Sukses

Lifestyle

Eksklusif Lee Jeong Hoon-Moa, Kebahagiaan di Tengah Isu Negatif

Fimela.com, Jakarta Wajah Lee Jeong Hoon terlihat lelah saat Bintang.com menyambanginya pada Minggu (6/5/2018). Di ruang VIP Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Brawijaya, Jakarta Selatan memang tak henti tamu datang melihat kondisi Monique Octaviani atau akrab disapa Moa dan bayi yang baru dilahirkannya pada Sabtu (5/5/2018) sekitar pukul 09.00 WIB. Namun, Jeong Hoon berusaha untuk tersenyum.

Buah cinta Jeong Hoon dan Moa itu lahir dengan berat 2,5 kilogram dan panjang 45 cm. Putri kecilnya kemudian diberi nama Hazel Amber Heaven Lee. Jeong Hoon menyebut nama Kimora untuk memanggil buah hatinya itu. Satu hari sebelum melahirkan, Lee Jeong Hoon dan Moa sempat melakukan sesi pemotretan di studio Bintang.com. Saat itu Jeong Hoon menceritakan, sang istri direncanakan melahirkan secara caesar pada tanggal 10 Mei 2018.

 

"Padahal baru kemarin motret, eh nggak tahunya sudah lahir ya," ujar Jeong Hoon saat berbincang dengan Bintang.com di ruang perawatan.

Moa yang masih di tempat tidur perawatan usai menyusui menjelaskan, jika pada Sabtu (5/5/2018) dini hari, ia mengalami pecah ketuban. Bahkan lantaran anggota keluarga lainnya masih tertidur, Moa masih sempat membersihkan cairan yang berceceran di lantai. Hingga akhirnya ia dibawa ke Rumah Sakit Brawijaya untuk diperiksa dan dinyatakan harus dilakukan operasi secepatnya.

 

Tidak banyak cerita yang terungkap saat Bintang.com menjenguk Moa. Sebab, kondisinya masih terlihat lemah. Ia menyebut, pemotretan untuk Bintang.com sehari sebelum melahirkan, sebagai salah satu momen yang tak bisa dilupakan.

Saat itu, Lee Jeong Hoon dan Moa menceritakan bagaimana keduanya begitu antusias menyambut kelahiran anggota keluarga baru. Banyak rencana sudah disusun untuk sang buah hati, termasuk akan mengajarinya tiga bahasa. Seperti apa cerita selengkapnya?

 

Lee Jeong Hoon dan Moa, tak pusingkan budaya mendidik anak

Lee Jeong Hoon lahir dan besar di Korea. Tentu punya budaya yang berbeda dalam mendidik dan membesarkan anak. Namun hal tersebut rupanya tak dikhawatirkan Jeong Hoon dan Moa. Sebab, bagi keduanya, mendidik dan membesarkan anak secara umum, lebih mengedepankan kebaikan. Orangtua masing-masing hanya akan memberikan saran, segala keputusan diserahkan pada Jeong Hoon dan Moa.

Jelang lahiran, kalian repot nggak sih?

Lee Jeong Hoon (Lee): Kalau saya repotnya istri minta tas terlalu banyak, tiap hari minta tas, hahaha.

Moa: Masa sih, nggak ah.

Lee: Dua hari sekali, hahaha. Saya salut, kan sudah besar (kandungannya) banget tapi masih kuat jalan di mal. Bahkan kalau saya syuting dia masih mau nemenin. Katanya takut kalau saya macam-macam.

Moa: Nggak takut kok kan udah laku, sudah ada baby-nya, hahaha. Sebenarnya aku lebih panik dan kewalahan karena rumahnya belum jadi. Jadi kan kita sebenarnya renovasi, dikasih waktu sebulan sebelum baby-nya lahir. Satu minggu sebelum lahir kan otomatis kalau di apartemen harus bersih. Apartemen kan nggak kayak di rumah. Nggak segampang itu sirkulasi udaranya. Harusnya satu minggu sebelum lahiran harus bersih, ini masih belum. Itu yang bikin panik.

Lee: Kita kan mau kasih yang terbaik buat baby. Sudah ada yang endorse juga, hahahah. Tapi belum diapa-apain masih ada di kardus.

 

Ini kan anak pertama Jeong Hoon. Suka panik nggak sih?

Moa: Kalau dia untungnya melihat anak-anak dari Moa itu sudah pada besar jadi dan dia juga merasa itu anaknya juga, jadi nggak merasa panik gimana. Cuma, exited saja karena mau ada kehadiran anggota keluarga baru. Bukan kayak yang ngerasa panik harus ngapain-ngapain. Dia sudah percaya karena aku kan sudah ada pengalaman. Yang penting begitu keluar, siap-siap jaga malam, nggak mau saya, hahaha.

Saat dikandungan, kalian suka ngebayangin nggak sih, mukanya bakal seperti siapa?

Moa: Kalau dari aku sih, penginnya mirip bapaknya saja. Tapi yang penting sehat, lengkap semua. Jadi lebih penting ke arah sana. Kalau mirip ke arah siapa, yang penting bagus-bagus saja.

Lee: Yang penting bagus semua, lengkap kepalanya besar.

Moa: Dia senang banget kalau kepalanya besar, berarti otaknya besar, hahahaha.

Lee: Mata sih pengin kayak Moa besar, hidung kayak saya. Mulut atas Moa, mulut bawah saya. Kulit saya, rambut setengah saya setengah dia. Tingginya harus saya, otaknya mirip Moa termasuk sifat ceria dan perfeksionisnya.

Korea dan Indonesia pasti punya budaya beda dalam merawat bayi. Kalian sudah membicarakannya?

Moa: Lee kan nggak ngerti apa-apa, maksudnya merawat bayinya. Jadi lebih ya, yang terserah saya.

Lee: Untung mamaku nggak kolot lho, kalau kolot disamperin diatur-atur, bisa pusing, hahaha.

Moa: Tapi dari dulu kalau bayi ngurus sendiri sih, nyari tahu sendiri. Sebenarnya kalau masalah beda budaya pasti, kebiasaan pasti ada bedanya. Untungnya kedua orangtua kita, lebih memberikan pada kita kesempatan untuk mengurus sendiri. Orangtua hanya kasih tahu saja dan yang bagus diambil saja.

 

Urusan bahasa bagaimana?

Lee: Pertama yang mau diajarin itu Bahasa Inggris. Otomatis stay di Indonesia, dia harus belajar Bahasa Indonesia. Kalau di rumah ngomong Inggris dan Korea. Kalau Bahasa Indonesia, kan dia bisa belajar dari lingkungannya. Jadi dia (Moa) penginnya bisa tiga bahasa. Anak-anak saya (dari pernikahan Moa dengan suami sebelumnya) juga sedang belajar Korea, kalau bisa dalam setahun kamarnya akan saya isi mainan semua, kalau nggak bisa saya ambil semua, hahaha. Papa Mama saya Inggris nggak bisa, Indonesia nggak lancar. Jadi kalau cucunya nggak bisa Bahasa Korea, bisa bahaya.

Moa: Memang sih itu (Bahasa Korea) penting, saya juga disuruh belajar. Dasar suaminya yang nggak mau ngajarin, jadi kita belajar sendiri, agak susah sih. Tapi kalau mungkin stay di sana (Korea) beberapa bulan, bisa sih.

Lee: Tapi setelah dia (baby Kimora) bisa naik pesawat kita mau ke Korea, sebulan. Kita belum say hai sama keluarga besar saya. Setelah kita nikah belum ketemu apalagi lihat anak kita. Paling sebulanan ya.

 

Berarti menguasai Bahasa Korea wajib ya?

Lee: Keluarga saya di Korea semua nggak bisa Indonesia, Inggris juga.

 

Moa: Memang tuntutan dari awal orangtua Lee, budaya dan bahasa, warganegara juga mereka memang minta dari awal. Persyaratan utama biar bisa menikah.

Kakak-kakaknya excited banget sepertinya mau dapat adik baru?

Moa: Anak-anak memang excited banget. Pengin gimana merawatnya. Namanya juga masih anak-anak, pengin ikut merawat juga.

 

Lee Jeong Hoon dan Moa, berusaha berdamai dengan masa lalu

Heboh hubungan Lee Jeong Hoon dan Moa sempat menjadi pemberitaan media hiburan. Jeong Hoon dituding sebagai orang ketiga dari kandasnya rumah tangga Moa dan Irwan Chandra. Pernikahan Moa dan Irwan dikaruniai dua orang anak. Irwan dan Jeong Hoon sebelumnya juga berteman, lantaran sama-sama personel boyband Hitz. Namun, merasa tudingan tersebut tidak benar, Jeong Hoon dan Moa berusaha menutup mata dan telinga mereka. Apalagi saat menikah, isu Moa hamil terlebih dahulu mencuat. Namun, ada penjelasan yang diberikan keduanya perihal tersebut.

Kalian sudah berdamai dengan masa lalu?

Lee: Kayaknya belum berdamai ya, cuma kita tutup kuping, tutup mata. Sampai sekarang (Irwan Chandra) belum terima apa yang kita lakukan.

Moa: Bukan belum terima sih, tapi tepatnya nggak suka.

Lee: Dia coba cari cara, di gereja juga masih ngomong, di media juga masih ngomong. Ada program yang mau undang dia, syaratnya yang penting nggak ada Lee. Padahal sih saya ingin damai.

 

Anak-anak menanggapinya bagaimana?

Lee: Anak-anak juga pernah bilang kalau ketemu daddy (Irwan Chandra) malas. Saya bilang jangan, daddy itu orangnya baik, sayang sama kalian. Saya masih ingin ada konek (Irwan) dengan mereka (anak). Sebenarnya bisa saja cut semua, bisa saja saya bilang nggak boleh ketemu. Saya nggak mau gitu, daddy tetap daady kamu, nggak ada mantan daddy. Tetaplah, seminggu dua kali atau sekali makan bareng, ketemuan. Saya bilang begitu. Tapi ya mungkin di sana belum buka hati, lalu penggemarnya dia masih caci maki. Saya dibilang pebinor lah, dan dia (Moa) sorry to say, cewek nakal.

 

Tapi, sempat buat hubungan kalian merenggang nggak sih?

Lee: Kalau kita main-main nggak ada rasa cinta dan sayang, nggak mungkin deh. Saya sampai jatuh dia masih dampingi saya tahun 2013. 2014 nggak ada kerjaan, dia yang support. 2015 saya bangkit lagi saya baru ajak dia pacaran, eh belum mau juga. Dia (Moa) cerai 2012. Menurut saya, 3 tahun cukup lama dia membuka hati ke orang lain. Tahun 2015 kita pacaran masih banyak omongan miring. 2017 Desember nikah. Banyak yang bilang ya kita bahagia. Nggak percuma saya bilang, nggak seperti itu (negatif) ceritanya.

Moa: Dari sisi sebelah sana, komentar dan kesaksiannya yang diomongin berbeda dengan apa yang saya alami. Tapi buat apa juga saya bilang harusnya ceritanya begini begitu. Ya sudahlah kalau dia mau beranggapan seperti itu dan mau supaya orang percaya itu bahkan sampai kesaksian di geraja pun kesaksian yang salah, saya tutup mata saja. Selama ini terbalik apa yang dia omongin. Ya sudahlah, saya sudah punya anak sama dia juga.

 

Apa yang kamu tidak inginkan sebenarnya dari Irwan?

Lee: Jangan sampai dia brainstroming anak yang nggak benar. Sempat kemarin anak pertama, dimasukin (cerita) mami mau masuk penjara, saya mau dideportasi. Anak saya yang pertama itu mau cerita selama beberapa bulan kemudian. Sebenarnya saya nggak mau izinkan dia ketemu sama anak saya kalau masih begitu. Tapi untungnya terakhir-terkahir nggak lakukan itu. Terus kalau anak kedua salah, anak pertama yang dipukul. Anak itu cuma tahu main, sekolah, mainan, makan jangan sampai urusan orangtua anak sampai tahu.

Berapa lama akhirnya kamu bisa diterima anak-anak Moa?

Lee: Yang pertama mau buka hati ke saya sekitar tiga tahun. Itu juga nggak dipaksa.

Moa: Karena memang anak kecil nggak bisa dipaksa. Lee berusaha mendekatkan butuh waktu 2,5 sampai 3 tahun.

Lee: Bukan karena daddy-nya nggak bisa beliin mainan, saya apa adanya. Terserah kalian apa, suka dan setuju Appa sama mami ya nanti dirayain pesta. Appa nggak ambil mami kamu, akhirnya mereka yang setuju malah. Malah yang kedua tanya kenapa nggak menikah, pesta.

Moa: Karena anak kecil itu kan yang dipikirkan kalau menikah itu bukan hanya surat, nggak nyantol. Kalau menikah itu menurut mereka harus ada pestanya.

Tadi bilang sudah ada surat dulu sebelum menikah resmi, berarti anggapan selama ini tentang hamil sebelum menikah salah?

Lee: Masa istri hamil empat bulan nggak tahu, itu kan bodoh. Tapi orang mau anggap hamil duluan, terserah. Nggak mungkin papa mama saya nggak sepinter itu, orangtua dia juga nggak mungkin nggak tahu.

Moa: Tapi netizen kan pemikirannya nggak ke situ, hahaha.

 

Ngomong-ngomong Kalau kamu sebenarnya suka nggak sih dengan artis Korea?

Moa: Jadi sebenarnya ngefans banget nggak terlalu, tapi suka artis Korea Cowok. Kalau gitu kagum saja sih. Kalau fans terberat sama suami dong.

Suka cemburu sama suami?

Moa: Dia mah nggak cemburu sama saya.

Lee: Saya mah lepas saja, hahaha.

Oh iya, konsep foto dengan dukun beranak itu jadi viral. Bagaimana ceritanya?

Moa: Jadi sebenarnya dari aku selalu maternity beda dari yang lain. Pengin sesuatu yang nggak pernah orang pikirin tapi bagus. Dia nyampaikan ke Mario terus ternyata Mario juga dapat idenya seperti itu. Sebenarnya secret sih, karena belum pernah tapi sudah muncul. Membawa nuansa Indonesia, budaya Indonesia yang dulu. Orang zaman dulu nggak ada rumah sakit, adanya apa ya gitu.

Lee: Teman bilang bagus kok. Cuma ya ada sih netizen yang bilang nggak karena membahas dukun lah, hahaha.

Moa: Ada yang bilang vulgar, tapi saya nilai biasa-biasa saja.

Lee Jeong Hoon dan Moa tak ingin kebahagiaan mereka dinodai dengan banyaknya anggapan miring terhadap hubungan keduanya. Namun, Jeong Hoon dan Moa mengaku tak bisa menahan anggapan miring tersebut. Keduanya berusaha untuk menerima hal tersebut, sebagai warna kehidupan cinta. Bagi keduanya, biar nanti waktu saja yang akan menjawabnya. Selamat ya buat Lee Jeong Hoon dan Moa atas kelahiran Baby Kimora.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading