Sukses

Lifestyle

Bekerja Bukan Hanya Melihat Gaji tapi Pengalaman Berharga

Fimela.com, Jakarta Punya pengalaman suka duka dalam perjalanan kariermu? Memiliki tips-tips atau kisah jatuh bangun demi mencapai kesuksesan dalam bidang pekerjaan yang dipilih? Baik sebagai pegawai atau pekerja lepas, kita pasti punya berbagai cerita tak terlupakan dalam usaha kita merintis dan membangun karier. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis April Fimela: Ceritakan Suka Duka Perjalanan Kariermu ini.

***

Oleh: Devi Lina Sari Sianturi - Surabaya

Pilihan antara bekerja dengan berkuliah adalah sesuatu hal yang dilema. Ketika di Sekolah Menengah Atas sebelum saya naik ke kelas 2, saya dihadapkan terhadap 2 pilihan yaitu IPS dan IPA. Cukup lama saya berpikir karena keluarga lebih memilih Sains atau IPA karena peluang kerjanya nanti bagus menurut pendapat mereka.

Terlepas dari pilihan keluarga yang menginginkan untuk mengambil jurusan IPA, di sisi lain saya sangat menginginkan jurusan IPS karena saya sangat suka menghapal berbagai mata pelajaran seperti pendidikan sejarah dan mata pelajaran lainnya yang berhubungan dengan Ilmu Sosial. Akhirnya saya memilih Ilmu Pengetahuan Sosial dibandingkan Sains dan beberapa tahunnya akhirnya lulus SMA.

Beberapa tahun kemudian saya melanjutkan perkuliahan dengan jurusan Ilmu Hukum. Semester 1 sampai semester 3, saya memutuskan untuk fokus dalam perkuliahan. Kemudian semester 4 saya memutuskan untuk berkuliah sambil bekerja, karena berpikir tentang dana uang kuliah selanjutnya, dan uang untuk kebutuhan sehari-hari. Pilihan saya ketika memulai bekerja dan berkuliah adalah inisiatif saya sendiri tanpa memberitahu keluarga. Saya menyadari keputusan ini mungkin akan berpengaruh pada kuliah saya. Saya menyadari betapa pentingnya keputusan yang saya ambil. Pilihan itu mungkin akan memengaruhi segala aktivitas saya.

Saya memulai pekerjaan di tempat percetakan dekat dengan kampus seperti melayani jasa print dan fotocopy, sebulan setelah saya bekerja. Semuanya baik-baik saja. Saya berkuliah dan bekerja, semua saya lakukan tanpa menghalangi proses perkuliahan saya. Saya sangat menikmati pekerjaan saya karena menurut saya mudah untuk dilakukan. Dan pemilik jasa percetakan juga sangat baik terhadap saya.

Yang menjadi dukanya dalam bekerja adalah gaji yang sedikit dan terkadang tidak sesuai dengan seberapa lama saya bekerja. Tepat setelah selesai semester 4 saya tidak bekerja sementara waktu dan karena pemiliknya juga mengatakan untuk sementara ini berhenti dari pekerjaan karena libur semester. Dan secara otomatis karena jasa print-nya akan sepi dengan pelanggan/mahasiswa karena libur umum sekitar 1 sampai 2 bulan.

 

Pengalaman Bekerja

Saat itu saya berpamitan kepada pemilik jasa percetakan. Setelah memikirkan banyak hal dan karena saya tidak pulang kampung, saya pun searching di internet mengenai lowongan pekerjaan yang dapat dilakukan selama 1 sampai 2 bulan. Karena saya tidak tahu apa yang saya lakukan selama libur tersebut. Saya cari di Google dan Facebook. Saya menemukan ada penerimaan pekerjaan jadi buruh pabrik roti dan itu sifatnya borongan. Digaji per hari atau per minggu. Dan persyaratannya hanya kartu identitas dan fotokopi ijazah terakhir. Setelah beberapa hari saya mendatangi pabrik tersebut, dan menanyakan mengenai pekerjaan tersebut. Saya pun memberikan berkas untuk pendaftaran untuk bekerja. Dan salah satu pekerja di sana yang merupakan pengawas pekerja borongan mengatakan, "Anda boleh bekerja mulai minggu depan."

Setelah hari yang ditentukan untuk saya memulai pekerjaan tersebut. Pada hari pertama saya diajari dan diberikan petunjuk mengenai pekerjaan tersebut. Saya berkenalan dengan para pekerja yang lain, dan rata rata pekerjanya berumur 25 ke atas. Saya pun memulai pekerjaan di pabrik roti tersebut seperti mengepak roti-roti dengan mesin otomatis. Dan serius pekerjaan itu sangat melelahkan. Berdiri selama 7 atau 8 jam-an dan istirahat hanya 1 jam-an.

Dan itu benar-benar melelahkan. Saya sampai berpikir, “Apakah ini yang dimaksud dengan bekerja?" Pekerjaan tersebut juga diharuskan berdiri selama waktu yang ditentukan. Sungguh melelahkan. Dan harus mencapai target berapa ribu makanan yang harus dikemas secara otomotis di pabrik. Terkadang saya sesekali memakan roti/camilan tersebut.

Hari pertama tersebut sangat melelahkan dan gajinya juga tak seberapa. Tapi saya juga tidak menyerah pada saat itu. Saya hadir di hari kedua untuk bekerja. Karena saya udah memahami bagaimana teknik bekerjanya, saya pun bekerja seperti di hari pertama. Saya mengemas seperti biasa dan sesekali memakan camilan yang ada di dekat saya supaya tidak bosan dan tidak mengantuk dalam bekerja.

Satu hal yang kurang saya sukai di pabrik tersebut adalah para ibu-ibu dan pekerja yang bekerja di sana suka bercakap kotor dalam bahasa Jawa, dan itu sangat kasar. Bukan hanya suka bercakap kotor, mereka juga suka bergosip, tapi saya kurang memahaminya, maksudnya bahasanya. Beberapa kata yang diucapkan saya pahami dan kalimat-kalimat lain saya tidak pahami. Tetapi tidak mungkin bagi saya untuk menegur atau memberikan saran agar mereka tidak bersikap seperti itu. Siapa saya, terkadang saya berpikir seperti itu dan terlepas dari itu saya juga masih jauh dibawah umur mereka.

Bahkan pengawas pekerjanya juga tidak terlalu memerhatikan tutur bahasa saya atapun pekerja lainnya. Yang paling penting adalah pekerjaannya selesai dikerjakan, dan sesuai target. Beberapa waktu setelah saya bekerja saya mendapat gaji dari pekerjaan saya dan saya menyimpannya untuk keperluan sehari-hari.

Pada suatu waktu saya sangat mengantuk dan datang bekerja sedikit terlambat karena terlalu capek bekerja. Wah, tak disangka-sangka si ibu pengawas memarah-marahi saya dan bicara bahasa Jawa kasar. Dan langsung saya kelagapan dan bingung sendiri, padahal saya hanya telat 15 menit. Saya meminta maaf dan mengatakan saya tidak akan mengulang hal tersebut. Tetapi ibunya nyerocos dan bicara tanpa henti kepada saya. Kenapa telat dan lain sebagainya. Dan bicaranya juga sangat cepat, seperti ngerap. Pertama kali saya melihat orang seperti itu. Ya ampun pikiran saya berkecamuk.

Saya langsung minta maaf dan memberikan alasan mengapa saya terlambat. Dan akhirnya ngerapnya pun selesai alias berhenti dari amukan ibu pengawas. Saya langsung ganti seragam dan bekerja seperti biasa. Dalam hati saya berpikir, "Ternyata hidup ini kejam,ya" Terkadang saya berpikir juga kalau hidup ini sangar dan penuh kepedihan.

Diambil Pelajarannya Saja

Saat itu sebenarnya saya sudah mau menangis tetapi saya kembali berpikir kalau ini adalah pilihanku dan aku juga harus mempertanggungjawabkan apa yang saya lakukan. Saya banyak terdiam saat itu, dan hanya melakukan pekerjaan tersebut. Saya mengikuti semua yang disuruh ibu pengawas lakukan. Setelah ada jeda atau jam istirahat saya menangis sedikit dan bercerita kepada teman saya. Dan itu sangat melegakan. Setelah selesai beristirahat saya kembali bekerja sampai selesai pada jam yang ditentukan. Saya berkemas dan pulang ke kost.

Setelah satu bulan saya bekerja, saya pun akhirnya meninggalkan pabrik tersebut, saya berpamitan kepada teman-teman yang ada di sana dan termasuk kepada ibu pengawas. Saya mengatakan mungkin saya akan kembali lagi datang bekerja ke sini di lain waktu. Terima kasih buat pengalaman berharga yang akan aku ingat, karena perkuliahan di semester 5 akan dimulai.

Dan saya harus mulai berkuliah. Karena tujuan utama saya adalah berkuliah untuk saat ini. Saya mengumpulkan uang untuk membayar uang kuliah dan biaya lainnya. Setelah beberapa hari sebelum kuliah saya beristirahat di kost (me time). Dan sesekali teringat dengan amukan ibu pengawas yang masih terngiang di telingaku.

Saya menyadari satu hal tentang sebab-akibat. Sebab adalah sebuah kejadian yang mampu menghasilkan effek tertentu berupa “akibat” sedangkan akibat itu sendiri adalah efek yang dihasilkan oleh sebab diatas. Dan itu terjadi pada saya. Dan semua terjadi karena proses timbal balik. Keterlambatan saya yang menyebabkan ibu pengawas marah, kalau bukan karena terlambat mungkin saya tidak dimarahi pada saat itu. Dan akhirnya saya menerima akibat dari sebab yang saya lakukan.

Terkadang banyak orang yang keluar dari tempat bekerjanya karena mungkin atasannya suka marah-marah dengan hal yang sepele dan suka tidak memaafkan pekerjanya. Dan banyak juga orang yang keluar dari tempat bekerjanya karena merasa tidak nyaman dengan lingkungan pekerjaan misalnya para pekerja suka menggosip, bercakap kotor, ngomongin artis yang mereka sukai, dan lain sebagainya. Menurut saya batas waktu untuk bekerja juga penting. Setidaknya setara dengan upah pekerja. Banyak pengalaman yang saya dapatkan dari tempat bekerja saya. Meskipun saya masih mahasiswa tetapi pengalaman bekerja itu sangat berharga buat saya. Semoga setelah saya lulus kuliah saya mendapatkan pekerjaan yang terbaik sesuai dengan jurusan perkuliahan saya.

Dan akhir kata saya katakan, ”Berusahalah memperbaiki kesalahan." Setiap orang tidak luput dari kesalahan, tapi usahakanlah memperbaikinya. Keterbukaan merupakan salah satu cara untuk memperbaiki kesalahan. Bekerja bukan hanya melihat gaji tetapi pengalaman berharga. Pengunduran diri bukan hal yang selalu baik apabila hanya karena hal sepele. Berkaca dari hari sebelumnya, apa yang salah dan apa yang kurang. Percaya pada diri kita sendiri bahwa kita bisa melakukannya. Terima kasih telah membaca ceritaku. Love you.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading