Sukses

Lifestyle

Jodoh Terindah dari Tuhan, Dia Temui Orangtuaku untuk Melamar Tanpa Pacaran

Lagi sibuk menyiapkan pernikahan? Atau mungkin punya pengalaman tak terlupakan ketika menyiapkan pernikahan? Serba-serbi mempersiapkan pernikahan memang selalu memberi kesan dan pengalaman yang tak terlupakan, seperti tulisan sahabat Vemale dalam Lomba Menulis #Bridezilla ini.

***

Besok adalah hari Sabtu seorang lelaki telah berjanji akan datang ke rumah, berniat ingin bertemu dengan kedua orangtuaku. Tepat pada hari Jumat malam, hujan membungkus kota kami. Aku melihat keluar di balik jendela langit sungguh gelap gulita sesekali terang benderang disinari kilatan petir dan suara bergemuruh dari guntur membuatku bergidik jeri mendengarnya. Tanganku meraih handphone yang kuletakkan di meja belajar. Melihat foto-foto dia yang dipampang di socmed.

Dalam perjalanan asmaraku, aku telah menelan rasa pahit yang sungguh luar biasa, dari perselingkuhan, dibohongi dengan status, hingga ditinggal menikah karena memilih wanita lain daripada diriku. Dengan semua pahitnya pengalamanku ini, membuatku semakin dewasa. Karena pada dasarnya kedewasaan seseorang bukan dilihat dari umur ataupun keturunan, akan tetapi sebanyak apa dia menghadapi beberapa masalah dalam hidupnya.

Ilustrasi./Copyright pexels.com

Aku mengenal dia hanya dari social media, karena kepribadianku yang pendiam membuatku kurang bergaul dengan lingkungan sekitar. Awal dari obrolan kami adalah dia menawarkan diri dengan mencari seorang wanita yang ingin dia nikahi, dia bersikeras tidak ingin berpacaran. Dengan santai aku jawab, "Ya, saya bersedia," meskipun dalam hati banyak sekali keraguan dan rasa tidak percaya kepada lelaki social media.

Tiba hari Sabtu, pukul delapan pagi aku segera bergegas mempercantik wajahku, dengan sedikit polesan bedak dan lipbalm membuatku sedikit percaya diri tampil di depan seorang lelaki. Aku kembali melihat ke arah jam dinding menunjukkan pukul sembilan, riasanku mulai memudar karena kulitku yang berjerawat dan berminyak.

Tepat pada pukul setengah sebelas seseorang memencet bel rumah, aku segera bergegas membuka pintu dan melihat dia berdiri di ujung pagar. Aku tersenyum hangat padanya. Dengan style celana kain panjang, memakai kemeja panjang hijau sedikit dilipat bagian tangan hingga sepertiga tangannya kelihatan, kupersilakan dia masuk dan duduk. Aku ke dapur mengambil segelas minum untuk dia, kuletakkan gelas di depan meja, dan melihat dia.

Ilustrasi./Copyright pexels.com

Dia sama sekali tidak melihatku, hanya fokus memainkan handphone-nya. Tak lama kemudian dia melihatku dan menanyakan kedua orangtuaku, dia keukeuh ingin segera bertemu dengan kedua orangtuaku. Aku kembali berlari ke atas memanggil kedua orangtuaku.

Kami berkumpul di ruang tamu, dia di sudut seberang dan kedua orangtuaku di sofa satunya lagi, dan aku segera pergi menjauh dari mereka. Jujur ada sedikit ragu dengan dia, sebelum kami bertemu dia sudah mengirimku sebuah riwayat hidup di mana keluarga dia sungguh sangatlah terpandang, kaya, berpendidikan, beragama soleh/solehah, sungguh sangat berbalik dengan keadaanku dan keluargaku.

Aku diam di pojokan musala, sesekali menguping pembicaraan mereka, karena saking penasarannya aku kembali bergabung dengan mereka, namun sayang ternyata percakapan mereka sudah selesai, ayahku mepersilakan kami mengobrol berdua sungguh sangat menyenangkan bagiku bisa mengobrol dengannya, namun dugaanku salah dia menolak tawaran ayahku untuk mengobrol dan tepat pada pukul satu dia segera bergegas kembali pulang.

Ilustrasi./Copyright pexels.com

Aku mengantar dia sampai di depan pagar, dan mengingatkan dia untuk berhati-hati di jalannya. Setelah dia pergi sampai di ujung jalan, aku kembali ke rumah dan masuk ke kamar, sembari mengangis dalam hati seraya berkata, "Aku tahu Ya Allah, dia bukan jodohku, apalah daku? Hanyalah seorang anak pedagang sayur yang tidak berpendidikan tinggi." Air mataku terus bercucuran membasahi kedua pipiku.

Dia pun tidak memberi kabar sedikitpun padaku, hingga tepat pada pukul delapan malam dia mengirimku kabar lewat SMS, "Saya akan membawa orangtua dan keluargaku pada tanggal 10 Mei, semoga kamu dan keluargamu berkenan." Aku segera terperanjat dan bangun dari tempat tidur melihat SMS tersebut, senang, bingung, kaget, semua sungguh sangat bercampur.

Aku segera turun dari tangga kembali berkumpul dengan kedua orang tuaku, namun orangtuaku sedikit tidak merestui karena mereka sudah tahu bagaimana lelaki-lelaki dulu yang pernah menyakitiku. Kami tidak pernah mengirim kabar satu sama lainnya karena dia memiliki prinsip berkomunikasi lewat SMS adalah zina hati. Namun hal tersebut tidak membuatku berubah untuk berpaling ke lelaki lain.

Tepat pada tanggal 9 Mei ibuku segera memberitahu keluarga besarnya, dengan harapan semoga jadi, karena jika tidak jadipun tidak apapa hitung-hitung sebagai makan-makan sebelum menuju bulan puasa.

Tepat pada tanggal 10 Mei aku sungguh sangat deg-degan, sungguh bak mimpi bertemu sekali, tidak pernah berkomunikasi namun aku akan melaksanakan lamaran. Tepat pada pukul 12 siang, rombongan keluarga dia datang. Semua ruangan di rumahku sungguh sangat penuh hampir tidak cukup untuk menampung kedua keluarga.

Singkat cerita pada bulan Juli aku sakit hingga harus dirawat di rumah sakit, aku divonis radang panggul oleh dokter. Dokter mengatakan bahwa penyakitku bisa mengurangi kesuburan jikalau tidak segera diobati. Hingga dia mengirimku pesan, "Aku ragu padamu." Apalah daya? Dia sudah berkata seperti itu padaku, dan siapa yang mau menikah dengan wanita mandul seperti aku? Aku hanya pendam semua perasaan sakit ini dan aku menangis dalam kesendirianku.

Ilustrasi./Copyright pexels.com

Beberapa hari kemudian dia mulai bisa menerimaku dan kembali ingin melanjutkan kisah kami. Hari demi hari kami lalui masing-masing, tanpa ada kabar, tanpa ada obrolan, tanpa ada canda tawa. Hingga kedua keluarga kami memutuskan untuk bertemu kembali di bulan Agustus tepat pada tanggal 17. Aku dan dia kembali bertemu, sungguh hatiku sangat senang luar biasa, setelah semua pahit yang kulalui beberapa minggu lalu.

Kami memutuskan menikah di bulan November, dan alhamdulillah tanpa adanya penghalang apapun kami bisa bersatu dan bersama dalam ridho Allah SWT.

Jangan pernah takut untuk kehilangan seseorang, karena memang kasih sayang Allah terkadang seperti itu. Membiarkan kita terpuruk dalam kesakitan agar tidak kembali mencintai yang salah. Serahkanlah semuanya pada Tuhan kita, karena Tuhan adalah pembuat skenario yang terbaik bagi hamba-Nya.

(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading