Sukses

Lifestyle

Bebas Emosi di Bulan Puasa, Pasti Bisa!

Jakarta Terkadang perasaan nggak terima, marah, menyesal, sampai putus asa pun menyelimuti hati dan pikiran, apalagi ketika yang membuat kecewa atau sumber kesedihan adalah orang terdekat kita sendiri. Iya nggak, sih?

Shafika, 29 tahun, senior account executive, mengaku kecewa berat ketika pacar yang mengaku serius akan menikahinya tiba-tiba memutuskan hubungan, �Kami menjalani hubungan serius dan semuanya baik-baik saja sampai tiba-tiba sikapnya berubah jadi dingin, kemudian memutuskanku dengan alasan dia nggak pantas jadi pendampingku. Eh, nggak lama setelah itu malah terang-terangan menggandeng pacar baru. Aku marah justru bukan saat dia memutuskan hubungan, tapi ketika dia memamerkan pacar barunya nggak berapa lama setelah memutuskanku! Aku jadi tahu, dia nggak menemukan yang dia cari di aku, harta. Perempuan itu jauh lebih kaya dariku, karena itu dia lebih memilihnya.� Untungnya kemarahan Shafika nggak berlangsung lama. �Nggak ada gunanya terus menyimpan kemarahan. Aku sudah tahu faktanya, dan itu cukup buatku. Malah jadi bersyukur semua segera ditunjukkan sebelum aku terjebak di hubungan yang lebih serius dengan orang yang salah. Yang sudah ya sudah, diikhlaskan aja,� ungkap Shafika bijak.

Itu cuma contoh kecil konflik dalam hubungan asmara. Masih banyak kasus lain, dengan teman, sahabat, keluarga, bahkan klien. Kalau satu per satu masalah dipendam, stok tempat dalam hati akan penuh dengan kekecewaan yang bisa berefek buruk pada kesehatanmu. �Tiap masalah memang jadi pelajaran, tapi perempuan lebih suka main perasaan. Menyimpan dendam itu hal biasa buat mereka. Kalau laki-laki sebaliknya, lebih cuek,� Febri, 25 tahun, store manager, berbagi pandangannya tentang perempuan. Kenapa perempuan membiarkan perasaan bermain lebih intens ketimbang logika? Karena memang terbentuk begitu. Tapi, bukan berarti ciri tersebut nggak bisa diminimalisasi. Meredam perasaan dan menonjolkan logika bisa dibentuk, kok. Atau, mau terus bermain dengan perasaan sampai efek negatif pada tubuh dirasakan sendiri?

Konflik batin dialami Nike, 26 tahun, ibu rumah tangga, ketika sang ibu meninggal secara mendadak. �Sampai sekarang aku sangat menyesal nggak bisa menemaninya dan masih belum bisa mengikhlaskan kepergian mama. Aku akhirnya keluar dari pekerjaanku dan lebih banyak diam di rumah. Ada yang hilang, dan rasa sakit kehilangan itu berefek juga ke tubuhku,� cerita Nike.

Menurut penelitian Alex Likerman dari University of Chicago, 70% dari 1.500 perempuan mengaku menyimpan dendam akibat dikecewakan atau merasa kecewa. Kemarahan masa lalu yang dibiarkan terlalu lama diam dalam diri itulah yang berpengaruh pada kesehatan mereka di kemudian hari. Beberapa yang kerap ditemui, antara lain, maag, pusing, sampai yang fatal seperti penyakit jantung dan penyakit kronis lainnya. Nggak cuma kondisi kejiwaan yang dirugikan, tapi sampai ke kesehatan tubuh. Nggak mau kan, puasa terganggu cuma gara-gara emosi yang mendominasi harimu berujung pada gangguan kesehatan?

Inilah pentingnya ikhlas. Letting go, dan semuanya akan berangsur membaik dengan dasar pikiran positif. Apa yang jadi rezeki akan datang dan yang memang bersifat sementara akan pergi pada saatnya harus pergi. Kehilangan orang terkasih? Just letting go. Klien resek membuat mood drop? Just letting go. Orang terdekat mengecewakan? Just letting go. Biarkan semua berlalu dan lupakan setelah pelajaran berharganya selesai dipetik. Daripada terus meratapi dan mengingat-ingat, bukannya lebih baik merelakan dan cukup mengambil sisi positifnya demi kesehatan jiwa dan ragamu sendiri? Jangan biarkan hati dan pikiran penuh dengan hal nggak berguna, sementara hal baik dibiarkan terlewat begitu saja.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading