Sukses

Lifestyle

Freeletics, Olahraga yang Kian Jadi Bahan Omongan di Instagram

Next

Salah satu teman kami, Edwin misalnya, ia dan beberapa teman sekantor  lainnya mulai giat berlatih freeletics usai jam kerja. “Awalnya, dapat info dari teman terus tertarik mencoba bersama beberapa teman kantor. Kami latihan tiga kali seminggu dengan bantuan dari teman lain yang sudah punya pengalaman lebih dulu. So far, baru sebulan berat badan turun hampir 2 kg,” ceritanya.

Di Indonesia, popularitas freeletics mulai dikenal lewat Instagram. Andien Aisyah, publik figur yang juga penggiat segala macam olahraga ini jadi salah satu orang yang gencar mengenalkan freeletics. Bersama dengan tiga teman lainnya --Opaz, Ippe dan Kris-- mereka memulai komunitas Freeletics Jakarta pada Februari 2014. Cek kegiatan mereka di akun Instagram @freeleticsjkt!

Yang menarik dari freeletics, tiap latihan kamu akan diberikan sebuah misi yang harus diselesaikan. Misi di sini maksudnya sejumlah gerakan sederhana – seperti pushups, situps, burpees, squats dan lainnya-- yang dikerjakan dengan hitungan waktu. Misalnya, berapa menit yang kamu butuhkan untuk menyelesaikan push-up sebanyak 20 kali dan seterusnya. Serunya, kamu bisa download aplikasi freeletics di berbagai smartphone sebagai panduan gerakan tadi. Selain itu, olahraga ini nggak butuh alat rumit, hanya mate sebagai alas!

Menurut Opaz dari Freeletics Jakarta, olahraga freeletics lebih seru bila dilakukan secara berkelompok meski sebenarnya bisa dilakukan sendiri, di mana dan kapan pun. Buat yang tertarik untuk latihan bersama Komunitas Freeletics Jakarta, kamu bisa gabung di Sweat Camp mereka yang digelar di Taman Kerinci Jakarta Selatan. Sweat camp hanya berlangsung seminggu sekali, tepatnya Sabtu mulai pukul 08.00 WIB. Semua orang bisa datang dan berlatih secara GRATIS. Oh ya, sejam sebelum berolahraga Opaz menganjurkan untuk mengonsumsi makanan atau minuman manis ya, Fimelova!

 

Next

 

Nah, bagi pemula nggak usah khawatir ketinggalan gerakan dengan pelaku freeletics lainnya karena menurut Opaz, “Gerakan yang dilakukan antara beginner dan advance sama saja. Hanya jumlah hitungan gerakan dan kecepatan waktunya yang berbeda,” ceritanya pada FIMELA.com dalam suatu kesempatan. “Bagi pemula, nggak usah pusing memikirkan kecepatan waktu buat menyelesaikan satu gerakan. Terpenting  adalah tahu cara melakukan gerakan sederhana tadi dengan benar dan tepat. Satu lagi, jangan mudah menyerah buat menyelesaikan menu gerakan yang diberikan. Challenge yourself! Olahraga ini memang melawan diri sendiri,” lanjut Opaz menjelaskan.

Di Sweat Camp, setiap pendatang baru akan ditanya soal health background oleh instruktur –instruktur di sini maksudnya beberapa orang termasuk Opaz yang memang berpengalaman berlatih terlebih dahulu. Bagi yang pernah mengalami cedera seperti di lutut, lengan dan lainnya, ada beberapa gerakan yang nggak dianjurkan buat dilakukan. Biar lebih bervariasi, gerakan yang dilakukan di Sweat Camp bukan hanya gerakan freeletics saja tapi gabungan dari olahraga lain kayak Indobarian.

Anyway, freeletics memang olahraga high intensity yang memacu jantung. Menurut Opaz olahraga ini sebaiknya dilakukan oleh perempuan atau lelaki berusia 17-35 tahun dan dalam kondisi badan yang fit. Dengan gerakan intens, nggak heran kalau olahraga ini mampu menurunkan berat badan dengan cepat. Apalagi, bila diimbangi dengan mengonsumsi makanan sehat.

Di Indonesia, perkembangan freeletics udah mirip kayak virus, Fimelova! Selain Jakarta, Opaz menjelaskan kalau Surabaya, Bandung, Bali hingga Kalimantan sudah mulai menggiatkan olahraga murah ini, lho!

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading