagaimana mengedit dan lain-lain. Juga harus tahu bagaimana menghadapi orang-orang yang lebih muda dari kita. Termasuk cara berpikir. Kebetulan saya juga punya anak milenial, seperti Tristan, jadi sedikit banyak saya belajar dari dia.

Melihat pemusik muda, apa yang Mbak Memes harapkan dari industri musik Indonesia sekarang ini?

Yang penting harus tough. Harus disiplin, harus bisa bekerja sama dengan berbagai pihak. Tetaplah berkarier dengan baik. Juga harus semangat, karena kalau ternyata hasilnya tidak sesuai dengan yang kita inginkan, harus tetap tough. Karena memang persaingannya lebih banyak.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading