Sukses

Lifestyle

Banyak Dipercaya, Ternyata Ini 5 Mitos Pernikahan Menurut Studi

Fimela.com, Jakarta Ada yang mengatakan bahwa idealnya pernikahahan harus diperbaiki dari sisi komunikasi dan di sisi lain ada yang berpendapat bahwa ekonomi dan derajat yang sama yang menjadi fondasi kuat dalam hubungan. Sehingga, muncul beberapa mitos atau asumsi yang berkembang di dalam masyarakat tentang pernikahan.

Seperti yang dilansir pada laman muncietherapy.com, Institut Gottman telah meneliti apa yang membuat pernikahan berhasil selama 40 tahun. Dalam artikel terbaru di Washington Post, John Gottman dan Christopher Dollard membahas lima mitos umum tentang apa yang membuat pernikahan berhasil.

Inilah beberapa mitos dalam pernikahan menurut studi. Langsung saja simak ulasannya berikut ini.

Kepentingan Bersama Membuatmu Tetap Bersama

Survei dilakukan Gottman Institute meneliti beberapa situs kencan populer menggunakan evaluasi minat yang sama untuk mencocokkan calon mitra. Survei menemukan bahwa mayoritas orang percaya bahwa memiliki minat yang sama berguna untuk perkawinan, bahkan lebih penting daripada memiliki hubungan seksual yang memuaskan atau keyakinan politik yang sama.

Namun, Gottman Institute menemukan bahwa yang penting bukanlah jumlah minat bersama, tetapi bagaimana pasangan berinteraksi saat bersama.

Jangan Tidur dalam Keadaan Marah

Nasihat umum ini mendorong pasangan untuk segera menyelesaikan masalah mereka. Namun, Institut Gottman menemukan bahwa banyak pasangan menjadi begitu terangsang secara fisiologis selama perkelahian (dibuktikan dengan peningkatan detak jantung, keringat dan kadar kortisol yang lebih tinggi).

Mereka tidak dapat berpikir secara rasional. Sebaliknya, mereka melatih pasangan untuk berhenti bertengkar jika mereka merasa kewalahan dan memilih beristirahat. Kemudian kembali pada masalah setelah itu.

Konseling Bagi Pasangan Hanya untuk Pernikahan yang Bermasalah

Mencari konseling sejak dini dalam pernikahan sering dianggap sebagai tanda bahaya yang menunjukkan adanya masalah serius. Kebanyakan pasangan menunggu enam tahun setelah permulaan masalah untuk mencari konseling. Dan pada saat itu seringkali sudah terlambat, mengingat separuh pernikahan berakhir dalam tujuh tahun pertama.

Kebanyakan orang menganggap konseling pernikahan sebagai upaya untuk menyelamatkan pernikahan yang bermasalah, tetapi sebenarnya bisa sangat bermanfaat bagi pasangan dengan konflik rendah. Konseling pasangan adalah tentang mempelajari manajemen konflik yang dapat membantu mempertahankan pernikahan.

Perselingkuhan adalah Penyebab Utama Perceraian

Perselingkuhan tentu mengikis dasar kepercayaan dalam suatu hubungan, tetapi penyebab perselingkuhan biasanya terjadi bertahun-tahun sebelumnya. John dan Julie Gottman menemukan bahwa pasangan yang berselingkuh biasanya mengeluh kesepian daripada ketertarikan terlarang.

Dalam sebuah studi dari Proyek Mediasi Perceraian, 80 persen pria dan perempuan yang bercerai menyebutkan semakin berpisah dan hilangnya rasa kedekatan dengan pasangan mereka sebagai alasan perceraian yang utama daripada perselingkuhan.

Pernikahan Mendapatkan Keuntungan dari 'Kontrak Hubungan'

Memformalkan pernikahan dalam kontrak formal maupun informal sepertinya sedang menjadi trending belakangan ini. Kontrak membahas masalah mulai dari pembagian pekerjaan rumah tangga, pekerjaan di luar rumah, dan jenis kelamin. Walaupun tampak masuk akal namun hal seperti ini bisa menjauhkan hubungan dalam rumah tangga.

Dalam penelitian terbaru terhadap 3.000 pasangan yang diterbitkan oleh Harvard Business School, solusi untuk memperebutkan pembagian tanggung jawab rumah tangga adalah dengan menghindari kontrak dan malah membelanjakan uang untuk layanan kebersihan. Ini memungkinkan pasangan untuk memiliki interaksi yang lebih positif dan lebih sedikit pertengkaran.

Demikianlah ulasan tentang beberapa mitos dalam pernikahan menurut studi. Semoga bermanfaat.

#ElevateWomen

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading