Sukses

Lifestyle

Menghidupkan Ramadan Tahun Ini Terasa Lebih Mengharukan

Fimela.com, Jakarta Bulan Ramadan senantiasa menghadirkan banyak kenangan dan kisah yang berkesan. Baik itu suka maupun duka, haru atau bahagia, selalu cerita yang sangat lekat dengan bulan suci ini. Cara kita memaknai bulan Ramadan pun berbeda-beda. Tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories bulan April dengan tema Light Up Your Ramadan ini pun mengandung hikmah dan inspirasi yang tak kalah istimewa.

***

Oleh: Tyas Ary Lestyaningrum

Ramadhan tiba, Ramadhan tiba, Ramadhan tiba

Marhaban yaa Ramadhan

Lagu Opick ini paling pas menggambarkan suasana hati kaum muslim di Indonesia setiap awal Ramadhan. Ramadhan memang selalu dirindukan. Suka cita menyambut bulan suci ini bahkan sudah dirasakan semenjak bulan Rajab dan Sya’ban. Ibarat sajian lezat, harum aromanya tercium sudah bahkan sebelum hidangan berada di meja makan.

"Allahumma baariklana fii Rajaba, wa Sya’bana, wa balighna Ramadhana." Begitulah setiap usai majelis taklim ibu-ibu di komplek kami selalu menengadahkan tangan berharap keberkahan di bulan Rajab dan Sya’ban, serta agar usia kami disampaikan bertemu bulan suci Ramadhan.

 

Kembali Menghidupkan Masjid

Menghidupkan Ramadhan tahun ini terasa lebih mengharukan. Bagaimana tidak, setelah dua Ramadhan sebelumnya, umat Islam di berbagai belahan dunia hanya bisa beribadah masing-masing bersama keluarga di rumah dan tahun ini khususnya di Indonesia masjid-masjid telah dibuka dan umat Islam diperkenankan untuk kembali melakukan ibadah secara berjamaah.

Kalau boleh jujur, ini adalah awal mula saya kembali memasuki pintu masjid dan melakukan shalat berjamaah. Masjid bukan hanya menjadi tempat beribadah jamaah. Namun lebih dari itu masjid menjadi tempat bertemu kangen setelah sekian lama warga komplek hanya menyapa melalui aplikasi Whatsapp saja.

Ada banyak kejadian lucu, ketika bertemu dan beradu pandang kami harus sedikit mengernyitkan alis untuk saling mengenal siapa sosok di balik masker yang tiba-tiba menyapa. Saya termasuk yang cukup hafal dengan tetangga-tetangga lama. Namun dua tahun ternyata waktu yang cukup lama untuk saya menjadi terkaget-kaget dengan anak-anak mereka.

Dulu masih balita sekarang sudah SD saja. Juga rasa sedih bercampur haru mengenang beberapa sahabat dan tetangga yang dulu ikut berjamaah namun tahun ini sudah tidak berada di tengah-tengah kami karena sudah berpulang. Betapa umur memang rahasia Tuhan.

Pada bulan Ramadhan sebelum pandemi, komplek kami membagi jadwal piket menyediakan ifthar bagi warganya. Setiap bakda Ashar para ibu yang piket sudah pasti  akan sibuk menyiapkan tempat, mengatur hidangan, dan memastikan semua jamaah mendapatkan makanan. Namun tahun ini acara tersebut belum bisa dilaksanakan lagi. Hanya takjil untuk membatalkan puasa yang disajikan, itupun sudah sangat kami syukuri. Kegiatan Ramadhan memang belum diadakan namun geliatnya sudah muncul lagi.

Ramadan yang Terasa Lebih Hangat

Sedari hari pertama puasa sudah ada kejadian-kejadian lucu di rumah dan masjid. Mulai mencari peci yang hilang, hingga menyusun strategi agar mendapatkan tempat sholat yang nyaman, tidak gerah dan tidak juga terlalu berangin.

Hawa Kabupaten Bekasi yang panasnya luar biasa memang menjadi dilema. Pernah saya mendapatkan tempat yang benar-benar dekat dengan kipas angin besar di kanan kiri, dan setelahnya angin berhasil masuk ke badan yang semakin menua. Sedangkan terlalu jauh dari kipas yang terjadi adalah keringatan sekujur badan. Alhamdulillah masih bisa merasakan perut kembung dan keringat di badan hingga pada akhirnya saya berhasil menemukan posisi ternyaman. Bukan hanya dalam ujian, dalam berjamaah pun posisi rupanya cukup menentukan.

Ramadhan ini juga menjadi awal anak-anak kembali bersekolah secara offline, dan lagi-lagi sangat saya syukuri. Kegiatan ibadah jamaah di sekolah yang terjadwal rapi tentu membuat hari-hari di Bulan Ramadhan dilewati dengan lebih optimal.

Bertadarus, sholat berjamaah bersama di sekolah tentu akan lebih menyenangkan pada usia remaja seperti anak-anak saya. Meskipun tentu saja, ada kalanya anak-anak bermain game. Namun mudah-mudahan selalu pada porsinya, sekedar selingan untuk mengusir kebosanan.

Yang saya ingat betul adalah awal Ramadhan ini mereka begitu senang dengan sarung dan mukena barunya. Bukan benda-benda yang mahal memang namun sangat bermanfaat tentu saja. Dan menjelang akhir Ramadhan ini, semoga kami selalu diberi kesehatan mengingat Kakek, Nenek, Om, Tante, dan keponakan sudah menanti di kampung halaman. Semoga bukan hanya puasa yang diterima, namun silaturahmi kembali terjalin sempurna.

Anak-anak memang tidak merasakan keseruan di malam hari berparade obor di malam takbiran. Atau berjalan di waktu sahur untuk membangunkan tetangga di lingkungannya. Namun dengan banyak kemajuan setelah sekian tahun dalam pandemi, cukuplah dengan banyak bersyukur. Dan rasanya tak pantas saya meminta lebih banyak lagi.

#WomenforWomen

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading