Sukses

Lifestyle

Paras dan Bentuk Tubuh adalah Anugerah dari Tuhan

Fimela.com, Jakarta Masing-masing dari kita memiliki cara dan perjuangan sendiri dalam usaha untuk mencintai diri sendiri. Kita pun memiliki sudut pandang sendiri mengenai definisi dari mencintai diri sendiri sebagai proses untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Seperti tulisan yang dikirim Sahabat Fimela untuk Lomba My Self-Love Matters: Berbagi Cerita untuk Mencintai Diri ini.

***

Oleh: Biru Samudra - Yogyakarta

“Ih, gemuk banget ya?”

“Dasar gentong!”

“Coba kalau kurus, pasti cantik."

“Kamu diet deh, biar punya pacar."

“Ya berarti emang kamu nggak bisa masuk di fakultas kedokteran, gimana sih?”

“Gimana sih, masa gitu aja nggak bisa?”

“Kalau mimpi jangan ketinggian, kalau jatuh sakit."

“Hahahaha, kamu mau buat usaha sendiri? Mimpi!”

Ya begitulah, sebagian dari kata-kata orang yang masih menempel dalam ingatanku. Kata-kata keraguan bertahun silam yang mirisnya mayoritas keluar dari ucapan orang-orang terdekat. Kata-kata yang melekat dalam hati dan sempat membuatku menjadi minder dan tidak percaya diri. Meratapi kondisi tubuhku yang tidak langsing, meratapi impian yang tak kunjung terwujud, hingga masalah pasangan hidup yang bahkan sebelumnya tak terlalu aku pikirkan.

Setelah waktu berjalan cukup lama, menerima diri sendiri menjadi pilihanku. Sebab mendengarkan kata-kata tak baik juga meratapi ucapan-ucapan tersebut justru lebih membuat diriku tidak menjadi seseorang yang produktif. Aku beranggapan, ketika aku menjadi seseorang yang terpuruk, justru pada saat itu pula aku memberi makan pada asumsi-asumsi orang-orang yang meragu. Mereka senang bukan kepalang karena apa yang mereka katakan tentang aku menjadi benar.

 

 

Menata Hidup

Aku mulai menata hidupku. Membuat visi misi yang akan aku tuju. Merancang rencana demi rencana untuk mewujudkan mimpi-mimpiku. Menerima bahwa paras juga bentuk tubuh merupakan anugerah dari Tuhan, dan apa pun yang diberi oleh-Nya pasti memiliki alasan-alasan juga hikmah-hikmah di masa yang akan datang. Aku mengatur pola makanku, "Yang penting aku harus sehat, tidak perlu menjadi terlalu kurus." Membangun benteng antara diriku dengan orang-orang yang sekiranya hanya akan memberikan dampak yang negatif di hidupku. Aku mulai berusaha lagi pada mimpi dan berfokus pada kemampuan-kemampuanku. Menutup mata dan telinga pada yang meragu. Karena bagaimana orang lain akan percaya pada diri kita, jika kita sendiri tidak percaya dengan kemampuan kita?

Pada akhirnya, aku tersadar bahwa kita tidak perlu mewujudkan ekspektasi semua orang. Kita hanya perlu menyayangi diri kita sendiri dan segala impian-impian yang telah dirakit satu per satu menjadi terwujud. Dari arah yang tidak terduga-duga, luka itu menjadi sebuah cerita. Tentang jerih payah yang tak mau kalah dari apa kata orang. Karena yang dapat menyelamatkan kita adalah diri kita sendiri.

***

Sudah siap untuk hadir di acara FIMELA FEST 2019? Pilih kelas inspiratifnya di sini

#GrowFearless with FIMELA

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading