Sukses

Lifestyle

Lebih Baik Putus daripada Mengorbankan Hati untuk Pria yang Salah

Setiap orang punya kisah dan perjuangannya sendiri untuk menjadi lebih baik. Meski kadang harus terluka dan melewati ujian yang berat, tak pernah ada kata terlambat untuk selalu memperbaiki diri. Seperti tulisan sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Vemale Ramadan 2018, Ceritakan Usahamu Wujudkan Bersih Hati ini. Ada sesuatu yang begitu menggugah perasaan dari kisah ini.

***

Hai, aku V seorang mahasiswi di salah satu universitas swasta di Bandung, aku ingin menceritakan hal-hal yang aku alami ini agar tidak terjadi pada kalian semua. Dulu saat aku pertama kali masuk universitas ini aku berkenalan dengan seorang pria yang kebetulan seniorku di universitas itu sebut saja dia A, dia saat itu berusia 22 tahun, empat tahun lebih tua dariku.

Hari-hari ospek aku jalani penuh sukacita walaupun lelah, entah karena dia peduli karena keadaanku saat itu atau memang aku tanggung jawab dia sebagai juniornya dia selalu bertanya tiap malam hal-hal yang aku perlukan saat itu. Selang beberapa hari, kami berkomunikasi seperti biasa, namun hari itu aku merasa ada yang berbeda, hari itu A menyatakan perasaannya pada saya. Jujur saat itu aku gugup, bingung, karena ada laki-laki yang menyatakan perasaannya pada saya. Setelah berpikir cukup panjang aku memutuskan untuk menerima dia.

Hari-hari kuliah aku jalani dengan sukacita karena dia di sampingku, sampai badai itu datang, ibuku tiba-tiba menelepon menanyakan mengenai A. Ibuku memang orang yang gampang terpengaruh dengan perkataan orang lain, saat itu aku tinggal berjauhan dari ibu. Yang aku dengar dari ibuku tentang A, A itu tidak baik, tidak punya apa-apa, bahkan tidak sepadan denganku.

Aku akhirnya mengatakan semuanya pada ibuku bahwa yang ia dengar itu tidak benar, namun ibuku tidak peduli, A berusaha menemui ayahku namun, A merasa keluargaku menolak kehadirannya. Setelah 3 bulan hubungan kami bubar begitu saja, dia menjelaskan jika orangtuanya tidak merestui hubungan kami, aku menerima dengan pasrah namun di sisi lain aku marah dan kecewa padanya, sampai aku tidak bisa memaafkannya.  

Akhirnya putus./Copyright shutterstock.com

Tiga tahun berselang, ibu memperkenalkan aku dengan anak dari teman SMP-nya dulu, ibuku bilang kalau dia baik, dan lain sebagainya. Awalnya aku menolak namun karena ibu terus mengoceh dan terus membicarakan orang tersebut akhirnya aku menyerah.

Aku melakukan komunikasi dengan pria itu sebut saja R. Perlu diketahui R ini seorang anak yang dekat dengan ibunya, sedikit ada masalah apapun, pasti dia meminta ibunya, dan ketika tidak bisa menghadapinya dia akan lari dari masalah tersebut. Ibuku bercerita kalau dia tidak pintar bergaul dengan perempuan makanya aku yang harus memulainya, satu bulan kenalan akhirnya kami jadian, walaupun pacaran jarak jauh kami berusaha menjaga komunikasi. Ibunya R mengatakan jika kalau bisa sampai nikah, dan kalau bisa tahun depan tunangan dahulu dan lain sebagainya, banyak janji yang mereka ucapkan padaku dan keluarga.

Mungkin selama itu juga dia dekat dengan seorang perempuan di kantornya. Setiap kali chatting aku selalu memulainya, terkadang aku merasa bosan jika aku yang memulai terus, kadang juga aku menyapanya setiap pagi tapi belakangan aku merasa ada yang berbeda darinya, sikapnya kepadaku saat chatting terasa dingin, bahkan aku seperti tidak mengenalnya.

Sampai hari itu datang, dia dan ibunya datang dari kota Batam ke Bandung melalui Jakarta, aku saat itu sibuk membantu ibuku sehingga aku sama sekali tidak memegang handphone saat itu. Dia meneleponku beberapa kali namun aku tidak mengangkat karena sedang sibuk, saat itu Tuhan memperlihatkan wajah asli keluarga itu. Kakaknya meminta nomor handphone-ku dan memaki-makiku dengan kata-kata yang kasar, mengatakan aku tidak punya etika, takut dan bersembunyi sehingga tidak mau bertemu dengan adiknya.

Malam itu aku tidak jadi bertemu dengannya. Besoknya aku pergi bertemu dengannya, dengan muka marah dan kecewa dia melihatku seperti tidak suka, setelah berbincang sebentar kami pun berpisah, aku pulang ke rumah dan dia pulang ke hotel tempatnya menginap.

Berpisah bisa jadi jalan terbaik./Copyright shutterstock.com

Tapi Tuhan menunjukkan jalan lain kami berpisah, dia mengatakan akan mencariku kalau aku lulus dari kuliah, kenyataannya belum seminggu berpisah dia sudah memiliki perempuan lain. Sepertinya keluarga mereka ingin menghinaku dan memanas-manasiku, tapi aku bersyukur Tuhan menunjukkan kebenaran itu dan aku tidak tahu apa yang terjadi jika aku sampai menikah dengan orang seperti itu. Aku ingin meminta maaf pada mantanku yang pertama karena aku sadar selama ini aku juga terlalu egois dan kurasa aku sudah mendapat balasannya.

(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading