Sukses

Lifestyle

Sikap Ayah Ini Dulu Kuanggap Berlebihan, tapi Kusadari Itu Caranya Memberiku Rasa Aman

Fimela.com, Jakarta Membahas kisah dan cerita tentang ayah memang tak ada habisnya. Begitu banyak momen tak terlupakan yang kita miliki bersama ayah tercinta. Mulai dari momen paling bahagia hingga momen paling sedih. Setiap hal yang berkaitan dengan ayah selalu berkesan seperti tulisan kiriman Sahabat Fimela yang disertakan dalam Lomba Share Your Stories November 2021 Surat untuk Ayah berikut ini.

***

Oleh:  MD

Ayahku adalah seorang bodyguard. Bodyguard untuk ketiga anak perempuannya. Dia adalah pria yang agak overprotective di mata kami bertiga putri-putrinya. Ayah selalu mengantar jemput kami ke sekolah secara bergantian. Pasti sangat melelahkan tetapi baginya lebih aman daripada naik kendaraan umum. Dia ingin menjaga anak perempuannya agar selalu aman di samping motif tersembunyinya, menjauhkan kami dari anak laki-laki yang mencoba mendekati. Saat itu kami masih remaja dan belum diizinkan berpacaran.

Jika akan bepergian, ada semacam prosedur yang harus kami lakukan. Bukan sekadar ke mana kami akan pergi dan bersama siapa. Tetapi kami harus meninggalkan catatan berisi nama lengkap, alamat rumah, nomor telepon, dan nama orang tua dari teman yang akan pergi bersama kami. Di perjalanan, kami juga harus siaga untuk mengangkat teleponnya atau menjawab pesannya. Sampai di mana dan akan pulang jam berapa. Ayah bahkan sudah siaga menunggu di depan rumah jauh sebelum kami tiba.

 

Ayah yang Sangat Mengkhawatirkan Putri-putrinya

Dulu kami kesal dengan sikapnya yang berlebihan itu, karena belum memahami jika semua yang dia lakukan adalah demi kebaikan dan keselamatan kami.

Pernah suatu hari saat aku masih duduk di bangku SMK, aku dan seorang temanku dalam perjalanan pulang dari tempat praktik kerja industri di luar kota. Hari sudah malam dan kami tetap memutuskan untuk pulang karena keesokan harinya adalah hari raya Idul Adha. Kami ingin menghabiskan waktu bersama keluarga.

Aku dan temanku menempuh perjalanan dengan bus antarkota dan beberapa kali dioper karena sudah habis jam operasionalnya. Kami bahkan harus berjalan kaki jauh melewati pasar yang mulai asing di malam hari. Kami berdua ketakutan dan berjalan dengan cepat mengabaikan siulan dari kanan dan kiri.

Situasi saat itu pun gerimis yang mulai deras. Akhirnya kami mendapatkan angkutan umum namun sayang tidak bisa mengantar hingga terminal tujuanku. Tidak ada pilihan selain turun di persimpangan terakhir yang masih jauh dari rumah. Dua remaja perempuan, masih berseragam, di malam hari, di tempat asing dan sepi, berteduh dari hujan deras. Diam-diam kami berdua ketakutan.

 

Ayah yang Selalu Memberi Rasa Aman

Setelah beberapa saat ibu temanku datang untuk menjemputnya. Dia memintaku untuk ikut bersama mereka saja dan menginap. Aku bisa pulang esok hari, katanya. Tetapi aku bersikeras menolak.

Aku ingin pulang dan berkumpul dengan keluargaku malam itu juga. Dalam dingin, hujan, dan ketakutan itulah kulihat sebuah sepeda motor menghampiri tempat kami berteduh. Aku mengenali sosok yang tubuhnya tertutup mantel dan helm itu. Itulah ayahku yang tidak berhenti menghubungiku sampai di mana dan bersama siapa.

Aku bersikap tenang-tenang saja saat bertemu dengan ayahku. Tetapi sepanjang perjalanan, duduk di jok belakang, aku berurai air mata tanpa suara. Perasaan lega, bersyukur, aman, tetapi juga sedih, terharu, dan bahagia. Semuanya menjadi satu.

Itu hanya setitik cerita tentang ayahku.

Terima kasih Ayah sudah menjaga dan menyayangi kami selama ini. Sekarang kami sudah dewasa, giliran kami yang akan menjaga ayah. Ayah memang tidak akan menjadi semakin muda dari hari ke hari. Tetapi doa dan harapan kami, menualah dengan sehat, Ayah.

#ElevateWomen

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading