Sukses

Lifestyle

Sempat Sembunyikan Identitas Seksualnya, Addison Kini Temukan Pasangan Sesama Jenis dan Dapat Dukungan Keluarga

Fimela.com, Jakarta Sejak pawai di Washington untuk Hak Lesbian dan Gay pada tahun 1987, tanggal 11 Oktober diperingati sebagai National Coming Out Day, hari untuk meningkatkan kesadaran tentang orang LGBTQIA+. Proses di mana seorang LGBTQIA+ mengungkapkan jenis kelamin atau seksualitas mereka kepada orang disebut sebagai "coming out of the closet" atau yang disingkat dengan "coming out." Di Indonesia sendiri, istilah ini disebut dengan 'pecah telor.'

Di dunia ini, remaja LGB 5 kali lebih mungkin mencoba bunuh diri, daripada remaja heteroseksual, di mana 40% transgender dewasa telah mencoba bunuh diri dan pemerintah terus menyangkal dan membatalkan hak-hak yang diperoleh dengan susah payah. Hal ini menunjukkan bahwa LGBTQIA+ masih dipandang sebagai tindakan radikal.

Saat Addison Rose Vincent berusia 2 atau 3 tahun, ia berjalan di sekitar rumahnya mengenakan sepatu hak tinggi milik ibunya dan tank top milik ayahnya. Addison telah lama tertarik pada hal-hal feminin dan belum mengetahui apapun tentang identitas gay.

Ia sering membantu ibunya mengikat syal dan bermain dengan perhiasan. Addison tidak pernah berpikir ada yang salah dengan dirinya, sampai setelah ia beberapa tahun lebih dewasa, orangtuanya menjauhkannya dari ekspresi dan aktivitas feminin.

Di usia 5 tahun, Addison mulai menyadari bahwa orang lain dapat melihat sesuatu dalam dirinya yang ia sendiri belum mengerti. Addison sering diintimidasi karena terlalu feminin, terlalu lembut, terlalu gay.

Addison dibesarkan di pinggiran kota Windsor, Ontario, dan Detroit. Keluarganya memang sering berpindah-pindah antara Amerika Serikat dan Kanada selama Addison masih muda dan inilah yang menyebabkan ia sulit menjalin dan mempertahankan pertemanan.

Addison remaja mulai bereksperimen secara seksual

Addison tumbuh dalam keluarga yang kaya, sehingga ia memiliki banyak kesempatan luar biasa untuk pendidikan dan kegiatan ekstrakulikuler. Di usia 8 tahun, Addison masuk tim bisbol, tim sepak bola, tim hoki, dan ekstrakulikuler lain yang memungkinkannya untuk menyalurkan rasa frustasi dan penyangkalannya melalui aktivitas fisik.

Ia menjadi sangat kompetitif dan memandang setiap kemenangan sebagai cara untuk mengimbangi penindasan yang terus menerus dihadapinya. Addison berteman dekat dengan Adam, seorang anak laki-laki di tim bisbolnya, mereka sering nongkrong di rumah masing-masing, bermain, dan keluaga mereka menjadi dekat.

Suatu hari, Addison dan Adam berenang di kolam renang di rumahnya dan memainkan permainan yang harus memperlihatkan tubuh satu sama lain secara bertahap di dalam air. Dari situ, Addison tahu bahwa ia berbeda dan ia ingin menjadi apapun, selain itu.

Seiring bertambahnya usia, Addison berjuang dengan identitas seksual. Ia tahu bahwa dirinya tertarik pada anak laki-laki lain, namun ia menolak untuk memberi label pada perasaannya dan tidak membagikannya pada siapapun.

Addison pernah mengalami pelecehan seksual dan penyerangan terus menerus dari siswa lain ketika bersekolah di sekolah menengah khusus laki-laki di Michigan. Di usia yang ke-14 tahun, Addison mulai bereksperimen secara seksual dengan pria lain, namun terus merasa malu dan bersalah.

Pada musim panas tahun 2009, Addison berusia 16 menuju 17 tahun dan ia lelah untuk bersembunyi. Tahun itu, Addison masuk ke kelas bahasa Inggris dengan seorang guru yang dikabarkan gay.

Dengan guru tersebut akhirnya Addison mengakui bahwa dirinya adalah seorang gay. Setelah itu, Addison mendaftar ke beberapa perguruan tinggi di California, karena ia melihat negara tersebut sebagai tempat yang aman untuk menjadi gay secara terbuka.

Keluarga menerima kondisi Addison dan mendukungnya

Ia akhirnya kuliah di Universitas Chapman di Orange County. Di sanalah Addison mulai mengungkapkan siapa dirinya yang sebenarnya, walaupun ia masih belum berani bicara jujur pada ayah, ibu, dan teman-temannya di Michigan.

Di bulan Oktober ketika orangtuanya mengunjunginya, Addison memberanikan diri untuk memberitahu mereka. Ia menangis tak terkendali, bahkan tidak bisa memberitahu mereka, bahwa dirinya adalah gay.

"Kami sudah tahu dan kami sangat mencintaimu," kata sang ayah. Mereka saling memeluk dan menghibur, meminta Addison untuk berjanji agar memberitahu mereka apapun yang terjadi di masa mendatang.

Setahun kemudian, Addison belajar di luar negeri dan mulai mempelajari lebih banyak tentang identitas gender, seperti transgender dan non biner. Addison akhirnya memilih keluar sebagai transfeminine nonbinary pada tahun 2013.

Meskipun beberapa anggota keluarga besar dan teman masa kecilnya menolak identitasnya tersebut, Addison memiliki lebih banyak anggota keluarga dan teman yang menerima dan mendukungnya secara apa adanya. Saat ini, Addison telah menikah dengan Ethan, sahabatnya sendiri dan didukung oleh keluarga dan komunitas yang memberdayakannya.

Addison berharap kisah, perjalanan, dan keberadaannya dapat menguatkan orang lain agar tidak takut melakukan 'coming out.' Bagaimana menurutmu, Sahabat FIMELA?

#ChangeMaker

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading