Sukses

Lifestyle

Jika Dihadapkan pada Dua Pilihan, Labuhkan Hati pada yang Membuat Nyaman

Fimela.com, Jakarta Setiap orang punya kisah cinta yang unik. Ada yang penuh warna-warni bahagia tapi ada juga yang diselimuti duka. Bahkan ada yang memberi pelajaran berharga dalam hidup dan menciptakan perubahan besar. Setiap kisah cinta selalu menjadi bagan yang tak terlupakan dari kehidupan seseorang. Seperti kisah Sahabat Fimela yang disertakan dalam Lomba My Love Life Matters ini.

***

Oleh: Tuti - Bekasi

CINTA SEJATI HARUS MEMILIH

Menjalani sebuah hubungan jarak jauh merupakan hal sulit yang aku rasakan. Beberapa orang mungkin menganggap hal itu merupakan tantangan bagi kedewasaan sebuah hubungan. Tapi bagiku, hal itu sama dengan menelan pil yang pahitnya masih terasa di langit-langit lidah.

Aku dan calon suamiku terpaksa menjalani LDR karena pekerjaan yang berada jauh di luar kota, yang memungkinkan kami untuk bertemu hanya sebulan sekali. Walaupun kami telah berpacaran selama lima tahun dan memutuskan untuk bertunangan namun ketika harus merelakannya untuk pergi jauh adalah hal yang cukup menyesakkan hati.

Beberapa bulan berlalu secara normal walaupun di awal-awal komunikasi kami sangat intens. Enam bulan berlalu dan kurasakan hal yang sedikit asing ketika dia pulang untuk berlibur dan menemuiku. Beberapa pesan pesan chat bahkan telepon dari teman wanitanya sangat menggangguku. Walaupun memang tidak nyata-nyata perselingkuhan terjadi, sesak rasanya mendapati bahwa ada teman wanita yang selalu menemaninya di sana. Hal itu terkuak ketika aku mulai membuka email-emailnya. Dan tampaknya calon suamiku senang-senang saja mendapat perhatian khusus itu. Rasa sakit hati, cemburu, insecure, bercampur menjadi satu. Lalu keluarlah pernyataan dariku untuk memutuskan pertunangan kami. Meskipun dia telah meminta maaf berulang kali, aku tegarkan hatiku untuk berkata tidak pada hubungan kami.

Setelah kami memutuskan pertunangan, kudengar bahwa dia menjalani hubungan dengan teman wanitanya itu. Aku pun mulai menyibukkan diriku dengan teman-temanku sendiri. Karena masih dirundung dengan pahitnya dilukai, begitu ada seorang laki-laki yang memperhatikanku maka aku langsung jatuh pula ke pelukannya. Aku mulai merasa dicintai dan percaya diriku tumbuh kembali. Beberapa minggu dan bulan kami menjalani hubungan ini dengan santai. Tapi selalu saja aku merasakan ada yang kurang dalam hubunganku yang baru ini. Entah aku yang kurang mempedulikannya atau aku masih mengingat mantan, yang jelas hal itu mulai mempengaruhi emosiku.

Entah kenapa emosiku mulai tidak stabil, banyak hal-hal remeh yang membuatku kurang puas dengan hubunganku yang baru itu. Di samping itu sifat penyayang dan perhatiannya yang berlebihan banyak membuatku tidak nyaman. Bahkan belakangan kemudian aku mengetahui bahwa dia berbohong mengenai pendidikannya agar aku mau menerimanya menjadi kekasih. Akhirnya aku sadar bahwa aku tidak benar-benar mencintai pria ini. Semakin aku sadar bahwa dia hanyalah pelampiasanku saja.

Kembali Kepadanya

Ketika itulah sang mantan mulai menghubungiku lagi, entah sekadar menanyakan keadaan atau ingin kembali denganku. Tapi aku yang jual mahal menolak keinginannya untuk kembali. Genap setahun aku menjalani hubungan dengan pria baru dan mantanku dengan wanita barunya. Tapi dalam satu tahun itu aku menjalani hidup yang tidak tentu arahnya dan akhirnya mantan tunanganku meneleponku (karena saat itu dia berada di luar negeri cukup lama) dan memintaku dengan sangat untuk yang terakhir kalinya agar kami melanjutkan hubungan kembali dan segera menikah. Aku sadar dalam lubuk hatiku bahwa memang benar orang itulah yang mampu membuat hati ini nyaman dan tenang. Dan aku mengiyakan keputusan itu.

Langsung saja aku putuskan hubunganku dengan pria baruku itu dengan berbagai alasan. Jahat memang, tapi mengingat apa yang kurasakan selama ini, betapa aku merasa tidak nyaman dan tidak merasakan benar-benar cinta dengannya, maka aku harus memilih cinta sejatiku sendiri.

Dan, akhirnya aku pun harus memilih cinta sejatiku. Bersatu kembali dengan tunanganku membuat aku merasa nyaman, walaupun pahit kalau mengingat hal-hal yang sudah terjadi. Kami akhirnya menikah dan keluarga kami masing-masing pun berbahagia karena kami bersatu. Bagiku cinta memang harus memilih. Aku selalu mengingat perkataan seseorang yang membuatku mantap untuk memilih. Dia berkata, “Menikahlah dengan orang yang kamu cintai dan cintailah orang yang kamu nikahi." Selamat memilih cinta bagi kamu-kamu semua.

#GrowFearless with FIMELA

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading