Sukses

Lifestyle

Senyuman Ibu, Sumber Kekuatanku untuk Selalu Tegar Jalani Hidup  

Fimela.com, Jakarta Selalu ada cerita di balik setiap senyuman, terutama senyuman seorang ibu. Dalam hidup, kita pasti punya cerita yang berkesan tentang ibu kita tercinta. Bagi yang saat ini sudah menjadi ibu, kita pun punya pengalaman tersendiri terkait senyuman yang kita berikan untuk orang-orang tersayang kita. Menceritakan sosok ibu selalu menghadirkan sesuatu yang istimewa di hati kita bersama. Seperti tulisan yang dikirimkan Sahabat Fimela dalam Lomba Cerita Senyum Ibu berikut ini.

***

Oleh:  Linda Mustika Hartiwi

Di keluargaku, ibuku dikenal sebagai sosok yang periang dan murah senyum. Ibuku pandai membuat suasana  menjadi hidup dan penuh kegembiraan dengan candaan-candaan ibu.

Sejak kecil aku dan adik banyak menghabiskan waktu bersama ibu. Ibuku adalah pribadi sederhana yang merupakan seorang ibu rumah tangga. Ayahku seorang pegawai kantor administrasi perkebunan (karet dan kopi) dan bersama keluarga tinggal di rumah dinas. Setiap hari ibu selalu bangun pagi untuk melakukan serangkaian aktivitas seperti memasak, menyapu, mencuci, menyetrika, mengepel atau aktivitas lainnya. Semua rutinitas itu ibu lakukan karena ayahku harus berangkat kerja di kantor administrasi perkebunan dan aku juga adik harus berangkat ke sekolah di pagi hari.

Di sela kesibukannya sebagai ibu rumah tangga, ibuku juga sering menyempatkan waktu untuk menyalurkan hobi berkebun dengan menanam sayuran atau bunga yang indah berwarna warni di halaman depan rumah. Dari hobi berkebun itu, ibuku sering memasak hasil kebun seperti sayur bayam, kacang panjang, labu siam, tomat, cabai atau beragam tanaman obat keluarga (toga) antara lain kunyit, jahe dan lengkuas. Ibuku rajin merawat dan menyiram sayuran, toga dan bunga di halaman rumah. Dulu di lingkungan perkebunan sering diadakan lomba kebersihan rumah juga keindahan taman keluarga dan ibuku sering menjadi pemenangnya.

Ibuku juga mempunyai keahlian menjahit baju. Saat aku dan adik masih kecil, sangat jarang dibelikan baju baru karena ibu sering menjahit sendiri bajuku dan baju adik. Baju yang dibuat ibu untukku dan adik selalu sama modelnya namun kadang berbeda warna hingga banyak orang yang mengira aku dan adikku adalah saudara kembar. Memang aku dan adik mempunyai postur tubuh yang hampir sama walau kenyataannya aku lebih tua setahun dari adikku sehingga wajar kalau banyak yang mengatakan aku dan adikku merupakan anak kembar. Ibu juga hampir tidak pernah membeli baju baru karena ibu menjahit sendiri baju yang dikenakannya. Ibu juga menjahit baju untuk ayahku.

Selain menjahit baju sendiri untuk keluargaku, ibu juga menerima jasa menjahit baju orang lain, mulai baju anak-anak sampai baju orang dewasa. Aku masih ingat seringkali ibu menjahit sampai malam hari karena banyaknya baju-baju pesanan yang harus diselesaikan dan ibu tidak ingin mengecewakan para pelanggan.

Dengan banyaknya aktivitas yang dilakukan ibu setiap hari mulai pagi hari sampai malam hari, tidak membuat ibu mengeluh atau menggerutu. Ibu juga jarang sekali memarahi aku dan adikku karena kelalaian yang mungkin sengaja atau tidak sengaja dilakukan. Ibu selalu bersikap bijak saat menegur bila aku dan adik melakukan kesalahan dan menasehati agar tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama.

Dari kecil aku dan adikku sudah diajarkan untuk bersikap disiplin dan mandiri. Setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah, aku dan adik membantu ibu untuk merapikan tempat tidur, menyapu, mencuci baju dan piring juga mengepel. Rumah dinas perkebunan yang kami tempati merupakan bangunan yang tidak terlalu luas sehingga aku dan adik tidak pernah datang terlambat di sekolah meski masih harus membantu ibu di rumah.

Ibu yang Selamanya Kurindukan

Ibu dengan telaten mengajari aku dan adik melakukan serangkaian aktivitas yang ketika aku beranjak besar baru tahu saat ibu bercerita kalau ternyata apa yang telah kulakukan bersama adik dalam membantu pekerjaan ibu itu, diulang dikerjakan lagi oleh ibu karena mungkin masih ada kotoran di sudut rumah atau ada noda yang masih menempel di baju dan di barang pecah belah yang kubersihkan bersama adik. Ibu tidak pernah menegur dengan semua itu karena tujuan ibu untuk mengajari aku dan adik tentang pekerjaan yang bisa dilakukan sendiri dan sangat berguna untuk membiasakan berperilaku disiplin serta mandiri tanpa merepotkan orang lain.

Hobi ibu dalam berkebun dan keahlian ibu untuk menjahit baju juga membuatku mengerti tentang pengajaran pola hidup hemat karena tidak perlu membeli sayuran untuk kebutuhan makan atau baju untuk kebutuhan sandang. Berkaitan dengan pola hidup hemat ini, ibuku juga sering membuat jajanan dari bahan yang tidak mahal seperti pisang goreng, kolak ubi atau jajanan dari tepung terigu yang cukup ditambahkan air, gula dan garam lalu digoreng. Semua itu merupakan jajanan yang nikmat bagiku.

Dalam keseharian ibu juga selalu mendampingi aku dan adikku saat belajar di rumah. Kadang ibu juga mengajari bernyanyi dengan suaranya yang merdu. Ibuku termasuk salah satu penyanyi dari grup musik kolintang yang ada di perkebunan. Bakat menyanyi ini juga dimiliki adikku dan sama seperti ibuku, seringkali menyanyi untuk mengisi acara formal atau santai di banyak kesempatan.

Masih banyak lagi cerita tentang ibuku yang banyak memberikan pengajaran hidup yang kujadikan bekal kehidupan sampai aku memasuki jenjang pernikahan dan tinggal berjauhan dengan ayah dan ibu. Satu hal yang membuatku kagum saat dulu masih kecil bersama ibu atau saat aku jauh dari ibu, selalu kulihat ibu banyak tersenyum dan tidak larut dalam kesedihan atau kegundahan yang dialami.

Kuingat saat ibu memberitahu bahwa ibu sakit kanker payudara dan justru ibu menghibur untuk tidak bersedih serta tidak mengkhawatirkan keadaannya. Berita yang membuatku sangat terkejut karena ibu tidak pernah mengeluh tentang sakitnya. Ibu yang terlihat baik-baik saja karena ibu tetap ceria dengan senyum yang selalu menghiasi wajahnya. Ibu yang tabah saat menjalani operasi pengangkatan benjolan di payudara sebanyak enam kali karena benjolan yang mudah tumbuh kembali. Ibu yang kuat saat menjalani kemoterapi atau pengobatan herbal untuk melawan kanker payudara yang diderita ibu. Masih teringat saat ibu tersenyum ketika memasuki ruang operasi atau bercanda saat menjalani pengobatan herbal seakan menghibur kami untuk tidak mengkhawatirkannya. Ibu menghadapi semua itu dengan tersenyum dan mengatakan pasrah dengan kehendak Tuhan.

Senyum ibu itulah yang membuatku kuat saat menjalani operasi pembuluh darah di kaki kananku sebanyak sembilan kali akibat tertabrak motor sekitar empat tahun yang lalu. Senyum ibu juga membuatku pasrah dan ikhlas menerima takdir Tuhan saat aku harus memakai tongkat untuk beraktivitas karena keadaanku yang belum pulih pasca operasi. Senyum ibu adalah kekuatanku untuk tegar menjalani suka dan duka yang ada dalam kehidupanku. Aku harus kuat seperti ibu yang tabah waktu sakit kanker payudara.

Kini delapan tahun sudah ibu meninggalkan dunia fana ini karena sakit kanker payudara yang telah menyebar di tubuh ibu. Selalu ada rindu yang tak pernah bertepi untuk ibu. Terima kasih ibu, telah mengajarkanku untuk selalu tersenyum dan bersyukur dengan apa yang telah diberikan oleh Tuhan kepadaku. Semoga ibu damai di sisi-Nya. Amin. 

#ElevateWomen

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading