Sukses

Lifestyle

Menikah di Usia 21 Tahun, Kusadari Menjadi Ibu Tidaklah Mudah

Fimela.com, Jakarta Selalu banyak cinta dan hal istimewa dalam hubungan seorang anak dan ibu. Mungkin tak semuanya penuh suka cita, sebab ada juga yang mengandung duka lara. Masing-masing dari kita pun selalu punya cerita, seperti tulisan yang dikirimkan Sahabat Fimela untuk mengikuti Lomba Ungkapkan Rasa rindu pada Ibu di Share Your Stories Bulan Desember ini.

***

Oleh:  Dina Agustina

Aku menikah di usia 21 tahun, dan kini aku memiliki seorang putra lucu berusia 2,5 tahun. Sama seperti kebanyakan wanita lainnya, selain menjadi seorang ibu aku juga menjadi tulang punggung keluargaku. Suamiku hanyalah seorang kurir paruh waktu hanya dibayar Rp1.500/paket.

Ayah dan ibuku sudah tidak bekerja lagi. Mereka mengasuh anaku. Selain dari itu usia mereka sudah mulai tua sudah tidak ada pabrik yang mau menerima mereka untuk bekerja. Selain bekerja sebagai di bidang accounting aku juga berjualan online, tetapi semenjak pandemi penjualanku semakin sepi.

 

 

Perjuangan dan Pengorbanan Seorang Ibu

Rutinitas setiap hari cukup membuatku lelah, terkadang ketika ibuku membuat kesalahan aku masih sering “membentak mereka”. Anakku sangat aktif, di usianya yang ke 2,5 tahun ini aku belum bisa menjadi ibu yang baik. Aku seringkali lupa padahal apa yang paling sakit yang orang tua rasakan bukanlah melahirkan tapi dibentak oleh anak yang di lahirkannya.

Pada Hari Natal, kantor memberikan aku libur selama 2 hari, ah senang rasanya. Kali ini aku tidak akan berjualan. Aku hanya akan menjadi ibu selama 2 hari penuh.

Sedari pagi aku membereskan pekerjaan rumah dan mengurus anakku. Dia benar-benar aktif. Tidak bisa diam dan tidak mau main sendiri. Tingginya sudah 95 cm tapi tetap saja masih minta digendong.

Seketika aku tersadar dan bertanya, “Mah, dede minta gendong setiap hari?” “Iya, memang setiap hari, ketika mau tidur, ketika rewel dan ketika tiba tiba manja.”

Dengan berat badan anakku yang 13 kg dan tinggi 95 cm, ibuku sudah tidak mampu menggendongnya sebenarnya, tapi ternyata selama ini ibu tetap menggendong anakku, bahkan tidak pernah sekalipun mengeluh kepadaku. 

Menjadi Ibu Memang Butuh Perjuangan

Dua hari penuh menjadi ibu, aku benar-benar sakit kepala dibuatnya. Selain rumah yang selalu berantakan, anakku yang lucu ini juga sering membanting gelas dan mangkuk semaunya. Ketika aku pel rumah pun, air pelnya sudah penuh dengan mobil mobilan yang katanya sedang “dicuci”.

Bajunya selalu kotor, dan selain itu anakku jago menjadi angin puting beliung. Dia berputar-putar dan memukul orang yang menabraknya, saking gemasnya mungkin, ketika tantrum dia juga berguling-guling di luar kadang di tanah, di manapun dia mau. Sekali lagi, ibuku tidak pernah mengeluh.

Bukan hanya sakitnya melahirkan jasamu ibu, mengurusku hingga dewasa, membantuku mengurus anaku adalah juga perjuanganmu yang tak akan mampu aku bayar. Terima kasih kuucapkan untuk seluruh wanita hebat di luar sana, moms kamu hebat. Tidak hanya bagi ibu rumah tangga saja, ibu yang bekerja, apa pun itu kalian luar biasa.

Peluk cium untukmu ibu. Raut wajahmu sudah tua, badanmu sudah renta. Tapi anakmu tetaplah anakmu. Jasa yang tak akan bisa terbayarkan.

 

#ElevateWomen

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading