Sukses

Lifestyle

Strategi Sponsorship Dukung Lebih Banyak Perempuan Jadi Pemimpin Perusahaan, Bagaimana Penerapannya?

Fimela.com, Jakarta Tanggal 22 Desember dikenal sebagai perayaan Hari Ibu setiap tahunnya. Dalam momen tersebut, International Business Coalition with Women Empowerment (IBCWE) memaknainya sebagai Hari Perempuan Nasional, yaitu untuk merayakan semua perempuan baik yang sudah menjadi ibu, belum menjadi ibu, atau memilih untuk tidak menjadi ibu karena latar belakang dari peringatan ini adalah digelarnya Kongres Perempuan Indonesia pada tahun 1928 dan diikuti oleh seluruh perempuan dari berbagai negara.

Dalam momen perayaan untuk seluruh perempuan ini, IBCWE menggelar sebuah diskusi menarik yang bertajuk Enough with Business Case and Start with Sponsorship: Advancing Women into Leadership. Selama ini, kata pemimpin diasosiasikan dengan laki-laki, padahal perempuan harusnya juga mendapatkan kesempatan setara menjadi pemimpin dalam organisasi. Obrolan ini akan fokus pada sponsorship di tempat kerja untuk mendukung perempuan. Seperti apa sih penerapannya di lapangan?

Upaya Mendorong Keterwakilan Perempuan di Perusahaan

Diskusi yang berlangsung tepat pada 22 Desember 2021 secara virtual ini menghadirkan para panelis yang memang ahli di bidangnya masing-masing. Mereka adalah Margaret Vikta (President Director PT Adis Dimension Footware), Puni Ayu Anjungsari (Country Head of Corporate Affair Citi Indonesia) dan Subkhan (Senior Vice President of Quality, Health, and Safety Environment PT Waskita Karya Persero Tbk).

Hadir juga Shinta W. Kamdani, anggota pembina IBCWE Indonesia yang memberikan sambutannya terkait dengan diskusi tersebut.

“Perempuan memiliki peran ganda sebagai ibu dan pengasuh. Banyak perusahaan yang memberikan kesempatan yang sama untuk laki-laki dan perempuan tapi tidak melakukan kegiatan co-active lainnya. Jika perusahaan lebih aktif, perempuan akan lebih terinspirasi. Idealnya, perempuan akan memiliki mentor yang dibutuhkan untuk membantu menavigasi dan para pemimpin senior akan melihat potensi mereka dan mensponsori mereka. Tapi, ini tidak terjadi di banyak perusahaan sehingga ada kebocoran talenta di mana perempuan memutuskan untuk berhenti bekerja karena adanya peran ganda tersebut,” ungkap Ibu Shinta.

Pada tahun 2020, Organisasi Perburuhan Internasional melakukan survei ke 416 perusahaan di Indonesia dan menemukan bahwa hanya 49% yang memiliki perempuan sebagai manajer senior, dan hanya 22% yang memiliki perempuan sebagai eksekutif puncak.

Mark King, Pelaksana Tugas Penasihat Bagian Ekonomi Politik dan Investasi di Kedutaan Besar Australia mengatakan bahwa krisis membentuk pemimpin, dan COVID-19 tentu saja adalah krisis yang memungkinkan hal ini terjadi. Beberapa tahun ini telah memberi kita ujian nyata kepemimpinan untuk negara dan perusahaan, dan data menunjukkan bahwa kita berada di tangan yang baik ketika perempuan memimpin. “Oleh karena itu, penting bagi pemulihan ekonomi kawasan untuk memajukan perempuan ke posisi teratas seperti ini” singkatnya.

Mendukung Perempuan Sama Artinya dengan Mendukung Kemajuan Perusahaan

Meskipun belum banyak diterapkan perusahaan, nyatanya sudah ada organisasi atau perusahaan yang berhasil membuktikan komitmennya dalam mendukung perempuan. Seperti yang telah berjalan di Citi Indonesia selama ini.

“Buat kita di Citi Indonesia, keberagaman dan inklusivitas sudah menjadi moto kami. Kita melihat bahwa peran perempuan penting untuk kemajuan perusahaan. Semakin beragam opini dan background yang ada, maka akan semakin menguntungkan perusahaan juga karena dari sinilah ada banyak solusi dan inovasi baru. Hal ini bahkan sudah terintegerasi dalam strategi perusahaan bagaimana memajukan karyawan perempuan untuk mencegah terjadinya kebocoran talenta,” ungkap sosok yang akrab disapa Ibu Puni ini.

Hal ini pun dibuktikan lewat komposisi perusahaan. Puni menjelaskan bahwa saat ini perempuan menempati posisi persentase 59% dan sebanyak 38% masuk ke middle management. Keterwakilan ini juga harus tercermin di level paling atas, yaitu Board of Director atau BOD.

Sementara itu menurut Subkhan yang bekerja di bidang konstruksi, mungkin selama ini dianggap sebagai pekerjaan laki-laki. Tapi, kehadiran perempuan di lapangan tetap memberikan nilai lebih.

“Saat ini komposisinya 15-20% perempuan di lapangan. Kemudian manajemen melihatnya sebagai nilai tambah tersendiri. Misalnya saja saat proses investasi infrastruktur, komposisi demografi karyawan memberikan value. Ternyata ada nilai tersendiri saat assessment. Bagaimana komitmen top management memastikan managing diversity dan kesetaraan gender jalan, di situ ada nilai lebih,” jelas Subkhan.

Berbagai Kebijakan yang Terus Dijalankan

Sebagai perusahaan yang telah menerapakan dukungan kepada perempuan, baik Citi Indonesia maupun PT Waskita telah melakukan berbagai kebijakan strategis.

“Buat Citi Indonesia, keberagaman itu penting. Jadi, kebijakan akhirnya dibuat lebih konkrit lagi. Misalnya mulai dari rekrutmen harus ada kandidat minimal 2 orang perempuan, saat wawancara panelisnya harus ada komposisi perempuan jadi pengambilan keputusan lebih seimbang. Inisiatif yang terbaru adalah mentorship program. Jadi perempuan yang sudah mempunyai posisi tinggi membukakan pintu untuk rekan kerja perempuan lainnya. Selain itu juga ada Citi Indonesia Women Network yang juga memberikan dorongan kepada perempuan kalau mereka nggak harus memilih untuk di rumah atau bekerja tapi keduanya juga bisa dilakukan secara harmonis kok,” ungkap Puni kembali.

Subkhan juga menambahkan bahwa kebijakan kesetaraan gender di perusahaannya juga diterapkan di anak-anak perusahaan lainnya.

“Langkah konkrit yang dilakukan adalah kebijakan manajemen terkait kesetaraan gender, itu nomor satu. Lalu ada KPI atau Key Performance Indicator di setiap departemen yang sudah melakukan kesetaraan gender. Dalam proses assessment untuk promosi dan lain-lain juga harus clear, minimal harus memenuhi KPI 15% awalnya, nanti akan bertahap meningkat. Tapi tetap semua harus berbasis kompetensi. Nantinya juga ada evaluasi para pihak terkait seberapa besar komitmen sponsorship tadi,” jelas Subkhan kemudian.

Pengalaman Mendapatkan Sponsorship dari Pendahulunya

Menduduki jabatan sebagai President Director PT Adis Dimension Footwear, ternyata Margaret Vikta mendapatkan sponsorship dari CEO terdahulu, yaitu Bapak Harijanto. Perempuan yang akrab disapa Vikta ini menceritakan pengalamannya menjadi sosok terpilih untuk meneruskan kepemimpinan di PT Adis Dimension Footwear.

“Saat itu saya dipilih dan diberikan kesempatan. Saya masih ingat 7 tahun yang lalu Pak Harijanto pernah bilang bahwa saya harus mempersiapkan diri suatu saat nanti menjadi pemimpin Adis. Waktu itu saya belum percaya diri. Pak Harijanto tidak hanya memberikan mentorship saja tapi juga advokasi agar saya bisa menjadi seorang pemimpin. Saat itu posisi saya masih sebagai Product Creation Director,” ungkap Vikta.

Dari pengalamannya mendapatkan sponsorship, Vikta sangat mendukung program ini untuk memberikan jalan kepada perempuan lain agar bisa berkembang. Ia pun memberikan pendapat tentang apa saja yang dilakukan agar sponsorship ini bisa berhasil.

“Saya pikir yang penting adalah mengeluarkan satu kebijakan dulu yang akan menjadi tonggak. Misalnya ada kebijakan kesetaraan gender, anti diskriminasi, sampai inklusi, lalu membuatnya menjadi satu budaya. Selanjutnya nggak berhenti sampai di situ saja tapi adanya kegiatan berkesinambungan yang mendorong kesetaraan gender ini dengan upaya yang berkesinambungan,” tegas Vikta.

Wah, menarik ya obrolan tentang sponsorship di dunia kerja. Semoga bisa menginspirasi perempuan dan perusahaan lainnya agar bisa membuka kesempatan lebih luas lagi untuk perempuan agar bisa mengembangkan diri. Selamat Hari Perempuan Nasional!

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading