Sukses

Lifestyle

Mengapa Kita Lupa Bersyukur?

Bersyukur, satu kata yang seringkali dengan mudah dilupakan oleh sebagian besar orang. Namun, biasanya kita baru terpikir kata syukur ketika mendapatkan satu ujian berat yang 'memaksa' untuk mengucap kalimat syukur.

Berikut ini sebuah kisah inspirasi yang mengingatkan kita agar senantiasa bersyukur terhadap apa yang telah diberikan Tuhan terhadap diri kita.

**

Aku seorang wanita berumur 26 tahun yang kini tengah bekerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta. Setiap harinya aku berangkat kerja pukul 5 dengan menggunakan angkot oper dua kali. Awalnya aku menerima kenyataan untuk naik angkot yang memang rutin kujalani sejak aku masih sekolah di bangku SMP. Namun, lama kelamaan aku mengeluh, mengingat angkot kini tak senyaman dulu. Selain itu, aku seringkali kena macet dan telat. Belum lagi kalau sesekali aku kecopetan yang duuuh, sungguh bikin hati dan pikiran sebal setengah mati. Terlebih dengan isu pemerkosaan di angkot yang astaga, benar-benar membuatku tak tahan untuk menggunakan angkot dalam keseharian lagi.

Niat itu kuutarakan pada ibuku agar aku diberikan ijin untuk membeli motor, meski hanya sebatas kredit dan kuangsur tiap bulannya dengan uang gaji. Bukannya mendukung, ibu justru keukeuh menyuruhku agar tetap menggunakan angkot tiap kali pergi ke kantor dan kemanapun aku pergi. Kesal, jelas saja. Aku yang sudah tidak tahan dengan macetnya Jakarta dengan segala resiko yang ada, kontan saja langsung marah dan membentak ibu. Setelah membentak, aku pergi ke luar rumah untuk mengambil sebagian tabunganku dan langsung menuju showroom yang juga menjual motor dengan kredit.

Kuserahkan uang DP motor dan aku langsung melenggang seraya tersenyum mantap dengan apa yang baru saja kulakukan. Meski sebelumnya aku merasa bersalah setelah membentak ibuku, namun lama kelamaan rasa bersalah tersebut akhirnya hilang setelah aku pulang dengan membawa motor baru berwarna merah.

**

Ini hari pertamaku memakai motor ke kantor. Hatiku senang bukan main karena dapat sampai kantor lebih cepat tanpa macet yang keterlaluan. Tadi sebelum aku berangkat, ibuku sempat berpesan agar aku berhati-hati dengan motor baru tersebut mengingat aku masih mempunyai hutang. Nasehatnya kuiyakan saja, aku terlanjur senang dan ingin segera memamerkan motor baru pada teman-temanku.

Perasaan senang tersebut terus bergulir hingga waktu pulang tiba. Saat aku ingin memamerkan motor baru itu pada temanku, ternyata motorku tak ada di tempat. Kucari ke segala penjuru tempat parkir, tak satupun ada motor baru berwarna merah. Ya, motorku raib!

Setelah ditenangkan dengan teman-teman yang ada di sekitarku, aku akhirnya pulang dengan diantar salah satu temanku. Melihatku pulang tanpa motor, ibuku hanya terdiam. Beliau tidak berkata sepatah kata pun sampai aku menceritakan sendiri bagaimana kejadian yang baru saja kualami di hari pertama aku menggunakan motor baruku.

Bukannya sedih, ibu justru tersenyum mendengar penuturanku. Saat itu, ibu hanya berbicara sedikit.

"Nak, seringkali orang memaksakan kehendak dan keadaan untuk mendapatkan apa saja yang ada di pikirannya. Mereka tidak pernah berpikir bahwa apa yang didapatnya kini adalah hal terbaik yang telah digariskan Tuhan pada hamba-Nya. Mereka tidak sadar bahwa sebenarnya hal itulah yang terbaik bagi hamba-Nya. Hingga hamba tersebut sadar akan kesalahan dan apa yang telah diperbuat, barulah mereka mengucap syukur. Tidak malukah kamu dengan napas yang telah diberikan oleh-Nya sampai kamu menuntut apa-apa yang sebenarnya sudah baik bagimu?"

Jelas saja aku terdiam seketika. Aku tahu maksud ibuku. Beliau mengingatkanku tentang arti kenyataan, kesederhanaan, dan bersyukur. Kenyataan yang memang mengharuskanku untuk lebih baik mengenakan angkot yang juga berarti dari kesederhanaan, dan bersyukur. Aku lupa, aku benar-benar lupa bahwa selama ini aku kurang bersyukur dengan apa yang telah kudapatkan.

Lihatlah, mengapa aku tidak bersyukur ketika orang lain menggunakan motor dan merasakan lelah dengan macet, sementara aku di angkot meski lelah tapi aku bisa tidur. Ketika banyak orang kehujanan dan kepanasan, aku bisa merasakan teduh di angkot. Ini perbandingan yang logis, bukan? Lalu, mengapa aku belum bersyukur? Astaghfirullah, Alhamdulillah...

**

Kadang, keadaan dan apa yang telah kita perbuat adalah sebuah tingkah paksaan yang secara tidak langsung menunjukkan bahwa kita tidak bersyukur dengan apa yang telah kita dapat. Lantas, berganti dengan ucapan syukur ketika mengetahui bahwa apa yang dilakukan adalah hal yang salah. Bersyukur, satu kata yang seringkali dilupakan. Padahal, napas yang diberikan oleh-Nya sangat cuma-cuma.

(vem/tik)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading