Sukses

Lifestyle

Terkadang di Dunia Ini, Ada Orang yang Lebih Memahami Kita daripada Orangtua Sendiri

Fimela.com, Jakarta Memiliki sosok pahlawan yang sangat berjasa dalam hidupmu? Punya pengalaman titik balik dalam hidup yang dipengaruhi oleh seseorang? Masing-masing dari kita pasti punya pengalaman tak terlupakan tentang pengaruh seseorang dalam hidup kita. Seperti pengalaman Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My Hero, My Inspiration ini.

***

Oleh: Dewi Rahmadani - Medan

Masing-masing orang pasti memiliki sosok pahlawan yang dikaguminya. Ketika mendengar kata “pahlawan”, mungkin kebanyakan orang memikirkan sosok pejuang pada zaman dahulu kala yang telah banyak berjasa untuk kemajuan bangsa dan negara. Tak terkecuali denganku, dahulu kala ketika mendengar sosok pahlawan, aku langsung teringat akan sosok Raden Ajeng Kartini yang merupakan sosok seorang pahlawan wanita yang telah banyak memperjuangkan keseteraan kaum wanita. Namun, seiring dengan aku bertumbuh menjadi wanita dewasa, sosok pahlawan yang ada di dalam benak pikiran diriku juga berubah. Aku memiliki sosok pahlawan yang perjuangannya benar-benar begitu nyata di dalam hidupku, untuk hidupku.

Sosok pahlawan di dalam diriku ini sangatlah berarti bagiku, bahkan bukan hanya untuk dikenang atau dibanggakan. Namun, kusadari atau tidak, dia telah menjadi sumber inspirasi di dalam hidupku. Mungkin sebagian orang akan meletakkan nama kedua orangtua seperti ayah atau ibu yang menjadi sosok pahlawan yang menginspirasi dalam hidupnya. Tapi tidak begitu denganku. Aku memiliki sosok pahlawan yang tidak biasa. Dia adalah si Mbok. Ya, si Mbok, sosok yang begitu amat penting di dalam hidupku. Begitu berarti, sehingga aku menyematkan kata dan makna pahlawan untuknya.

Sedari aku lahir, si Mbok sudah ada, bahkan dia yang merawatku dari lahir. Kasih sayangnya kepadaku tidak akan pernah mampu untuk kubalas dengan apapun. Meskipun kasih sayang ibu sepanjang masa, bagiku kasih sayang si Mbok lebih dari itu. Bagaimana bisa aku mengidolakan sosok pahlawan lain, sedangkan di depan mataku ada si Mbok yang selalu ada untukku. Dia selalu membersamai setiap tumbuh kembangku, sampai aku lebih bisa memahaminya dibandingkan aku memahami orangtuaku sendiri.

Begitu juga dengan si Mbok, dia seseorang yang paling memahamiku meskipun di saat aku sedang tidak mengungkapkan perasaanku kepadanya. Dia yang paling memahami bagaimana cara menyemangatiku setiap harinya, bahkan sentuhan kasih sayangnya disaat aku sedih pun selalu menjadi tumpuan yang tepat untukku.

Aku hidup dengan keluarga yang lengkap. Aku memiliki ayah dan ibu, tapi aku sangat kekurangan waktu, perhatian, dan kasih sayang dari kedua orangtuaku. Keadaan yang memaksa mereka sering meninggalkanku di rumah. Tentu saja, alasan mereka begitu sibuk tetaplah karena aku. Mereka menginginkan semua kebutuhanku terpenuhi dengan cara bekerja keras dari pagi hingga pagi. Tanpa orangtuaku sadari, aku tumbuh menjadi anak yang kurang akan kasih dan perhatian dari mereka. Hingga, mereka tidak pernah menjadi orang pertama yang menyaksikan aku senang ataupun sedih. Mereka juga bukan orang pertama yang mendengarkan keluh kesah ataupun riangku.

Setiap harinya aku diasuh oleh si Mbok. Si Mbok yang selalu membangunkan aku ketika aku harus pergi ke sekolah, mengurusi segala kebutuhanku, membuatkanku sarapan, mengantarkan dan menjemputku ke sekolah, sampai menemani aku hingga tertidur. Si Mbok begitu baik dan sabar, tidak pernah sedikit pun nada suaranya lebih tinggi dari suaraku, bahkan jari jemarinya selalu dipatrikannya dengan lemah lembut ke tubuhku.

 

Jasa si Mbok yang Tak Terlupakan

Si Mbok sendiri adalah seorang janda. Suaminya telah lama meninggalkannya, dia juga tidak memiliki seorang anak pun. Entah memang karena kebaikan dan ketulusan hatinya atau mungkin karena dia begitu menyanyangiku karena menganggap aku seperti anaknya sendiri, aku tidak tahu. Yang jelas sedikit pun aku tidak akan pernah bisa membayangkan hidupku tanpa si Mbok.

Pernah sewaktu itu, si Mbok yang menghadiri kegiatan pembagian rapor di sekolahku untuk menggantikan orangtuaku yang tidak bisa hadir. Aku menyebut si Mbok adalah Ibuku kepada orang-orang di sekelilingku. Tidak peduli orang lain percaya atau tidak, tapi kejadian itu masih aku ingat hingga sekarang. Si Mbok sempat menitikkan air mata pada saat kejadian itu. Haru.

Sampai pada akhirnya aku berada di titik saat aku benar-benar kehilangannya. Keadaan di mana aku merasa seperti separuh dari hidupku hilang. Keadaan yang lama sulit bisa aku terima dengan hati dan pikiranku. Ya, si Mbok di usianya yang menginjak 58 tahun dia sakit-sakitan dan akhirnya pergi meninggalkanku selama-lamanya. Aku seperti kehilangan arah. Aku benar-benar kehilangannya. Tapi, aku lupa, bahwa dia tidak meninggalkanku begitu saja, dia meninggalkan begitu banyak pelajaran untukku. Pelajaran tentang hidup dan mengisi hidup dengan kasih sayang.

Setiap saat dia selalu mengingatkanku dan mengajariku tentang hal yang baik. Bahwa berbuat baik itu harus kepada semua orang, bahkan orang yang telah jahat kepada kita sekali pun. Karena kebaikan kita kepada orang lain itu akan menghasilkan kebaikan untuk diri kita sendiri nantinya, walaupun yang membalas kebaikan itu bukan orang yang telah kita bantu atau kita tolong.

Dengan sendirinya, aku tumbuh menjadi seseorang yang peka terhadap orang lain. Walaupun aku tidak mendapatkan kasih sayang yang cukup dari kedua orangtuaku, aku sangat bersyukur orangtuaku mengenalkan si Mbok untuk menjaga dan merawatku sedari aku lahir hingga aku dewasa. Aku tetap menjadi anak gadis mereka yang baik dan manis meskipun mereka tidak pernah mengajariku. Si Mbok pahlawan yang nyata bagiku. Jasa-jasanya akan selalu kukenang dan mengirimkan doa untuknya agar si Mbok bahagia selalu di sana.

#GrowFearless with FIMELA

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading