Sukses

Lifestyle

Badai yang Menerpa Hidupmu Akan Membuatmu Jadi Lebih Kuat

Kadang dalam hidup ini, perempuan punya peran istimewa sebagai seorang penjaga. Meski kadang ujian hidup begitu berat tapi seorang perempuan bisa begitu tangguh menjalaninya. Seperti kisah sahabat Vemale dalam Lomba Menulis #JagainKamu ini. Ada cerita yang begitu menyentuh hati di dalamnya. Lomba menulis kali ini dipersembahkan oleh Softex Daun Sirih, yang selalu #JagainKamu para perempuan Indonesia.

***

Aku terlahir sebagai seorang perempuan pasti sudah ada tujuan indah dari Tuhan. Saat ini puji syukur aku dalam keadaan sehat sejahtera lahir dan batin. Aku seorang ibu dari seorang anak laki-laki berusia 11 tahun dan memiliki pendamping yang sangat baik. Ia cinta pertama dan terakhirku. Cinta monyet berlanjut menjadi cinta gorila. Ya memang seperti dongeng  tapi ini kenyataan. Aku dilahirkan di dalam keluarga sederhana, ayah sebagai karyawan swasta dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Aku anak ketiga dari empat bersaudara.

Menjadi seorang ibu menuntutku untuk memberikan yang terbaik bagi suami dan anak dan tentunya juga bagi diriku sendiri. Jangan sampai sakit, maka rumah akan ikut sakit. Seiring berjalannya waktu, orangtuaku pun masuk usia senja. Karena dahulu terlalu membanting tulang tanpa memikirkan kesehatannya, jadinya usia senja merasakan sakit yang cukup parah.

Ilustrasi./Copyright unsplash.com/joel overbeck

Ayahku telah meninggal dunia satu tahun sebelum aku menikah. Ayah meninggal karena sakit kanker pankreas. Dan itu kami tahu justru saat sudah stadium 4, dokter pun angkat tangan. Ibu pun mengidap penyakit yang cukup serius. Tahun 2001, ibu divonis kanker rahim stadium 1B. Dan harus menjalani radiasi atau sinar luar sebanyak 23x dan sinar dalam 2x. Mulailah aku mengantar ibu bolak balik ke RSCM setiap hari agar dapat menyelesaikan sinar luar sebanyak 23x tersebut. Kemudian minum obat sejenis kemoterapi selama 2 tahun dan kemudian dinyatakan bersih, sembuh dari kanker rahim. Senangnya  kami, walau kami harus terseok-seok karena ekonomi keluarga yang kurang.

Tahun 2004, ibu dinyatakan ada tumor di usus besar dan harus operasi. Tahun 2012, muncul kembali tumor di usus dan harus dioperasi kembali. Bingung, bagaimana harus membagi perhatian antara ibu, anak dan suami. Apalagi saat itu anak masih kecil, dan suamiku sedang sakit. Semua aku jalani, menikmati badai yang menghadang di kehidupan kami.  

Ilustrasi./Copyright unsplash.com/jordan sanchez

Dan sekarang tahun 2018, ibu divonis kanker usus yang sudah meluas ke ginjal, paru-paru, dan tiroid. Bagai petir di siang hari, aku bingung harus bagaimana. Harus memikirkan kembali biaya biopsi dengan cara operasi. Dokter meminta secepatnya dilakukan biopsi pengangkatan tumor di ginjal karena ginjalnya sudah mulai bengkak.  

Sekali lagi aku harus bisa terus menjaga kesehatan orang-orang tercintaku ini. Kesehatan benar-benar sangat penting. Pangkal kebahagiaan itu ternyata adalah sehat. Diri kita sehat, maka kita akan dapat menjaga kesehatan orang lain. Kesehatan orang-orang yang kita cintai.

(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading