Sukses

Lifestyle

Senyuman Ibu Terukir Kembali saat Membuka Lembaran Hidup yang Baru

Fimela.com, Jakarta Selalu ada cerita di balik setiap senyuman, terutama senyuman seorang ibu. Dalam hidup, kita pasti punya cerita yang berkesan tentang ibu kita tercinta. Bagi yang saat ini sudah menjadi ibu, kita pun punya pengalaman tersendiri terkait senyuman yang kita berikan untuk orang-orang tersayang kita. Menceritakan sosok ibu selalu menghadirkan sesuatu yang istimewa di hati kita bersama. Seperti tulisan yang dikirimkan Sahabat Fimela dalam Lomba Cerita Senyum Ibu berikut ini.

***

Oleh:  Dian Deby Pertiwi

Selama-lama bertahun-tahun ayah sakit, ibu selalu sigap menjaganya. Aku tahu itu tidak mudah, bahkan beliau sesekali merasakan sakit akibat kata-kata atau perbuatan ayah. Aku tahu itu tidak mudah.

Alzeimer, itulah penyakit yang diderita ayahku. Sakit tak biasa yang membuat orang berubah drastis kepribadiaannya. Aku tahu ibu menderita, tapi itulah baktinya pada suami.

Dengan pergumulan kuat akhirnya ayah harus dipindahkan ke desa tempat ayah dilahirkan. Karena ayah terus menyakiti ibu secara fisik dan melalui kata-kata, karena Alzeimer yang dideritanya, untuk menghindari dua orang terluka, akhirnya mereka memutuskan untuk berpisah. Terguncang, aku sangat terpukul.

Senyuman Ibu Kembali Merekah

Entah kenapa aku menjadi sangat marah dan kecewa terhadap ibu, padahal jelas-jelas aku tahu ibu menderita. Bertahun-tahun setelah melihat kesendirian menyelimutinya, aku mulai reda. Meskipun sehari-hari ia tinggal bersama kami, aku melihat dia kesepian dan tiada lagi senyum indah itu. Hingga suatu hari seorang teman lamanya menyapa.

Aku tambah marah dan kecewa aku tak terima, ketika pria itu datang dan meminta ibu menikah dengannya. Ibu tahu aku kecewa dan dia pun lebih mementingkan perasaanku dibanding hatinya. Aku tak mau ibu bersamanya, aku menahan ibu. Cukup lama waktu berjalan, hatiku mulai luluh untuk mengizinkan ibu menikah kembali. Sebenarnya beliau ragu takut aku kecewa, dan akhirnya aku tuntun beliau dan bapak sampai di hari pernikahan.

Hari itu hari Jumat, akad nikah diwalikan secara virtual oleh kakek di kampung, yang tak bisa datang ke sini. Selama itu berlangsung ibu terus menatapku, aku tersenyum berlinang air mata. Beliau pun membalas dengan senyum sumringah dan tetesan bulir air mengalir di matanya, senyum yang telah lama hilang. Akhirnya aku melihat lagi senyum indah ibu, senyum tanpa beban. Senyum ibu yang kunantikan.

Maafkan atas keterlambatanku mengukir senyum indah itu kembali di wajahmu. Ibu, aku sungguh menyayangimu, aku menyesal telah pernah marah dan punya rasa kecewa terhadapmu, apa pun yang terjadi ibu adalah yang terbaik, teruslah hiasi wajah indahmu dengan senyuman itu. Aku sayang ibu.

#ElevateWomen

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading