Sukses

Lifestyle

Kisah Sepasang Suami-Istri yang Mengidap Kanker ketika Mereka Tengah Menyambut Anak Kedua

Fimela.com, Jakarta Sam dan Martin Boatman sangat gembira ketika mereka tahu bahwa akan memberi putra kesayangan mereka, Michael seorang adik. “Kami senang menjadi orangtua dan Martin adalah orang pertama yang menebak jika saya hamil lagi,” jelas Sam, 32 tahun seperti dilansir dari Mirror.co.uk. Namun kanker datang mengubah semuanya.

Tetapi ketika mereka berdua tengah bersiap untuk kedatangan anak kedua, Sam mulai mengalami kram perut yang parah. Namun sam menolak untuk melakukan kolonoskopi karena sedikit berisiko, ia bisa membahayakan bayinya yang masih ada di dalam perut. Sementara di saat yang bersamaan Martin, mulai mengalami sakit kepala yang begitu hebat sehingga dia muntah dan sulit berjalan.

Hasil dari dokter spesialis mengungkapkan jika Martin memiliki tujuh tumor di otaknya. Pria yang dikenal sebagai pelatih superfit sailing itu tidak pernah merokok, tapi kabar yang mengejutkan ketika ia didiagnosis tak akan bisa hidup lebih lama lagi. “Ketika mereka meletakkan kamera ke tenggorokan saya untuk mencari tumor, semuanya terlihat. Itu kanker saya,” jelas Martin.

Pemindaian seluruh tubuh mengungkapkan berita yang lebih mengejutkan—kanker paru-paru Martin telah menyebar ke hati, tulang, dan otaknya. Ketika teman-teman dan keluarganya berkumpul, dia bersiap untuk berfoto dan membuat surat wasiat untuk anak-anaknya. Ia sudah mempersiapkan kemungkinan terburuk yang akan dihadapinya.

Martin bahkan merekam dirinya sendiri tengah membaca cerita sebelum tidur untuk bayi mereka jika kemungkinan ia tak bisa bertemu dengannya. Martin melawan kankernya dan akhirnya ia dapat menggendong Esme yang lahir pada 12 November 2016. Sam mengenang,”Dia cantik dan tidak tahu apa kekacauan yang akan dialami.”

Kanker yang Semakin Memburuk

Enam minggu setelah Sam melahirkan, berita buruk selanjutnya datang menghampiri Sam. Kankernya sudah berada di stadium tiga—dan kankernya itu berkembang dengan cepat. Sam mengatakan,”Martin ada di sampingnya. Satu-satunya hal yang membuatnya bertahan adalah pikiran bahwa jika dia meninggal saya akan tetap berada di sini untuk anak-anak kami. Saya tahu saya harus berjuang untuk hidup saya.”

“Saya berpegang pada fakta bahwa pada catatan saya, ahli onkologi saya telah menulis: ‘dapat diobati’.” Sam menjalani operasi pada bulan Februari 2017 dan enam bulan kemoterapi karena kanker menyebar ke kelenjar getah beningnya. Sam mencoba untuk memenangkan pertarungannya. Namun bagi Martin, ini adalah cerita yang berbeda.

Obatnya telah memperkecil tumor otaknya. Tetapi kanker paru-parunya—meski terkendali—tidak dapat disembuhkan dan dia tidak tahu berapa lama dia akan hidup. Sam berkata: ”Suatu hari kankernya akan menemukan cara untuk melawan obat-obatan.”

Kehadiran Anak Kedua Menjadi Obat yang Menenangkan

Delapan belas bulan sejak awal cobaan datang ke kehidupan Sam dan Martin, Sam mengatakan: “Kami masih tidak percaya betapa tidak beruntungnya kami.” Sam menjelaskan bahwa suaminya, Martin adalah pria yang sangat sehat sehingga dia sangat terkejut ketika mendengar kabar bahwa suaminya terkena kanker.

“Tetapi seluruh pengalaman juga telah membuat kami menyadari betapa beruntungnya kamu,” jelas Sam. “Saya beruntung Esme datang. Saya hanya memiliki gejala selama kehamilan jadi jika bukan karena dia saya tidak akan tahu ada sesuatu yang salah terhadap kesehatan saya,” cerita Sam.

Kehadiran Esme membuat keluarganya bahagia, meskipun disaat yang bersamaan kesedihan itu juga hadir lantaran Sam dan Martin ternyata memiliki kanker yang kapan pun bisa mengakhiri hidup mereka. “Dia (Esme) menyelamatkan hidupku.”

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading