Sukses

Lifestyle

Jika Aku Bisa, Ingin Rasanya Mataku untukmu Ibu

Fimela.com, Jakarta Punya cerita mengenai usaha memaafkan? Baik memaafkan diri sendiri maupun orang lain? Atau mungkin punya pengalaman terkait memaafkan dan dimaafkan? Sebuah maaf kadang bisa memberi perubahan yang besar dalam hidup kita. Sebuah usaha memaafkan pun bisa memberi arti yang begitu dalam bagi kita bahkan bagi orang lain. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Fimela: Sambut Bulan Suci dengan Maaf Tulus dari Hati ini.

***

Oleh: Rizqi Suroya - Demak

Ibu adalah wanita yang sangat luar biasa dalam hal apapun. Seorang ibu akan melakukan apa saja untuk anaknya. Termasuk ibuku, wanita hebat yang mau melakukan apapun untuk putrinya. Ketika putrinya belum makan pasti ibu akan khawatir dan terus bertanya, "Sudah makan belum, Nduk? Kalau belum makan, makanlah! Ibu sudah masak makanan kesukaanmu.’’ Mungkin juga ibu akan kebingungan dan ingin menggantikan posisi putrinya ketika sakit. Bahkan ibu akan selalu berada di depan ketika putrinya sedih dan membela ketika putrinya dimarahi bapaknya.

Tiada kata yang bisa menggambarkan seorang ibu, karena beliau begitu luar biasa berjasa bagi kehidupan seseorang. Sembilan bulan dengan susah payah, kesakitan, tertatih-tatih membawa anaknya kemana-mana. Makan terganggu, minum terganggu, tidur terganggu, dan melakukan aktivitas apapun terganggu oleh beban yang kian hari kian bertambah berat. Tapi seorang ibu tidak pernah merasa keberatan dengan semua itu, bahkan seorang ibu menanti-nanti kehadirannya. Sungguh wanita mulia yang wajib kita hormati, sayangi, lindungi, dan kita rawat hingga masa tuanya sampai Tuhan memanggilnya. Tetapi tidak semua anak mampu melakukan semua itu, termasuk aku. Selama ini aku hidup dalam rasa tidak tenang. Bagaimana aku bisa tenang ketika meninggalkan ibuku di rumah? Mungkin aku akan sangat berdosa besar, dan tentunya aku sadar itu.

Seorang ibu yang rela merawat anaknya dalam kondisi apapun tanpa pamrih. Berbeda dengan anak, termasuk aku. Aku ingin merawat ibuku, tapi semua pasti ada alasan mengapa aku tidak bisa merawatnya. Berbeda dengan ibuku yang merawatku tanpa alasan. Mungkin semua orang akan mengatakan aku kejam dan anak durhaka. Tapi sungguh, aku ingin sekali merawat beliau bahkan dalam kondisi beliau yang buta sekarang ini karena penyakit gula yang dideritanya.

 

Kenangan Bersama Ibu

Sulit memang memaafkan diriku sendiri, sudah hampir satu tahun ini aku mencoba memaafkan diriku sendiri dengan hati yang tulus. Semoga Ramadan tahun ini aku benar-benar bisa memaafkan diriku sendiri. Kenangan bersama ibu pasti selalu terekam jelas dalam benakku. Seperti kenangan satu tahun yang lalu ketika semua orang tidak ada yang mengantarku untuk bertanya terkait beberapa berkas yang kubutuhkan untuk mendaftar ke perguruan tinggi. Dengan suka rela ibu tidak berjualan hari itu dan rela mengantarku menaiki kendaraan umum untuk mengantarku ke perguruan tinggi itu, bahkan rela mengeluarkan uangnya yang beliau kumpulkan dengan susah payah selama beberapa hari untuk ongkos perjalanan kami.

Setelah itu, aku mengajak ibu berjalan cukup jauh untuk melihat-lihat perguruan tinggi yang kunantikan sampai lupa jika ibuku sudah berkurang energinya tidak seperti ketika beliau muda. Ibu juga rela menahan lapar bersamaku yang terbiasa sulit makan, sampai beliau membeli arem-arem untuk mengganjal rasa laparnya. Sore hari aku dan ibu sampai di rumah, setelah membersihkan diri ibu memilih istirahat karena terlalu lelah setelah menemaniku menempuh perjalanan jauh.

Kenangan itu adalah kenangan ketika ibu masih bisa melihat, kenangan ketika Ramadan tahun lalu ibu masih bisa masak untuk kami. Tapi Ramadan tahun ini berbeda, Tuhan memberikan takdir lain yang harus ibuku jalani. Iya, penyakit gula yang diderita ibuku kian bertambah parah sehingga membuat penglihatannya mengalami kebutaan. Itulah mengapa hari-hariku tidak tenang meskipun terlihat tenang. Semua itu karena perasaan khawatir terjadi apa-apa terhadap ibuku. Meskipun di rumah ada bapak, tetap saja aku khawatir ketika bapak mencari nafkah ibu dirumah sendiri. Sedangkan aku? aku harus menyelesaikan studiku di perguruan tinggi sampai mendapat gelar S1. Mengapa aku tidak berhenti dan memilih merawat ibu di rumah? Semua itu karena ibu dan bapak memintaku untuk terus belajar mengejar keinginanku. Apalagi ibu dan bapak melihat perjuanganku untuk bisa melanjutkan pendidikan.

Ibu... maafkan anakmu ini ya, yang lebih memilih melanjutkan pendidikan daripada merawatmu di rumah. Meskipun aku tahu ibu akan memaafkanku dengan tulus tanpa aku meminta maaf padanya. Ingin diriku bisa memaafkan hal yang aku pilih ini sebenar-benarnya kata maaf seperti maaf dari ibu. Dalam hatiku yang tulus ini bu, ingin sekali mataku untukmu. Agar ibu bisa kembali melihat indahnya dunia ini, seperti dalam doaku untuk bu. Meskipun aku tahu, sulit untuk operasi mata ibu karena penyakit ibu. Terlebih aku juga takut jika operasi kesehatan ibu semakin menurun.

Maafkan diriku ini ya Bu, mungkin aku tidak bisa mengutarakan kata maaf ini secara langsung. Tapi sebagai perempuan, aku memiliki perasaan yang bisa kutuangkan ke dalam tulisan ini. Terima kasih untuk semua pengorbananmu ibu, dan maafkan aku yang belum bisa membahagiakan ibu di masa tua.

Simak Video di Bawah Ini

#GrowFearless with FIMELA

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading