Sukses

Lifestyle

Semua Berhak Berpendidikan Tinggi, Termasuk Perempuan yang Tinggal di Desa

Fimela.com, Jakarta Setiap perempuan selalu memiliki kisahnya sendiri. Caranya untuk berjuang tentu tak sama dengan yang lainnya. Perempuan berdaya dan hebat dengan caranya masing-masing. Tiap pengalaman dan kisah pun memiliki inspirasinya sendiri seperti tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba The Power of Women: Perempuan Berdaya dan Hebat adalah Kamu berikut ini.

***

Oleh: Meliana Aryuni

"Apa enggak salah sekolah di kota? Kamu 'kan wanita!"

Pernyataan yang menohok itu seakan menjadi semangat untuk dia keluar dari desa yang  telah didiaminya selama belasan tahun. Penduduk desa banyak yang tidak percaya bahwa dia akan pergi ke kota untuk mencari ilmu. Apalagi melihat kedua orang tuanya adalah petani. Permintaan dari  gadis belia ini menjadi bahan cemoohan dari banyak warga. Namun, tekad gadis ini tetap kuat. Bahkan semangat untuk berhasil selama di kota makin besar.

Dengan berbekal semangat untuk berhasil dan mengubah anggapan itu, berangkatlah dia ke kota. Di sana dia tinggal dengan keluarga. Anggapan warga desa bahwa wanita itu tidak bisa sekolah tinggi akan segera dia hentikan. Berhasil dan membawa perubahan  menjadi keinginan di dalam hatinya. 

 

 

 

Inspirasi dari Kisah Ibu Tercinta

Kedua orang tuanya melepaskan kepergian si gadis  dengan penuh keharuan. Mereka terharu dengan keinginan anaknya. Saat itu di sana belum pernah ada wanita yang sekolah tinggi sehingga kepergiannya dilepas dengan separuh hati. Si gadis mencoba untuk menguatkan hati keduanya.

Sekolah Pendidikan Guru (SPG), yang setara SMA pun dijalaninya selama 3 tahun. Setelah menamatkan pendidikan, si gadis mengikuti ujian penerimaan guru PNS. Alhamdulillah namanya menjadi salah satu peserta yang lulus. Rasa senang sekaligus tidak menyangka karena lulus tes PNS, membuat si gadis segera pulang menemui kedua orang tuanya.

Bangga itulah kata yang diucapkan oleh kedua orang tuanya saat tahu dia lulus PNS.     Para pencemooh yang dulu memandang sebelah mata pada keinginan si gadis beberapa tahun yang lalu menjadi malu. Kelulusan si gadis telah membuka mata orang-orang desa bahwa kesempatan untuk hidup lebih baik pun berhak dimiliki oleh wanita, seperti si gadis, yang merupakan ibu kandung saya.

Begitulah kiranya anggapan orang terhadap wanita. Wanita masih dianggap tidak berhak mendapatkan pendidikan tinggi. Wanita tidak berhak untuk bekerja dan tempatnya hanya di rumah saja. Anggapan seperti itulah yang harus dihilangkan dalam masyarakat kita.

Kisah ibu saya untuk mengubah stigma masyarakat adalah contoh nyata bahwa semua yang dianggap tidak mungkin dilakukan oleh wanita menjadi sangat mungkin dilaksanakan. Bahkan sekarang penduduk desa  merelakan anak-anak perempuannya merantau untuk mengenyam pendidikan tinggi atau bekerja di kota.

Perempuan dan Pendidikan

Kesetaraan gender yang seperti ini harus ditingkatkan. Namun, dengan syarat bahwa wanita harus berjalan sesuai dengan fitrahnya. Jika seorang wanita sudah bekerja atau memiliki pendidikan tinggi, maka dia harus menempatkan dirinya sebagai wanita karier dan ibu rumah tangga. Keseimbangan antara keduanya akan menghasilkan dampak positif bagi diri dan keluarganya.

Bagi para wanita di mana pun berada, jangan pernah memilikirkan kata-kata negatif yang hanya membuatmu terpuruk dan enggan untuk bergerak. Melangkahlah, raih mimpi dan cita-citamu karena kamu berhak memilikinya. Jika kamu berhasil, maka siapa pun akan berhenti memandang remeh padamu.

 

#WomenforWomen

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading