Sukses

Lifestyle

Saat Berada di Perantauan, Rindu Terberat adalah pada Ibu Tercinta

Fimela.com, Jakarta Seorang ibu menjadi sosok yang paling istimewa di hati kita. Saat menceritakan sosoknya atau pengalaman yang kita miliki bersamanya, selalu ada hal-hal yang tak akan bisa terlupakan di benak kita. Cerita tentang cinta, rindu, pelajaran hidup, kebahagiaan, hingga kesedihan pernah kita alami bersama ibu. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories November 2020: Surat untuk Ibu berikut ini.

***

Oleh: Nursittah Nasution

Assalamualaikum Mak,

Tak terasa 1,5 tahun sudah aku tak pulang. Apa kabarnya Mak? sehatkah? Bagaimana dengan asam uratnya? Masih sering sakitkah kakinya ketika berjalan? Masih sering batukkah Mak? Benar kan Mak hanya batuk biasa, bukan gejala kanker paru-paru seperti diagnosa dokter dulu? Aku rindu Mak, banyak cerita yang ingin kubagi tentang aku yang sekarang baru saja menjadi seorang ibu tanpa keberadaan suami di sisiku.

Mak ingatkah dulu waktu aku masih duduk di bangku SD, saat itu usaha ayah bangkrut dan kita terpaksa menjual rumah? Mak juga menjual cincin kawin dan beberapa perabotan yang masih memiliki nilai jual. Berbulan-bulan ayah belum juga mendapatkan pekerjaan, tapi dapur kita tetap berasap, kita semua tetap makan dan kami berenam kakak beradik tetap sekolah. Hingga suatu hari rentenir mengetuk pintu rumah kita dan Maklah yang menghadapi mereka dengan memberikan janji terakhir pelunasan utang. Jangankan kami anak-anakmu, bahkan ayah saja tidak tahu Mak bahwa Mak sudah berutang kepada lintah darat itu untuk kelangsungan hidup kita.

Mak ingatkah dulu waktu aku duduk di bangku SMP, jiwa remajaku kala itu membuatku malu mengakui dirimu sebagai ibuku hanya karena penampilan lusuh dan tuamu yang tak semodis ibu teman-temanku? Aku masih ingat Mak, hari itu hujan deras bertepatan dengan jam pulang sekolah, engkau datang menjemputku sembari membawakan payung untukku. Aku dengar bisik-bisik teman-temanku yang mengatakan betapa beruntungnya aku memiliki ibu sepertimu, yang rela menjemputku dengan berjalan kaki di tengah deras hujan. Bukannya bangga aku justru merasa malu dan mengajakmu pulang dengan terburu-buru. Maafkan aku, Mak.

 

Mak masih segar dalam ingatanku, kala itu aku sudah duduk di bangku SMA. Kebetulan aku tinggal di asrama dan hanya pulang sebulan sekali ke rumah. Hari itu karena rindu kau mengunjungiku membawa keranjang makanan kesukaanku. Bukannya menyambutmu dengan hangat dan mengajakmu ke asrama untuk istirahat sejenak, aku justru berbohong dengan mengatakan wali murid tidak diizinkan masuk ke dalam asrama sehingga hari itu pertemuan kita hanya sebatas di gerbang sekolah. Kau hanya tersenyum sembari menyerahkan keranjang makanan tersebut dan menyelipkan dua lembar 50.000 ke genggamanku. Kau berbalik menuju terminal bus dengan hati yang patah. Di balik punggungmu aku tahu kau menangis di tengah gerimis yang menderas. Mak saat itu kenapa tak kau gunakan tanganmu untuk menamparku? 

Terlepas dari sifat burukku kepadamu, rida dan doamu masih mengalir untukku hingga aku mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah di Kota Pempek. Saat merantau itulah aku baru sadar Mak betapa aku sangat menyayangimu, betapa beruntungnya aku bisa terlahir dari rahim seorang wanita sepertimu, bahwa kaulah sosok malaikat tak bersayap itu yang selama iniku abaikan.

Masih segar dalam ingatanku Mak, waktu aku pulang kampung untuk liburan semester, aku ingin ikut menemanimu belanja ke pasar tapi perkataanmu membuat dadaku sesak. Kau bertanya apa aku tidak malu berjalan beriringan denganmu, seketika aku hapus air mata yang menggenang sebelum akhirnya tumpah. Tanpa berkata-kata aku gandeng erat lenganmu dan ingin aku tunjukkan pada dunia bahwa kaulah Makku, bidadari surgaku dan malaikat tak bersayapku.

Mak, aku minta maaf atas semua sikap burukku padamu di masa lalu. Meski saat ini kita terpisah ribuan mil namun rinduku padamu tak pernah pudar. Peluk cium dari Shanum untukmu Mak, putri kecilku yang saat ini berusia 5 bulan. Pandemi covid-19 membuat kita belum bisa bertemu, sehat-sehat ya Mak di usia Mak yang menginjak 63 tahun semoga suatu hari nanti Shanum bisa memeluk dan mencium neneknya secara langsung. Tunggu aku pulang ya Mak.

Tertanda,

Putrimu yang tak pandai mencurahkan isi hati.

#ChangeMaker

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading