Sukses

Lifestyle

Berselingkuh dengan Pria Beristri, Ada Banyak Hati yang Akan Tersakiti

Fimela.com, Jakarta Kita semua pernah punya pengalaman atau kisah tentang cinta. Kita pun bisa memaknai arti cinta berdasarkan semua cerita yang pernah kita miliki sendiri. Ada tawa, air mata, kebahagiaan, kesedihan, dan berbagai suka duka yang mewarnai cinta. Kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories Februari 2021: Seribu Kali Cinta ini menghadirkan sesuatu yang baru tentang cinta. Semoga ada inspirasi atau pelajaran berharga yang bisa dipetik dari tulisan ini.

***

Oleh:  P

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 23.30. Aku baru saja menutup laptop setelah menyelesaikan beberapa tulisan artikel konten pesanan pelanggan. Sebuah chat masuk dari nomor yang tidak kukenal pada aplikasi WhatsApp. Mengucap salam lalu menanyakan apakah nomor ini memang milikku. Kujawab benar. Ini memang nomor WhatsAppku.

Tak banyak cerita. Dia langsung memperkenalkan diri dengan nama Bayu (hanya nama samaran). Mengaku dapat nomor WAku dari grup WA alumni SMP yang sekarang berdomisili di Jabodetabek. Jujur aku lupa siapa Bayu. Tapi kalau dia ada dalam grup alumni SMP yang berdomisili di Jabodetabek berarti teman SMPku yang sekarang tinggal dan hidup di Jakarta dan sekitarnya. Kucari jawaban dengan melihat foto profilnya. Hanya ada dua anak laki-laki yang bermuka hampir mirip dengan beda jarak umur keduanya sekitar 3 tahun.

Semenit dua menit aku masih mencoba berpikir. Tapi di menit selanjutnya aku tahu siapa Bayu. Cowok dengan perawakan tinggi, putih, dan ganteng. Minimal itu sisa ingatan tentang Bayu yang terakhir kulihat 20 tahun yang lalu. Seketika itu jantungku berdetak serabutan. Pasalnya, Bayu adalah kisah cinta pertama yang hanya mampu kusimpan rapat sampai kapanpun.

Kisah cintaku dengan Bayu sederhana saja. Terjadi saat kami berdua sama-sama duduk di kelas yang sama di kelas 2 SMP. Entah bagaimana perasaan Bayu saat itu padaku. Yang pasti, kenangan tentang Bayu selalu menghantui hingga beberapa tahun ke depan ketika kami sudah tidak lagi satu sekolah dan satu kota. Mungkin inilah yang dinamakan cinta pertama. Tidak akan mudah terhapus begitu saja meski orangnya telah pergi entah ke mana.

Bertahun-tahun aku mencintai Bayu, bertahun-tahun itu pula aku menyimpan rasa itu dengan rapat tanpa orang lain tahu. Aku sadar siapa aku. Bayu ibarat kapal mewah yang gagah mengarungi samudra. Sedangkan aku hanyalah dermaga kecil yang kumuh. Jangankan mau bersandar. Hanya sekadar melirikku pun mungkin Bayu tidak akan pernah mau. 

14 tahun umurku saat itu. Umur yang terlalu muda untuk mengenal cinta pertama. Biarpun kata orang cinta itu indah, tapi batinku justru tersiksa dengan keindahan cinta itu sendiri. Karena tak ada hal apa pun yang bisa kuperjuangkan untuk cinta pertamaku kecuali hanya diam. Mencintainya dalam diam. Menatapnya diam-diam. Bahagia diam-diam. Cemburu diam-diam. Patah hati pun diam-diam. 

Jangan tanya bagaimana perasaanku saat Bayu sedang duduk dengan perempuan lain di sekolah. Lagi-lagi tak ada yang bisa kulakukan. Kecuali menutup luka sendirian. Mencoba menahan api cemburu. Memendam sebongkah rasa kecewa. Karena ingin marahpun aku sadar, "Siapa aku?"

 

Kehadiran Sosok dari Masa Lalu

Setelah lulus sekolah dan tak pernah lagi bertemu dengannya, aku pikir akan dengan mudah melupakan Bayu. Tapi ternyata tidak. Bayangan Bayu tetap ada hingga aku mendapat gelar sarjana. Sulit tergantikan meski aku telah banyak bertemu dengan laki-laki lain. Bagaimana kabar dia pun aku tidak pernah tahu. Dia seperti hilang begitu saja tanpa ada teman yang membawa kabar tentangnya.

Benar kata orang. Lelah fisik akan mengobati lelah batin. Selepas kuliah kesibukanku bertambah banyak. Apalagi ketika aku diterima sebagai staf accounting di sebuah perusahaan permodalan asing. Tuntutan karier membuatku harus sering lembur di kantor. Perlahan tapi pasti, bayangan Bayu seperti tersapu oleh gelombang kesibukan aktivitas hingga aku bisa melupakannya. 

Tepat di tahun keenam setelah meraih gelar sarjana, seorang laki-laki teman kuliah datang mengajakku untuk menikah. Tanpa banyak pertimbangan, aku menerima lamarannya. Sejak saat itu, Bayu hanya sebatas cerita masa lalu.

Ternyata rumah tanggaku tidak seindah dan semulus apa yang dilihat orang. Tak banyak yang tau kalau aku sering cekcok dengan suami. Puncaknya adalah ketika usia pernikahan kami berada di tahun ke-6. Suami memutuskan pulang ke rumah orang tuanya sementara untuk menenangkan diri, meninggalkan aku dan anak-anak di kontrakan kecil kami.

Awalnya aku bisa bersabar dengan keadaan ini. Berharap keadaan akan menjadi lebih baik. Tapi kesabaran itu justru tergoda dengan kedatangan Bayu secara tiba-tiba dalam rumah tangga yang sudah kurasakan mirip neraka. Sejak mengirim pesan WA malam itu, Bayu intens sekali menghubungiku untuk sekadar bertanya kabar atau bernostalgia dengan kisah waktu kita masih SMP dulu.

Kedatangan Bayu seperti oase di tengah gersangnya perasaanku. Dia hadir menawarkan kebahagiaan yang nyaris tak pernah kudapatkan lagi dari suamiku. Aku suka dengan perhatian-perhatian kecilnya. Sesuatu tentang Bayu yang 20 tahun lalu kuimpikan sekarang terwujud sudah. Aku tahu dia telah menikah dan memiliki dua anak. Aku tidak peduli itu. Yang aku pedulikan hanya rasa bahagia dengan semua perhatiannya.

Parahnya  lagi, dia mengakui semua tentang perasaannya padaku 20 tahun yang lalu. Dia mengaku memiliki perasaan yang sama padaku. Tapi terlalu malu untuk mengungkapkan. Akhirnya dia memilih melakukan hal yang sama. Hanya bisa memendam cinta itu dalam diam. 

20 tahun yang lalu. Aku mencintainya diam-diam. Dan ternyata Bayu membalasnya dalam diam.

Setelah pengakuan itu, hubungan kami lewat chat WA semakin intens. Hingga akhirnya istri Bayu mengetahui dan menghubungiku dengan menggunakan nomor WA Bayu agar tidak lagi berhubungan dengan suaminya. Aku tidak membalasnya. Karena aku paham bagaimana perasaan seorang istri mengetahui suaminya sering chat dengan wanita lain.

Tak berselang lama dari chat istri Bayu, tiba-tiba Bayu memblokir WAku. Bayu juga keluar dari WA grup teman alumni SMP. Fikiranku langsung tertuju satu hal. Bayu bertengkar dengan istrinya dan memutuskan untuk memblokir semua komunikasi yang berhubungan denganku. Meski kecewa, tapi aku tidak terlalu mempermasalahkan pemblokiran WA itu. Karena aku tidak ingin menjadi penyebab ributnya Bayu dan istrinya.

Namun ternyata dugaanku salah. Bayu diam-diam membuka blokiran tersebut dan menjelaskan bahwa istrinyalah yang memblokir WAku. Dan istrinya juga yang mengeluarkan dia dari WA grup teman-teman alumni SMP dengan tujuan agar Bayu tidak bisa lagi berhubungan denganku. Tentu ini membuatku senang. Ternyata bukan Bayu sendiri yang memblokir WA itu.

 

Sempat Tergoda untuk Berselingkuh

Aku bahagia mendapatkan Bayu lagi. Bayu sering bercerita tentang rasa jenuhnya menjalani rumah tangga selama ini. Dia merasa bosan dengan istrinya. Lalu terang-terangan mengajakku menjalani hubungan di belakang dengan alasan bahwa dia masih mencintaiku. Dan ingin menebus kesalahan 20 tahun lalu saat dia tidak berani mengatakan cintanya padaku. 

Seperti namanya. Bayu ibarat air yang didatangkan Tuhan untuk menyejukkan perasan yang kering kerontang akibat badai rumah tanggaku beberapa tahun terakhir.

Awalnya aku senang dengan idenya yang jelas-jelas mengajakku berselingkuh. Meski telah bersuami, aku bisa merasakan bagaimana rasanya mendapatkan balasan atas cinta pertama yang kupendam selama ini. Hampir saja aku menerima ide gila Bayu. Hingga pada akhirnya aku tersadar kalau perbuatan itu salah.

Dari seorang teman aku mengetahui istri Bayu sedang hamil anak ketiga. Jika aku hadir sebagai orang ketiga di antara mereka, jelas ini akan melukai perasaan istrinya. Tidak. Aku tidak akan menjadi wanita sejahat itu. Meski bisa saja aku menerima ajakan Bayu berselingkuh dengan alasan aku butuh obat bagi luka rumah tanggaku, tapi menjadikan istri Bayu sebagai korban atas permasalahan rumah tanggaku jelas bukan pilihan yang adil.

Aku wanita. Bisa merasakan bagaimana jika berada di posisi istri Bayu. Ini masalah rumah tanggaku. Biarlah aku dan suamiku yang menyelesaikannya sendiri. Tanpa harus mengorbankan pihak yang memang tidak semestinya dikorbankan seperti istri Bayu.

Semenjak mengetahui kehamilan istrinya, perlahan aku menjauh dari Bayu. Meski tidak mudah, aku mencoba berkomunikasi kembali dengan suami dan memintanya untuk kembali ke rumah. Menyelesaikan permasalahan kami dengan kepala dingin. Memperbaiki apa yang harus diperbaiki. Jika memang berpisah adalah jalan terbaik agar tidak saling menyakiti, biarlah demikian. Tapi jika masih bisa diperbaiki, aku harap pernikahan ini bisa dipertahankan.

Hingga kini sudah berbulan-bulan aku menjauh dari Bayu. Tidak pernah lagi menghubunginya. Karena seharu apa pun kisah cintaku dengan Bayu, dia tetap masa lalu yang jauh tertinggal di belakang. Dan seribu kali cinta itu tetap hanya untuk suamiku.

 

#ElevateWomen

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading