Sukses

Lifestyle

Perasaan Malu Bukan Hambatan untuk Mencoba Hal Baru

Fimela.com, Jakarta Tahun baru, diri yang baru. Di antara kita pasti punya pengalaman tak terlupakan soal berusaha menjadi seseorang yang lebih baik. Mulai dari usaha untuk lebih baik dalam menjalani kehidupan, menjalin hubungan, meraih impian, dan sebagainya. Ada perubahan yang ingin atau mungkin sudah pernah kita lakukan demi menjadi pribadi yang baru. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Change the Old Me: Saatnya Berubah Menjadi Lebih Baik ini.

***

Oleh: Nahdia - Malang

Namaku Nahdia, nama panggilanku Nana. Aku terlahir menjadi anak pertama. Sejak kecil bahkan mungkin sejak lahir aku tuh pemalu banget. Dari lahir aku memiliki rambut yang lurus dan selalu pendek berponi, nggak pernah menyentuh bahu. Karena mama rajin banget bawa aku ke salon tiap rambutku sudah tumbuh hampir sebahu.

Walaupun pemalu tapi setidaknya aku masih merasa PD (percaya diri) dan bahagia memiliki rambut yang lurus. Entah bagaimana asal usulnya, rambut lurus yang menjadi kebanggaanku itu nggak bertahan lama. Kira-kira saat kelas 4 SD rambutku tumbuh berubah menjadi ikal dimulai dari poni yang tadinya lurus semakin lama berubah mirip seperti bentuk celurit. Begitu pula yang bagian belakang jadi nggak rapi seperti biasanya. Kepercayaan diri itu semakin luntur seiring dengan rambutku yang semakin ikal.

Masuk SMP aku masih berambut ikal yang menurutku sangat kubenci saat itu. Belum lagi mama membelikanku seragam baru yang ukurannya di atas ukuran tubuhku saat itu. Alhasil aku merasa makin terlihat aneh dengan seragam kedodoran. Saat di sekolah pun oleh beberapa teman, aku di juluki Olive (pasangan Popeye di film kartun). Entah seberapa miripnya aku dengan tokoh kartun itu, yang jelas aku pun semakin merasa nggak percaya diri banget.

Di saat kebanyakan temanku sudah mulai berpacaran, bahkan ada yang waktu nembaknya aja sampai bikin satu sekolah heboh, aku, jangankan pacaran, mungkin dilirik lawan jenis pun enggak. Aku pun jadi merasa takut yang namanya jatuh cinta, takut nggak bakal kesampaian karena aku sudah buru-buru men-judge diriku jauh dari kata cantik dan menarik yang pastinya banyak dicari para cowok. Bahkan aku pernah mengalami kejadian yang menurutku sangat memalukan tepat di tanggal ulang tahunku.

Waktu itu aku berniat mentraktir teman-teman dekatku dengan membelikan banyak kue/jajanan di kantin. Setelah membayar kue-kue itu dan saat akan kembali ke kelas aku melewati sekumpulan genk cowok yang anggotanya cukup famous di sekolah. Salah satu dari mereka berteriak padaku meminta kue yang sedang aku bawa dengan nada seperti menggoda anak kecil dan diikuti suara tertawa dari cowok-cowok lainnya. Aku pun tersenyum kecut menanggapinya, seketika itu aku yang sedang kesusahan berjalan karena membawa banyak kue, mendengar teriakan itu tiba-tiba sifat pemaluku kambuh bercampur semakin hilangnya rasa kepercayaan diriku dan parahnya tiba-tiba aku menjatuhkan semua kue-kue itu. Jelas saja para cowok itu langsung tertawa melihatku dan yang menyebalkan nggak ada yang membantuku. Benar-benar ulang tahun yang memalukan dan menyebalkan bagiku.

 

 

Masa SMA

Saat masuk SMA, aku merasakan rambut ikalku semakin menghilang dan tumbuh rambut baru dengan bentuk lurus lagi seperti saat aku masih anak-anak dulu. Duh betapa bahagianya aku saat itu. Rasanya seperti dunia kelamku akan segera hilang. Mungkin untuk orang lain bentuk rambut bukanlah masalah serius, namun bagiku rambut lurus bagaikan cahaya hidup yang bisa membuatku merasa lebih cantik dan menarik.

Kalau mungkin orang-orang di luar sana masih bingung saat ditanya sifat aneh apa yang ada pada dirinya, aku jelas sudah tahu jawabannya. Ya, sifat anehku yang sekaligus menjadi kelemahanku adalah disebabkan oleh rambutku sendiri yang memang cukup aneh dengan tumbuh berubah bentuk dari bentuk aslinya dan seiring perubahan itu pun aku jadi seperti kurang percaya diri dan semakin pemalu.

Hari-hari awal saat menjadi murid SMA masih terasa kurang menarik karena disibukkan oleh serangkaian kegiatan orientasi siswa baru. Untuk urusan seragam aku sengaja memilih sendiri agar ukurannya pas di badan, karena aku nggak mau salah ukuran lagi seperti waktu awal masuk SMP dulu. Dan aku pun juga mengubah sedikit gaya lamaku, kalau dulu waktu SMP aku sering memakai backpack, saat SMA ini aku sengaja membeli tote bag agar terlihat lebih feminin.

Setelah dimulai hari pertama kegiatan belajar, aku baru merasakan sesuatu yang beda dari diriku bahkan hidupku. Teman sebangkuku memberitahuku kalau ada cowok yang ingin kenalan denganku, saat dia menunjukkan cowok mana yang dia maksud aku langsung senyum-senyum sendiri, dan seketika itu juga dalam hati aku bergumam ternyata aku nggak jelek-jelek banget, kok.

Suatu ketika saat sepulang sekolah, aku yang saat itu sudah punya banyak teman dekat dan biasanya sebelum keluar gerbang sekolah kami berkumpul dan mengobrol sebentar. Namun, saat itu mereka seperti kompak ingin buru-buru pulang dan berpamitan padaku, saat itu sebenarnya aku sudah curiga seperti ada yang tidak biasa tapi aku tidak terlalu memikirkannya dan aku pun langsung berjalan keluar gerbang sekolah sendirian menuju arah jalan raya untuk naik angkot.

Sebelum sampai di jalan raya seorang cowok memanggil namaku dan tiba-tiba menyusulku lalu ikut berjalan di sampingku. Cowok itu satu sekolah denganku tapi kami beda kelas, dia adalah anak dari teman kerja mama. Kami sudah saling mengenal sejak SMP, kami nggak sengaja bertemu di tempat kerja mama. Karena kami seumuran maka saat itu kami saling mengobrol sebentar. Dan ternyata kami juga masuk di SMA yang sama. Tapi tak di sangka dengan pertemuan singkat itu, dia menaruh hati padaku.

Di pinggir jalan dan masih dekat dengan sekolah akhirnya dia menyatakan cintanya padaku. Sungguh tak kusangka orang pertama yang menyatakan cinta padaku adalah teman lamaku yang bahkan hanya kenal sebentar. Aku memang nggak ada hati padanya sedikitpun aku nggak tertarik dengan dia, jadi saat itu juga aku tolak dengan baik-baik. Hari-hariku ke depan, aku rasakan semakin seru.

Perubahan

Aku merasa sangat cocok dengan semua temanku di kelas. Mereka semua sangat baik dan kompak. Bahkan ada lagi cowok yang aku tahu dia sedang mencuri perhatianku, dia sering mentraktir makan dan ikut jalan dengan teman-teman dekatku. Sampai suatu ketika dia memberanikan dirinya untuk nembak aku, tapi lagi-lagi aku menolak cowok kedua itu. Entah kenapa pikiranku masih tetap memikirkan cowok yang sejak hari pertama sudah mencuri perhatianku, walaupun dia hanya ingin mengajakku kenalan dan sesekali mengajak ngobrol sebentar. Tapi justru di situlah aku makin penasaran padanya. Sekolah tetap berjalan seperti biasa namun hubunganku dengan cowok itu tak juga ada kemajuan. Mungkin hanya aku yang terlalu menaruh harapan besar, sedangkan dia semakin lama hanya terlihat sebatas ingin berteman saja.

Lulus dari SMA, aku melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi negeri di kotaku. Banyak teman sekolahku yang kuliah di luar kota, tapi aku sejak awal memang tak ada niat kuliah di luar kota. Selain malas memikirkan saat weekend harus mudik naik kendaraan umum berjam-jam di jalan, aku juga merasa enggan meninggalkan rumah lama-lama.

Aku hanya dua bersaudara, adikku saat itu masih sekolah SD. Jarak usiaku dan adikku terpaut cukup jauh, 10 tahun. Aku seringkali mengantar jemput adikku sewaktu dia sekolah atau les privat di rumah gurunya. Karena mama juga masih bekerja nggak mungkin kalau mama yang harus selalu menemani adikku. Maka itu agak berat rasanya meninggalkan rumah hanya untuk kuliah di luar kota, sedangkan di kotaku pun juga masih banyak kampus yang bagus dan banyak jadi tujuan pelajar luar kota.

Akhirnya setelah diterima di salah satu kampus di kotaku, aku lebih mempersiapkan diri agar sifat-sifat burukku di masa lalu nggak sampai jadi penghalangku untuk bersosialisasi dengan baik. Soal rambut, sebenarnya rambutku sudah tumbuh hampir kembali ke bentuk awal seperti saat masa kecilku. Tapi mama menyarankan aku untuk smoothing saja ke salon agar rambutku lebih bagus. Tanpa pikir panjang saran mama langsung aku lakukan, dan hasilnya sempurna banget benar-benar seperti yang aku inginkan selama ini.

Mama juga seakan mendukung penuh perubahanku saat itu. Mulai dari membelikanku baju-baju, tas sampai sepatu baru. Mungkin mama juga merasa kalau selama ini anaknya terlihat kucel dengan gaya yang nggak banget, apalagi sekarang dilihat aku sudah semakin dewasa dan saat kuliah juga bebas bisa berpakaian kasual tanpa ada lagi namanya seragam seperti masa-masa sekolah dulu.

Membangun Kepercayaan Diri

Saat kuliah aku merasa penampilanku benar-benar berbeda 180° dibanding waktu SMA bahkan SMP dulu. Kubuktikan saat awal masuk kuliah aku merasa mudah sekali mendapat teman. Aku dekat dengan banyak teman cewek dan cowok. Dan mulai dari masa awal kuliah itulah aku merasakan juga yang namanya pacaran. Sebenarnya aku tahu cowok yang menjadi pacar pertamaku itu tergolong tipikal bad boy tapi entah kenapa aku menerimanya saat dia nembak aku, aku rasa saat itu aku hanya ingin merasakan punya status pacaran saat awal kuliah. Benar saja hubungan pacaran itu hanya bertahan seumur jagung, lama kelamaan aku merasa ilfeel dengan sifat-sifatnya. Tapi benar-benar di luar dugaan bahwa selama kuliah aku hampir jarang menyandang status jomblo. Walaupun masa-masa pacaranku juga nggak pernah bertahan lama, mungkin paling lama bisa sampai 6 bulan saja.

Suatu ketika di rumah, saat aku membaca koran kulihat ada iklan pencarian bakat untuk para remaja di bidang foto model sampai bintang film. Iseng-iseng aku ikut pendaftarannya dan mama pun juga mendukung keinginanku itu. Aku sadar aku nggak pernah sekali pun berlatih akting, atau pun merasa punya bakat foto model.

Semua aku lakukan dengan modal nekad saja. Aku hanya ingin membuang sifat pemalu dan rasa ketidakpercayaan diriku yang sejak dulu selalu menghantui. Aku juga ingin membuktikan bahwa aku bukan lagi Nana yang dulu, si pemilik gaya kucel. Sebelum datang audisi, aku ke salon untuk make up karena saat itu aku nggak bisa make up sendiri.

Tiba saat audisi, aku benar-benar merasa diriku bisa all out di atas panggung. Aku berakting dengan sebaik mungkin, setelah hari-hari sebelumnya aku berlatih akting dengam banyak nonton sinetron di TV. Dan nggak sia-sia ternyata usahaku, aku terpilih lulus semi final audisi dan bisa melanjutkan ke tahap final di ibukota.

Bermodal doa restu mama dan tekad yang besar, aku berangkat audisi final di luar kota ditemani bibiku yang berbaik hati mau membantuku soal make up dan kostum yang akan kupakai di final audisi. Walaupun di hasil akhirnya harus kuterima bahwa namaku bukanlah termasuk nama-nama yang dinyatakan sebagai juara. Namun setidaknya aku telah membuktikan untuk diriku sendiri bahwa aku bisa melampaui garis batas kemampuanku selama ini.

Tampil di atas panggung di hadapan ratusan penonton bukanlah masalah bagiku. Saat itu aku berusia 19 tahun, dan saat itulah bagiku masa puncak usiaku di mana aku sanggup melawan segala ketakutan yang sejak dulu ada di dalam diriku. Setelahnya aku memberanikan diri mencoba melamar pekerjaan sebagai host TV lokal yang ada di kotaku yang saat itu sedang membuka lowongan part time untuk para mahasiswa atau umum.

Setelah melalui seleksi wawancara tak disangka aku dipanggil lagi datang ke kantor TV lokal itu dan diberitahukan bahwa aku diterima menjadi host untuk memandu acara remaja yang tayang setiap weekend. Dengan sangat bahagia aku terima kontrak kerja itu, apalagi aku hanya kerja saat weekend saja pas banget di hari libur kuliah jadi mama pun mengizinkan. Dengan aku menjadi host TV lokal tersebut, aku sudah merasa bangga teman-teman dan keluargaku akhirnya bisa menonton aku di tampil di TV walaupun hanya TV lokal. Ini benar-benar pembuktian aku bisa melakukan lompatan jauh dari kehidupan lamaku yang bisa dibilang hanya seorang anak cupu dengan gaya yang kucel. Aku sangat bangga dengan diriku sendiri.

#GrowFearless with FIMELA

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading