Sukses

Lifestyle

Menghadapi Fitnah Rekan Kerja Perlu Dilakukan dengan Cara Cerdas

ringkasan

  • Diftinah rekan kerja memang menyakitkan
  • Tapi selalu ada kekuatan dalam diri kita untuk bisa bersabar.

Fimela.com, Jakarta Punya cerita mengenai usaha memaafkan? Baik memaafkan diri sendiri maupun orang lain? Atau mungkin punya pengalaman terkait memaafkan dan dimaafkan? Sebuah maaf kadang bisa memberi perubahan yang besar dalam hidup kita. Sebuah usaha memaafkan pun bisa memberi arti yang begitu dalam bagi kita bahkan bagi orang lain. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Fimela: Sambut Bulan Suci dengan Maaf Tulus dari Hati ini.

***

Oleh: Endah - Mojokerto

Problematika hidup sangatlah kompleks, setiap orang pasti pernah merasakan konflik dan punya caranya masing-masing dalam menghadapinya. Seperti halnya yang pernah aku alami di tempat kerja.

Ada rekan kerja senior yang memiliki sikap tidak baik kepadaku. Difitnah, dicerca, dan dimarahi di depan banyak orang adalah perlakuan yang sering aku terima. Aku pernah disalahkan di depan bos walaupun kesalahan tersebut bersumber dari informasi dan data yang dia berikan. Awalnya aku berpikir kalupun aku menyanggah pernyataan rekan kerja senior tersebut, kredibilitasku masih rendah karena aku masih pegawai baru. Dan aku pikir kalau aku menerima kesalahan rekan kerjaku untuk hal ini, dia akan mengajariku dan memberikan ilmu baru dalam pekerjaan. Ternyata tindakanku salah, aku baru sadar ternyata apa yang dilakukan padaku adalah sebuah kesengajaan.

Aku tidak tahu mengapa dia melakukan itu padaku. Kenapa harus ada laporan fiktif kepada atasan mengenai tindakanku yang tidak baik di mana aku sendiri tidak pernah merasa mekakukan hal itu. Kenapa harus ada tuduhan mencuri, padahal aku sadar betul tidak ada pikiran terbesit sedikitpun untuk mengambil yang bukan hakku. Apakah memang hal seperti ini wajar dalam persaingan kerja. Kenapa harus menjatuhkan, bukankah sesama rekan kerja seharusnya bisa bekerja sama dengan baik? Aku tidak berani cerita kepada siapapun terkait masalah ini. Sikapnya yang seperti itu seolah menularkan sebuah kebencian.

 

Bertahan dengan Tetap Bekerja

Aku berencana membuat lamaran kerja di tempat lain karena merasa lingkungan kerjaku sekarang tidak baik. Jatah cuti aku gunakan untuk mengikuti proses rekrutmen yang panjang dari perusahaan-perusahaan besar. Tapi nasibku kurang beruntung, aku selalu gagal di tahap akhir. Aku terus mencoba apply lowongan apapun yang sesuai basic pengetahuan yang aku miliki. Bolak-balik luar kota kutempuh sendiri untuk mengikuti proses rekrutmen. Buku psikotest dan wawancara yang begitu tebal-tebal aku beli untuk dipelajari karena ingin sekali bisa mendapat pekerjaaan baru yang lebih baik dan mendapat lingkungan kerja yang nyaman. Tapi sekeras apapun aku berusaha jika Allah belum berkehendak ya mau bagaimana lagi, aku hanya bisa berusaha dan berdoa. Mungkin Allah menyuruhku untuk lebih bersabar lagi.

Tanpa bercerita keadaanku di kantor yang sering difitnah, orang tuaku tiba-tiba menasihati dan memberi motivasi agar semakin berprestasi di manapun aku bekerja. Janganlah bekerja hanya demi uang, bekerjalah dengan niat ibadah dan lakukan dengan hati yang ikhlas. Saat itu aku sadar tidak seharusnya aku juga memendam kebencian, kulepaskan emosi negatif dan membuat aktivitas hidup menjadi lebih baik. Aku maafkan perlakuan rekan kerjaku walaupun tidak pernah ada permintaan maaf yang keluar dari bibirnya. Aku ingat nasihat ayah kalau perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti. Perlahan aku menerima keadaanku yang belum mendapatkan pekerjaan di tempat lain dan akan kuhadapi rekan kerjaku dengan kerja cerdas tanpa ada pikiran negatif.

Simak Video di Bawah Ini

#GrowFearless with FIMELA

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading