Sukses

Lifestyle

Pusing Deh! Saat Kurus Aku Dicibir, Saat Gemuk Aku Disindir

Kisah sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba My Body My Pride ini kayaknya dialami juga oleh banyak wanita. Punya tubuh kurus, ada saja yang mencibir. Begitu tubuh agak gemukan, eh kok ada yang menyindir.

***

Sahabatku pernah berkata kepadaku bahwa setiap manusia lebih utama bertanggung jawab atas dirinya sendirinya, termasuk atas tubuhnya.

Hai, sebut saja aku Riri, usiaku kini tengah menginjak 28 tahun. Aku adalah seorang wanita yang memiliki tinggi badan pas-pasan. Warna kulitku seperti orang Indonesia pada umumnya, sawo matang, berpipi tembam dan berbibir tebal penuh. Ketika SMA sampai kuliah, berat badanku tidak sampai 50 kg, sehingga tidak sedikit orang mengatakan bahwa aku terlalu kurus dan kuyu seperti orang yang sakit. Namun, karena dianugerahi pipi yang begitu tembam, walau badan langsing pun pipiku akan selalu tembam. Terlebih ketika berat badan naik, pipiku akan semakin mengembul bengkak. Oleh karena itu, aku harus memperhatikan pola makanku, agar pipiku dapat terlihat tidak begitu tembam.

Hari demi hari berlalu, waktu terus berjalan dan umurku pun semakin bertambah. Dan ketika aku menginjak usia 25 tahun, ada begitu banyak perubahan yang terjadi pada tubuhku. Dulu sebanyak apapun aku makan, berat badanku tidak akan menembus angka 50 kg. Namun kini, berat badanku sedikit demi sedikit naik merangkak. Saat berat badanku naik, orang orang sekitar berkata kepadaku, “Wah, Riri Badanya mulai berisi, jadi bagus."
"Nah, gini donk Ri, gendutin dikit nggak apa-apa kan. Jadi bagus gini lebih berisi."
“Ri, jangan kurus banget ya, harus berisi seperti ini, bila perlu tambah lagi berat badannya, agar badanmu semakin bagus.”

Begitulah, ada banyak komentar positif, sehingga aku menjadi tenang, dan kupikir beratku akan dapat dengan mudah terkontrol, karena sedari dulu aku selalu langsing tak ada riwayat gemuk. Namun siapa sangka, ternyata mengontrol berat badan tak semudah yang kukira. Berat badanku terus melonjak naik, dari 50 kg  menjadi 55 kg, tapi aku mencoba tenang dan makan seperti biasa.

Tapi apa daya, tanpa disangka dengan pola makan yang seperti biasa berat badanku dapat dengan cepatnya melonjak naik dari 55 kg sampai ke 68 kg. Di sini aku mulai panik, aku menjadi tak suka dengan tubuhku terutama wajahku, karena pipiku semakin mengembul bengkak, bahkan mataku sendiri seolah terjepit pipiku sendiri. Belum lagi baju-bajuku menjadi tak muat, celana jeans pun menjadi tak lagi bisa digunakan sehingga mau tak mau pengeluaranku semakin bertambah karena aku harus membeli celana dan baju baru dengan ukuran extra large.

Bahkan tidak hanya berhenti sampai di situ, selain perubahan fisik yang terjadi, tubuhku pun menjadi lebih mudah lelah, sesekali aku mengalami sesak napas. Selain itu, orang-orang sekitarku mulai mengataiku gendut, pipi tumpah, bulat dan lain sebagainya. Saat mengatakan itu mereka tersenyum dengan mudahnya, tanpa mereka tahu bahwa dalam hati rasanya pedih sekali mendengar hal seperti itu di tujukan kepada diriku.

Kuputuskan melakukan sebuah perubahan./Copyright pixabay.com

Akhirnya Juni 2016 kuputuskan untuk melakukan sebuah perubahan, yaitu melakukan diet. Setelah bertanya pada sana sini dan membaca berbagai sumber, akhirnya aku memutuskan untuk diet dengan cara mengganti asupan nasiku dengan kentang rebus sementara lauknya normal (bebas), dan menjadikan buah sarapan wajibku. Saat diet, aku tetap makan 3 kali sehari, namun asupan gula kukurangi dengan cara tidak meminum yang manis-manis apalagi minuman bersoda.

Sesungguhnya tak mudah saat aku menjalankan program diet, karena orang orang sekitarku seolah tak mendukungku. Malah mencibir dan secara tersirat mengatakan bahwa dietku tak akan berhasil, bahwa aku harusnya mensyukuri tubuh gemukku dan bahwa aku akan lebih baik gembul, gendut, bulat. Haaahh.... sungguh aneh bukan? Sebentar mereka bilang A, sebentar mereka bilang B, saat aku langsing mereka menyarankanku agar menaikkan berat badanku. Saat berat badanku naik mereka mengataiku gendut, lalu saat aku mencoba diet, mereka malah tidak mendukungku dan malah berkata lebih baik aku gemuk. Jadi perkataan mana yang benar? Mengapa apapun yang kulakukan salah? Padahal ini tubuhku sendiri, this is me, this is my body and my body is my pride, why do people come and try to control me?  

Bagaimanapun setiap manusia lebih utama bertanggung jawab atas dirinya sendirinya, termasuk atas tubuhnya sendiri. Aku hanya ingin menjadi lebih baik, lebih sehat dan tidak mengeluarkan uang untuk membeli baju extra large lagi. Karena sesungguhnya aku ingin tubuh ini dapat segar dan energik seperti saat aku langsing, dan aku ingin memakai baju yang modis seperti baju-baju yang sering dipakai wanita zaman sekarang. Dan kalaupun aku harus mengeluarkan biaya untuk membeli baju, kuingin itu untuk baju yang kusuka, bukan untuk baju dengan size yang besar sekarang ini. Sekali lagi, bukan aku tak mensyukuri tubuh ini, tapi di atas semuanya itu aku hanya ingin menjadi lebih baik dan lebih sehat. Namun aku tak memiliki kesempatan untuk menjelaskan itu kepada semua orang yang menyangsikan keputusanku untuk diet. Sebaliknya, pembuktian adalah jawaban untuk semua itu.

Hari demi hari berlalu, aku mencoba untuk terus disiplin dengan dietku, dan mencoba berolahraga. Dan aku berhasil, sedikit demi sedikit aku berhasil menurunkan berat badanku. Dan kini berat badanku sudah sampai di angka 52 kg. Aku senang, aku merasa lebih segar, dan sekarang aku dapat memakai pakaian yang aku suka. Namun omongan orang tetap selalu ada, sekarang bahkan ada yang mengatakan bahwa aku terlalu kurus. Namun, itu semua kuabaikan. Aku tak mau terkungkung dalam omongan dan pendapat orang lain seperti itu. Ini aku, ini hidupku, selama positif dan tidak merugikan orang lain, aku akan tetap berjalan menuju impian dan masa depanku. Aku tak bisa menjadi yang setiap orang inginkan. Namun setidak-tidaknya, aku harus berusaha untuk menjadi seperti yang aku inginkan.

Salam hangat,
Riri





(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading