Sukses

Lifestyle

Pesan dari Masa Depan untuk Calon Pengantin Perempuan

Fimela.com, Jakarta Persiapan pernikahan seringkali dipenuhi drama. Ada bahagia, tapi tak jarang juga ada air mata. Perjalanan menuju hari H pun kerap diwarnai perasaan campur aduk. Setiap persiapan menuju pernikahan pun selalu punya warna-warninya sendiri, seperti kisah Sahabat Fimela dalam Lomba Share Your Stories Bridezilla: Perjalanan untuk Mendapat Status Sah ini.

***

Oleh:  A

Pernikahan adalah satu di antara banyak milestone kehidupan yang tidak pernah aku bayangkan akan kujalani. Masih segar dalam ingatan, ketika dalam satu sesi kuliahku, sang dosen meminta para mahasiswanya untuk membuat sebuah pohon impian. Sebuah gambar pohon dengan setiap dahannya berisi mimpi dan tujuan yang ingin dicapai di masa depan. Aku bahkan tidak sadar tidak memasukkan pernikahan ke dalam salah satu rantingnya jika teman sebangku tidak menunjuknya. It just slipped my mind.

Tapi pertemuan dengan pria yang kini telah menemaniku melewati berbagai drama kehidupan selama satu dekade ini berhasil mengubah pikiranku. Untuk pertama kalinya, aku merasa tawaran untuk menjadi istri seseorang tidak terdengar seperti sebuah lelucon konyol. Walaupun keputusan untuk menyambut tangannya saat itu adalah keputusan yang membahagiakan buatku, kalau mau jujur, hari pernikahan dan persiapannya bukanlah hari-hari bahagia bagiku saat itu.

Sebagai rakyat jelata dengan anggaran pas-pasan, persiapan pernikahan kami tentu saja tidak menggunakan jasa wedding organizer mahal yang tinggal diberi konsep dan mengerjakan semuanya tanpa kami perlu repot. Kami harus terjun langsung mencari satu per satu vendor pernikahan yang paling terjangkau dengan kualitas yang masih layak, mulai dari gedung, katering, rias, suvenir, fotografer, dan undangan. Tentu saja semua hal ini tidak hanya menguras tabungan kami, tetapi juga kewarasan dan waktu yang tidak sedikit. 

Banyak Hal yang Perlu Disiapkan

Ada banyak hal yang jika diingat-ingat sekarang benar-benar membuat kerutan di kening bertambah dan emosi membuncah. Seandainya saja aku bisa kembali ke masa lalu dengan mesin waktu, ada banyak hal yang ingin kusampaikan pada diriku saat itu agar hari yang seharusnya menjadi hari bahagia benar-benar menjadi sebuah hari yang dikenang sebagai momen sekali seumur hidup yang mengharukan, alih-alih sebuah hari yang penuh dengan wajah ditekuk.

Hal pertama yang mungkin ingin kusarankan pada sang calon pengantin wanita adalah kurangi undanganmu! Sebagai manusia yang tidak pernah nyaman di keramaian, kau mengundang terlalu banyak orang untuk ukuran gedung mini yang kalian sewa. Ya, mungkin akan berat untuk bernegosiasi dengan daftar panjang tamu undangan calon mertuamu, tetapi percayalah, lebih baik kurangi setengahnya.

Pernikahan di Indonesia seringnya memang lebih condong sebagai sebuah hari besar bagi para orang tua dan ajang pamer pencapaian orang tua ketimbang bagi pasangan yang menikah itu sendiri. Tidak terkecuali pernikahanmu. Akan ada banyak pihak yang ikut campur dalam berbagai hal yang telah kalian putuskan demi gengsi mereka, meski tak sepeser pun mereka menyumbang dana untuk acaramu. Aku tahu kau kesal pada mereka, tetapi bersabarlah, dan bangun dengan tegas boundaries-mu. Belajarlah untuk berdiplomasi tanpa membiarkan batasan-batasanmu dilanggar.

Hal selanjutnya yang harus kau perhatikan adalah vendor dokumentasi. Tim fotografer yang berkualitas itu lebih penting daripada katering yang kau dan mertua fokuskan, karena makanan akan habis di hari itu, sementara foto dan video kenangan hari itu akan selamanya ada terdokumentasikan. Kau akan menyesal mendapati foto-foto buram dan editing video yang bahkan lebih buruk daripada editing anak sekolahan.

Masih soal vendor, meskipun kau ingin menekan pengeluaran dengan tidak menyediakan band dan penyanyi, sebaiknya batalkan keinginan itu dan mulailah cari kenalan yang bisa menyanyi dan bermain musik dengan baik dan bisa memberi harga ‘teman’. Kau tidak ingin kenangan lagu favorit kalian berdua yang dinyanyikan dengan sumbang oleh penyanyi yang dipilih mepet hari H karena tekanan orang tua terekam selamanya. Rasa tidak berdaya ingin protes dari tempat duduk pengantin itu sungguh bukan pengalaman yang menyenangkan.

Hal lain yang kuharapkan kau lakukan adalah batalkan keinginanmu untuk mengenakan sunting tusuk. Catat ini baik-baik, kau akan menderita memakainya! Meskipun kau berpikir akan terlihat lebih anggun dengan sunting tusuk dan sasak rambut, seluruh fotomu akan penuh dengan ekspresi meringis dan senyum menahan rasa sakit di kepala yang seperti dijambak selusin emak-emak murka. Mengenakannya akan jadi kesalahan terbesarmu di hari itu. Jadi, lebih baik dengarkan aku.

Oh, satu lagi, hal penting yang ingin kusampaikan pada wanita dewasa yang kadang masih kekanakan itu, persiapkan ucapan terima kasih untuk orang tuamu dengan serius. Karena di balik wajah keras ayahmu, ia menyimpan cinta yang tak pernah kau tahu. Renungkan kata-katamu dengan baik, sampaikan terima kasih dengan tulus, karena kau tidak akan pernah lagi mendapatkan momen untuk menyampaikannya. Treasure the moment while it lasts.

Terakhir, aku ingin bilang pada wanita yang akan cemberut sepanjang acara resepsi pernikahannya itu, “Meskipun hari itu kau memiliki banyak ketidakpuasan, katering yang habis terlalu cepat, tamu yang terlalu banyak, musik yang buruk, dekorasi yang sedikit lusuh, dan sanak saudara yang membuatmu gila, keputusanmu untuk menikahi pria sedikit kata itu adalah keputusan paling benar yang pernah kau ambil dalam hidupmu. Dia akan jadi satu-satunya orang di dunia yang akan selalu menggenggam tanganmu semanyun apa pun bibirmu. Satu-satunya manusia yang membuatmu merasa baik-baik saja bahkan ketika semuanya tidak baik-baik saja. Jadi, tersenyumlah, hari itu adalah hari bahagiamu, dan ia layak mendapat senyumanmu.”

#ElevateWomen

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading