Sukses

Lifestyle

Kegagalan Bukan Akhir dari Segalanya, sebab Hidup Tetap Layak Diperjuangkan

Fimela.com, Jakarta Kita bisa bersinar melalui setiap pilihan hidup yang kita buat dalam hidup. Baik dalam hal pendidikan, karier atau pekerjaan, dan pilihan soal impian serta cita-cita. Setiap perempuan bisa menjadi sosok tangguh melalui setiap pilihan hidup yang diambil. Seperti dalam tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories Oktober 2020: Menjadi Lady Boss Versimu ini.

***

Oleh: Geti Oktaria Pulungan

Halaman kosong di layar masih menunggu kesetiaan tuannya. Aku menyesap kopi pekat. Cangkir yang sudah kuseruput setengahnya kuletakkan di sebelah piring berisi brownies keju. Perpaduan yang cukup sepadan untuk sejengkal lambungku yang selalu berontak ketika kuajak bekerja sama.

Beberapa hari berlakangan, aku merasakan hampa. Ide-ide enggan menyapaku. Biasanya, tanpa diminta, mereka akan berseliweran di atas kepalaku. Namun kali ini mereka sadar diri, aku tengah tidak menyambut mereka dengan baik. Segelintir ide itu pun kembali mengudara, persinggahan itu urung terjadi.

Aku membuka sebuah folder di dalam benda elektronik kesayangan. Sebuah berkas yang berisi riwayat kegagalan. Terkadang tidak habis pikir, kenapa aku bisa setangguh itu? Harapan yang selalu kugantungkan, kerap membantingku ke jurang kemerosotan. Saat-saat seperti itu, api semangatku akan padam. Pada diriku hanya tersisa bara yang lekas padam karena tersirami oleh rinai kekalahan.

Retinaku menelusuri satu per satu nama naskah di sana, nyaris aku menjerit. Apakah semua yang kutulis ini sia-sia? Apakah karya-karya yang tidak dipilih oleh juri sebagai pemenang itu jelek? Apakah hasil pemikiranku akan terbuang begitu saja di tong sampah komputer?

Tegar Hadapi Kegagalan dan Penolakan

Akhir pekan lalu, mimpiku kandas menjadi salah seorang pemenang lomba menulis cerita anak, padahal yang diambil ada sepuluh orang. Peluang yang cukup baik menurutku. Minggu sebelumnya, aku harus mengalami penolakan dari novel yang kutulis dengan mati-matian. Tak terbayang lagi bagaimana penat yang kurasakan saat memikirkan jalan ceritanya. Tiga hari yang lalu, aku harus menyaksikan gejolak saat meyaksikan pengumuman pemenang artikel, untuk kesekian kalinya namaku tidak ada pada deretan itu. Mungkin linu yang terasa itulah menyebabkan sedikit rasa trauma hingga saat ini.

Aku kembali pada layar utama dan mencari sebuah folder. Aku rasa, sesuatu yang kucari tersebut dapat mengembalikan sedikit semangatku. Isi folder itu tidak banyak. Hanya seperempat dari jumlah naskah di folder kegagalan tadi. Dibandingkan sebelumnya, naskah di sini terlihat lengang. Namun, tunas mimpi dalam diriku bersemi seketika. Padahal, ia nyaris layu karena jiwa yang telah gersang.

Senyumku merekah saat melihat daftar kemenangan yang pernah diraih. Setidaknya, masih ada bukti bahwa bakat menulis ada pada diriku, tinggal diasah sedemikian rupa dan butuh proses. Cerpen, karya tulis, menulis kisah, cerita anak, dan esai. Betapa aku kurang bersyukur selama ini. Tuhan telah menunjukkan hasil kerja kerasku. Aku menyesal telah menutup mata pada kebaikan Tuhan tersebut

Aku mengaku salah. Selama ini, aku tidak sabar. Aku ingin semuanya terjadi secara instan. Nyatanya, aku butuh belajar lebih banyak lagi. Seorang penulis terkenal sekalipun, tidak akan mahir secara instan. Bahkan untuk menelurkan sebuah novel, mereka membutuhkan waktu bertahun-tahun.

Sedangkan aku, sudah berapa lama dunia ini kutekuni? Aku masih amatir dan langsung menganggap mampu. Tidak seharusnya begitu. Aku perlu banyak latihan. Aku perlu berguru pada ahli. Aku juga perlu memetik pelajaran berharga dari kisah sukses orang-orang di belahan dunia. Semoga, aku tidak menjadi seorang pecundang dalam dunia literasi, pembaca tidak butuh panutan seperti itu.

#ChangeMaker

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading