Sukses

Lifestyle

Mengenal Sosok Si Pedagang Budak Edward Colston yang Buat Inggris Meradang

Fimela.com, Jakarta Akibat kasus rasisme yang berawal di Amerika kini merambat ke berbagai penjuru dunia. Salah satunya Inggris yang juga menjalankan gerakan sosial Black Lives Matter.

Aksi demonstrasi yang dilakukan para demonstran Inggris berujung pada dibuangnya patung perunggu Edward Colston di Sungai Bristol Harbour pada Minggu (7/6/2020) waktu Inggris. Patung setinggi 5,5 meter ini sendiri sudah berada di Colston Avenue sejak 1895.

Edward Colston merupakan pedagang budak, anggota parlemen, dan filantropis Inggris. Ia menghasilkan banyak karya-karya berupa ruas jalan, sekolah, rumah tahanan, rumah sakit, hingga gereja di Bristol.

 

Memperdagangkan perempuan dan anak-anak sebagai budak

 
 
 
View this post on Instagram

Who was #EdwardColston ? (1636-1721) Colston was born into a prosperous #Bristol merchant's family and, although he lived in #London for many years, was always closely associated with the city By 1672 he had his own business in the #capital trading in #slaves, #cloth, #wine and #sugar A significant proportion of Colston's wealth came directly or indirectly from the #slavetrade In 1680, he became an official of the Royal African Company, #RAC which at the time held the monopoly in #Britain on slave trading He donated to #churches and #hospitals in Bristol, also founding two #almshouses and a school Colston also lent #money to the Bristol corporation and was a city MP for a short time Source: #BBC History/Nigel Pocock

A post shared by Bass Analog Sound Synthesis™️ (@pongtrometer) on

Untuk membangun semua karyanya itu, Edward Colston memperdagangkan puluhan ribu orang kulit hitam. Sehingga kekayaan yang ia miliki saat itu sebagian besar merupakan hasil perdagangan dan eksploitasi orang kulit hitam. Semua perdagangan yang ia lakukan terhadap orang kulit hitam berada di luar London.

Pada 1680, Edward Colston bergabung dengan perusahaan Royal African Compani yang menguasai perdagangan budak Afrika Barat. Perusahaan inipun mencap perempuan dan anak-anak sebagai budak seperti komoditas.

 

Memulai reputasi sebagai filantropis

RAC diyakini telah menjual sekitar 100ribu orang Afrika Barat di Karibia dan Amerika pada 1672 dan 1689. Dengan demikian, kekayaan Edward Colston diperoleh dari perusahaan ini untuk dikemudian dijadikan dari peminjaman uang.

Pada 1689, Edward Colston menjual sahamnya di perusahaan budah tersebut kepada William, Prince of Orange dan mulai mengembangkan reputasinya sebagai filantropis. Ia menyumbang berbagai kegiatan amal, seperti membangun sekolah dan rumah sakit di Bristol dan London.

 

Simak video berikut ini

#changemaker

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading