Sukses

Lifestyle

Perempuan yang Mengalami Kekerasan atau Pelecehan, Bisakah Sembuh dari Trauma?

Fimela.com, Jakarta Menjadi korban kekerasan atau pelecehan akan menimbulkan trauma yang mendalam. Setiap tindak pelecehan atau kekerasan yang kita alami, sekecil apa pun itu, bisa membuat kita seakan terus dihantui mimpi buruk. Seorang perempuan yang baru mengalami sebuah peristiwa buruk seperti dilecehkan atau dilukai bisa mengalami trauma yang terus melekat dalam hidupnya.

Bisakah seorang perempuan yang mengalami kekerasan atau pelecehan sembuh dari trauma? Sebelum menjawab hal itu, mari kita pahami lebih dulu tentang apa yang terjadi pada perempuan yang jadi korban kekerasan atau pelecehan.

Gangguan Stres Pascaperistiwa Traumatis

Dampak psikis yang dialami perempuan yang menjadi korban kekerasan atau pelecehan bisa berlangsung lama. Mengutip buku Ada Serigala Betina dalam Diri Setiap Perempuan, ada penjelasna bahwa dampak psikis yang umumnya muncul biasanya dikenal dengan istilah gangguan stres pascaperistiwa traumatis (postraumatic stress disorder). Seseorang yang telah menjadi korban bisa terus dihantui peristiwa buruk yang terjadi. Bahkan bisa mengalami kesulitan bicara, hanya meneteskan air mata, sulit tidur, dan mudah terkejut. Dampak psikis cenderung akan bertahan lebih lama daripada luka-luka fisik ringan.

Ada juga istilah yang disebut stimulus generalization, yaitu menyamakan semua stimulus yang mirip dengan stimulus awal yang menimbulkan trauma. Misalnya, bagi korban pemerkosaan, melihat pria yang wajahnya mirip dengan pelaku pemerkosaan bisa menimbulkan rasa takut dalam dirinya. Atau bagi yang pernah mengalami KDRT dari suami yang selalu melecutkan ikat pinggang setiap kali marah, maka melihat ikat pinggang bisa menimbulkan rasa ngeri tersendiri. 

Selalu Ada Kesempatan bagi Perempuan untuk Bangkit dari Trauma

Proses dan perjalanan seorang perempuan untuk sembuh dari trauma bisa sangat panjang. Namun, bukan berarti tidak ada harapan sama sekali untuk bangkit dari trauma. Selalu ada cara yang bisa dipilih untuk mengatasi trauma.

Para pakar terapi trauma meyakini satu pandangan yang sama bahwa trauma can result in growth. Sebuah trauma bisa menghasilkan pertumbuhan. Sebuah peristiwa negatif bisa mendorong kita untuk berkembang dalam cara-cara yang lebih positif. 

Sebagai contoh, seorang perempuan korban KDRT bisa belajar kemandirian setelah tak lagi hidup bersama pelaku yang telah melakukan kekerasan terhadapnya. Seorang korban pemerkosan bisa lebih gigih dalam menemukan kelebihan-kelebihan dirinya yang jauh lebih berharga.

Pemulihan kondisi psikologis bisa begitu kompleks. Seorang korban pelecehan atau kekerasan bisa butuh waktu yang lama untuk sembuh dari trauma. Di sini perlu ada keterlibatan konselor, terapis trauma, hingga orang-orang terdekat untuk membantunya bangkit dan mengatasi traumanya. 

Bila ada orang terdekat kita yang menjadi korban pelecehan atau kekerasan, jangan ragu untuk mengulurkan tangan dan membantunya pulih. Atau bila kita sendiri yang pernah mengalami kekerasan atau pelecehan sehingga masih mengalami trauma yang mendalam, bisa coba untuk mencari bantuan pada orang-orang yang paling terpercaya. Semoga dengan begitu, segala bentuk trauma bisa diatasi dengan baik. 

#ElevateWomen

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading