Sukses

Lifestyle

Butuh Ketegaran Hati dalam Mengikhlaskan Kepergian Orangtua untuk Selamanya

Fimela.com, Jakarta Selalu ada cerita, pengalaman, dan kesan tersendiri yang dirasakan tiap kali bulan Ramadan datang. Bahkan ada kisah-kisah yang tak pernah terlupakan karena terjadi pada bulan suci ini. Tiap orang pun punya cara sendiri dalam memaknai bulan Ramadan. Tulisan kiriman Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Berbagi Cerita tentang Indahnya Ramadan di Share Your Stories Bulan April ini pun menghadirkan makna dan pelajaran tersendiri.

***

Oleh: Ratri Wardani

Kisah ini terinspirasi dari teman dekat saya. Tentang perjuangannya menjalani kehidupan yang tidak semua orang mampu menjalaninya. Berbagai ujian ia hadapi, dikala banyak orang bersuka cita menyambut datangnya hari yang begitu mulia. Satu per satu cobaan ia lewati, meski rasanya begitu sulit, tapi ia mampu menghadapinya. Saya sungguh kagum pada kesabaran dan keikhlasannya.

Saya tulis namanya Rika (nama disamarkan). Perempuan hebat yang usianya sebaya dengan saya—kurang lebih 25 tahun. Ia adalah teman SD saya dulu. Kami cukup dekat pada masanya. Hanya karena saya harus merantau, akhirnya kami terpisah oleh jarak. Meski demikian, dengan adanya media sosial menjadikan hubungan kami tetap bisa terjaga.

Ayahnya seorang tukang ojek, sedangkan ibunya hanya ibu rumah tangga biasa. Ia memiliki seorang adik yang saat ini sudah duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Rika sudah lulus Strata-1 Jurusan Pendidikan Luar Biasa. MasyaAllah, dia punya mimpi yang besar untuk memberikan pelayanan untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus (ABK). Di tengah kondisi ekonominya yang terbatas, alhamdulillah ia bisa menyelesaikan studinya dengan jalur beasiswa Bidikmisi dari pemerintah. Rika lulus tepat waktu dengan predikat Cumlaude.

Bagi saya, dia menyandang lulusan terbaik bukanlah hal yang aneh. Semenjak kami satu sekolah, Rika memang selalu mendapatkan peringkat 5 besar di kelas. Jadi tidak heran, kalau saat ini dia lulus dari Perguruan Tinggi Negeri dengan gelar mahasiswa berprestasi. Saya sangat bangga. Rika bisa menaikkan derajat orang tuanya. Anak tukang ojek yang berprestasi di salah satu kampus terbaik di Indonesia.

Tahun kemarin, dia memutuskan untuk mendaftar Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Qodarullah, setelah melewati berbagai macam tes seleksi, ia dinyatakan lulus dan ditempatkan di sebuah kabupaten yang tidak jauh dari tempat ia tinggal. Maha Baik Allah, lagi-lagi ia mendapatkan rezeki yang diincar oleh banyak orang. Proses penerimaan itu pun tak disangka-sangka. Seharusnya, hanya 2 kandidat dengan nilai tertinggi yang diterima. Sementara Rika ada di posisi ketiga. Ternyata, kandidat nomor dua mengundurkan diri, Rika naik ke posisi nomor dua. Begitu indahnya skenario Allah dalam memberikan rezeki kepada setiap hambaNya.

 

Ujian Hidup yang Begitu Berat

Saya bisa membayangkan betapa bangganya keluarga—khususnya ayah dan ibu Rika mendapatkan kenyataan bahwa anak gadisnya menjadi PNS. Tentunya, ini juga diidam-idamkan oleh banyak orang.

Tetapi...

Kenyataan terkadang tidak selalu indah seperti yang kita harapkan. Beberapa hari setelah mendapatkan kabar baik tentang penerimaan dirinya sebagai PNS, ada kabar kurang baik yang mengiringinya. Ayahnya masuk rumah sakit. Terdengar kabar bahwa ayahnya positif Covid-19. Rika harus melakukan isolasi mandiri di rumah.

Di kampung tempat ia tinggal, ini adalah kasus Covid-19 yang pertama. Saya bisa membayangkan bagaimana rasanya. Pasti ia harus benar-benar ada di dalam rumah dan segala aktivitasnya terbatasi. Beberapa tetangga-pun pasti juga menjaga jarak.

Qodarullah, setelah beberapa pekan ayahnya dirawat, ibunya pun juga masuk rumah sakit. Menurut info, beliau juga mengidap Covid-19. Dugaan besar, infeksi ini terjadi dari klaster keluarga.

Setelah sepekan di rumah sakit, terdengar kabar bahwa Ayahnya meninggal dunia. Dia begitu terpukul dengan kenyataan bahwa anak gadis yang menginjak dewasa itu harus ditinggal oleh ayahnya. Ini berarti bahwa ia harus menggantikan peran ayahnya sebagai tulang punggung. Rika begitu tegar dan sabar. Kini, ia tinggal punya ibu dan adik laki-lakinya. Dua orang yang baginya begitu berharga dan luar biasa.

Selang satu pekan, terdengar kabar kembali bahwa kondisi Ibunya yang masih dirawat di rumah sakit mulai menurun. Aku bisa membayangkan bagaimana pikirannya begitu kalut. Keesokan harinya, dikabarkan kembali bahwa ibunya yang sekarang harus menyusul ayahnya kembali pulang ke pangkuanNya. Hidupnya pasti hancur. Dua orang malaikat yang membesarkannya kini telah tiada. Pergi bukan hanya sehari, seminggu, sebulan, atau setahun—tetapi pergi untuk selamanya. Dua orang yang selama ini selalu menjaganya, harus pulang terlebih dahulu. Dia kini harus menjadi orang tua untuk adik laki-lakinya.

Ketika mendengar kabar tersebut, saya langsung menghubungi Rika. Ucapan bela sungkawa dan harapan agar ia selalu kuat, ikhlas, dan sabar, saya kirimkan melalui pesan singkat di WA. Tak lama, ia membalas pesan WA saya dengan jawaban yang singkat. Saya memahami betul, keadaannya saat itu sedang tidak baik-baik saja. Saya harus bisa memakluminya.

Dari pengalaman hidup Rika ini, saya belajar banyak hal. Semua yang bernyawa akan kembali menghadap Sang Pencipta, entah kapan dan di mana. Dari Rika saya belajar, ia adalah gadis dewasa yang luar biasa. Bulan suci ini sungguh memberi pelajaran hidup bagi banyak orang. 

#ElevateWomen

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading