Sukses

Lifestyle

Berdamai dengan Kegagalan Memang Awalnya Tak Pernah Mudah

Fimela.com, Jakarta Apapun mimpi dan harapanmu tidak seharusnya ada yang menghalanginya karena setiap perempuan itu istimewa. Kita pun pasti punya impian atau target-target yang ingin dicapai di tahun yang baru ini. Seperti kisah Sahabat Fimela ini yang kisahnya ditulis untuk mengikuti Lomba My Goal Matters: Ceritakan Mimpi dan Harapanmu di Tahun yang Baru.

***

Oleh: Widya Septe A. - Mojokerto

Hai, panggil saja aku dengan Dea. Di sini aku akan berbagi cerita kepada sahabat Fimela dalam rangka mengikuti lomba menulis Fimela dengan tema My Goal Matters.

Setiap orang pasti punya mimpi dan berusaha untuk mewujudkannya. Namun dalam proses untuk mewujudkannya tidak sedikit ditemui berbagai hambatan. Sebagian orang menganggap hambatan tersebut sebagai motivasi. Namun tidak sedikit juga seseorang berhenti berusaha untuk mewujudkan impiannya karena hambatan tersebut. Sangat disayangkan sekali jika keputusasaan yang mereka ciptakan menjadikan mimpi itu hanya sebuah impian belaka. Justru menurutku hal yang penting dalam proses mewujudkan impian tersebut adalah bagaimana kita dapat menyelesaikan berbagai hambatan yang ada di depan kita dengan sikap yang bijak. Jangan gampang putus asa dalam menghadapi masalah karena suatu usaha tidak akan mengkhianati hasil.

Sikap lapang dada dan kesabaran sangat dibutuhkan karena seberapa kuatkah mental kita diuji. Tidak lupa juga disertai dengan keikhlasan. Dan juga menurutku kita harus memantaskan diri untuk mendapatkan impian kita itu.Seperti halnya dengan kisahku. Aku pernah mengalami keberhasilan. Apa yang aku inginkan seolah–olah aku dapatkan dengan mudah dan sebagian besar yang aku inginkan, aku dapatkan itu. Namun, ada saat aku juga megalami kegagalan. Itu terjadi beberapa tahun yang lalu. Kegagalan yang aku alami datang bertubi–tubi. Hingga aku merasa berada di titik terendah saat itu. Oh bukan, mungkin lebih tepatnya benar–benar sangat rendah.

Jika diibaratkan seperti kata orang yaitu sudah jatuh tertimpa tangga pula. Mungkin kedengarannya berlebihan tapi itu yang kurasakan saat itu. Seolah–olah aku tidak bisa memilikinya lagi. Mimpi yang telah aku susun, hilang sudah akibat kegagalan itu. Yang aku rasakan saat itu sedih, bingung, malu, kehilangan kepercayaan diri, nafsu makan berkurang, bahkan untuk melakukan segala sesuatu pun menjadi sangat malas. Tak ada motivasi lagi pada diriku. Apakah kegagalan ini akibat dari kesalahanku?

Namun aku sadar, ini hanyalah sebuah ujian yang harus aku hadapi untuk mewujudkan impianku itu. Ini adalah sebuah proses yang harus aku jalani dengan ikhlas. Aku harus bangkit untuk mengejar impianku kembali. Mempersiapkan diri untuk impianku itu dengan kesabaran dan keikhlasan tentunya. Aku sadar, dengan kegagalan yang aku alami ini menjadikanku lebih dewasa. Mungkin dengan cara seperti inilah yang telah Tuhan berikan agar aku dapat bersikap lebih dewasa. Dewasa dalam menghadapi suatu masalah tanpa mengenal putus asa.

Salah satu motivasiku ialah dengan memiliki keyakinan yang kuat bahwa aku dapat mewujudkan impianku itu. Mulai merubah diri lebih baik. Cara mengubah diriku untuk lebih baik lagi, yaitu beribadah lebih rajin dari biasanya, berusaha lebih keras dari biasanya, serta sikap ikhlas, sabar, tidak gampang putus asa, dan keyakinan kuat untuk mewujudkan impianku itu harus aku miliki.

Pasti kalian bertanya–tanya, kegagalan apa yang telah aku alami itu. Kegagalan yang aku alami yaitu ketika nilai ujian nasionalku tidak sesuai harapan dan nilaiku yang pas–pasan. Ditambah lagi dengan aku tidak lolos tes masuk perguruan tinggi negeri manapun. Bahkan untuk tes kedinasan aku juga tidak lolos dan itu semua membuatku galau. Semua jalur masuk dan beberapa perguruan tinggi negeri sudah aku jalani namun satu pun aku tidak ada yang lolos.

Sempat orang tuaku menawarkan agar aku daftar di perguruan tinggi swasta. Namun aku menolaknya. Hal itu karena aku tidak ingin membuat orang tuaku susah lagi. Biaya di perguruan tinggi swasta tentunya lebih besar dibandingkan jika aku masuk di perguruan tinggi negeri. Sudah banyak biaya yang mereka keluarkan untukku dalam mendaftar perguruan tinggi tersebut yang satupun aku tidak lolos.

Aku sadar telah membuat kecewa orang tuaku. Akhirnya aku memberanikan diri dan memutuskan untuk tidak kuliah di tahun itu. Mungkin dalam keputusan yang aku buat, ada rasa kecewa yang timbul dalam diri orangtuaku karena aku memutuskan tidak kuliah. Tapi aku berkeyakinan kuat bahwa aku dapat lolos ke perguruan tinggi negeri di tahun depan.

Tidak terasa setahun telah berlalu. Aku akan mengikuti tes masuk perguruan tinggi negeri kembali. Aku sangat jauh lebih percaya diri dibandingkan tahun kemarin ketika mengikuti tes. Dengan usaha yang gigih setahun belakangan ini, keyakinan yang kuat, dan disertai doa yang selalu kupanjatkan, menjadikanku mantap untuk lolos ke tes kali ini. Bukan maksudku untuk pesimis, namun aku juga menata hatiku untuk ikhlas jika tidak lolos lagi.

Aku berdoa untuk selalu diberikan yang terbaik dan semuanya kupasrahkan kepada yang di atas. Sebulan lebih kunantikan pengumuman hasil tes dan akhirnya hari itu datang juga. Perasaanku campur aduk. Penasaran dan ingin cepat tahu hasilnya namun masih ada rasa takut yang aku rasa jika mengetahui hasilnya tidak sesuai harapan. Maklum saja, trauma itu masih ada dalam diriku. Namun, rasa ingin tahuku lebih besar dari rasa traumaku. Kuputuskan untuk melihat pengumuman itu segera mungkin. Akhirnya aku dapatkan hasilnya juga.

Aku deg–degan saat aku membaca hasilnya. Akhirnya aku diterima di perguruan tinggi negeri yang aku inginkan. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan. Perguruan tinggi negeri itu salah satu perguruan tinggi negeri terbaik di Indonesia. Namun, sedikit ada rasa sedih karena aku tidak diterima di jurusan yang aku inginkan. Sebenarnya jurusan di mana aku diterima itu merupakan jurusan yang mempunyai peluang yang bagus namun aku belum tertarik. Tapi aku percaya bahwa ini yang terbaik buatku.

Jangan sampai hanya gara–gara aku tidak diterima di jurusan yang aku inginkan membuatku tidak semangat. Aku harus mencari sisi positifnya. Lama–kelamaan aku menikmatinya. Sebenarnya masih ada keinginanku untuk mendapakan jurusan yang aku inginkan tersebut. Memang bukan sekarang aku mendapatkannya. Berharap di lain kesempatan aku bisa kuliah di jurusan yang aku inginkan itu. Untuk sekarang ada hal yang lebih penting, yaitu bersyukur terhadap apa yang telah Tuhan berikan dan fokus terhadap apa yang sudah aku dapatkan. Berusaha untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Dan mengejar mimpi–mimpi kecil agar dapat mewujudkan impianku yang besar suatu hari nanti.

Di tahun 2019 ini, aku berharap menjadi pribadi lebih baik lagi dari tahun kemarin. Pribadi yang lebih dewasa dan mandiri. Belajar dari kesalahan masa lalu. Dan fokus menatap masa depan. Mengejar mimpi–mimpi yang belum terwujud di tahun kemarin. Tentunya dengan perjuangan yang lebih dari tahun kemarin. Disertai juga dengan doa, keikhlasan, kesabaran, dan keyakinan yang kuat yang selalu mengiringi. Di tahun 2019 ini aku juga mempunyai resolusi, di antaranya:

  • Ibadah lebih rajin.
  • Melawan rasa malasku dan membuangnya jauh–jauh.
  • Pola makan sehat dan rutin olahraga.
  • Lebih banyak baca buku dan lebih berpikiran terbuka.
  • Mencari pengalaman baru seperti mengikuti beberapa organisasi, menjadi seorang relawan, mencoba magang untuk mendapatkan penghasilan sendiri, dan seterusnya.
  • Mencari informasi beasiswa khususnya besiswa ke luar negeri, karena ini merupakan impianku sejak dulu.

Itulah kisahku dan beberapa resolusi yang ingin aku capai ditahun 2019 ini. Dan aku harap semoga kisahku dapat menjadi sebuah pembelajaran untuk kalian yang membacanya.

 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading