Sukses

Lifestyle

Diary Fimela: Perjuangan Rahma Agustina Meniti Karier di Industri Teknologi Informasi yang Didominasi Pria Setelah Lulus SMK

Fimela.com, Jakarta Mengambil program studi yang didominasi pria sampai berhasil berkarier di industrinya dibuktikan Rahma Agustina. Dimulai dari mengambil jurusan Rekayasa Perangkat Lunak di SMK Raden Umar Said Kudus, hingga kini merintis karier di sebuah perusahaan softwarte terkemuka di Indonesia sebagai iOS Developer. 

Lulusan SMK binaan Djarum Foundation tersebut berbagi cerita dan mimpi yang diwujudkannya dalam talk show 'Cerita Vokasi' yang digelar di Grand City Surabaya, akhir pekan lalu. Bincang santai yang dipandu oleh Marissa Anita tersebut merupakan salah satu acara dalam ajang Vokasiland 2022 yang digelar dalam menyambut peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) 2022.

Dara berusia 20 tahun tersebut bercerita, perjuangannya dimulai tatkala ia membulatkan tekad menimba ilmu di SMK RUS. Rahma sadar, jurusan Rekayasa Perangkat Lunak bukanlah bidang studi favorit bagi kaum hawa. “Ketika saya masuk SMK RUS, di jurusan itu perempuannya cuma delapan orang dari total 25 siswa. Ini tantangan tersendiri karena sebagai wanita saya tidak ingin dipandang sebelah mata saat belajar,” bilang Rahma. 

Selain stigma bahwa wanita tidak begitu paham tentang seluk beluk dunia tekonologi, Rahma juga harus melawan pandangan umum bahwa wanita harus cepat menikah alih-alih menuntut ilmu setinggi mungkin. “Tidak banyak perempuan khususnya dari daerah saya yang memiliki kesempatan yang sama. Rata-rata dituntut orangtuanya untuk lekas nikah selepas lulus sekolah. Menurut saya, tidak boleh lagi ada pemikiran seperti itu khususnya orangtua. Sebagai perempuan kita harus mandiri dan independen,” cetus dia.

 

 

Bersaing dengan Lulusan Sarjana

Pemikiran ini yang membawa Rahma pada akhirnya tekun belajar sehingga menuai prestasi yang cemerlang. Ia tak menyia-nyiakan proses belajar yang menyenangkan di SMK RUS demi menggali potensi dan passion yang ada dalam dirinya,

“SMK RUS ini pembelajarannya sangat menyenangkan selain karena didukung dengan tools, sumber daya, device berteknologi tinggi, saya juga diberi banyak kesempatan untuk diskusi dengan guru atau mentor sehingga ketika ada kesulitan dalam belajar, saya bisa menemukan solusi yang pada akhirnya meningkatkan pengalaman saya. Pada akhirnya, inilah yang membuat saya yakin telah menemukan bakat saya di bidang ini,” Rahma menjelaskan. 

Kini, di usia yang terbilang muda, Rahma tergabung dalam tim software engineering yang pekerjaan sehari-harinya menciptakan aplikasi digital. Meski berstatus lulusan SMK, berkat berbagai pengalaman yang ia lewati semasa duduk di sekolah vokasi tersebut, pendapatan Rahma justru menyaingi pekerja bertitel sarjana. 

Apa yang dipaparkan Rahma di atas panggung turut memotivasi para pengunjung yang hadir. Salah satunya adalah Rifka dari Politeknik Negeri Malang. “Pembahasan talkshow tadi sangat menginspirasi juga memotivasi. Apalagi dengan usia yang masih terbilang muda, bisa meraih kesuksesan sesuai dengan passion. Saya pun berusaha mengaplikasikan hal tersebut karena saya juga berkecimpung di bidang teknologi,” ujarnya.

 

 

Perempuan Punya Kesempatan yang Sama

Marissa Anita, host gelar wicara yang juga lulusan sekolah vokasi jurusan pariwisata menuturkan bahwa Rahma menjadi secuplik kisah perempuan yang berjuang melawan stereotipe dan membuktikan bahwa kaum hawa harus memiliki kesempatan yang sama dalam menggapai impian, khususnya di dunia kerja.

“Tak hanya di Indonesia, di luar negeri pun rasio perempuan di dunia IT itu masih sangat sedikit. Semoga dengan adanya Rahma yang berjuang untuk berkarier di dunia teknologi ini menjadi inspirasi bagi para perempuan mematahkan anggapan bahwa ini bukan bidang mereka dan pada akhirnya sukses menjadi pekerja IT di Indonesia bahkan dunia,” bilang Marissa. 

Selain memandu acara, jurnalis yang juga berkecimpung di dunia seni peran ini juga sempat berkeliling area Vokasiland 2022 dan menyaksikan secara langsung pameran karya dan kreasi siswa vokasi. Marissa mengapresiasi program Merdeka Belajar yang diinisiasi oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi RI Nadiem Makarim yang membuat peserta didik lebih kreatif dan inovatif dalam proses belajar.

“Aku sangat suka dengan program Merdeka Belajar yang digagas Mas Menteri Nadiem Makarim. Ini beda dengan sistem pendidikan di tahun 80-90an ketika saya sekolah. Dulu siswa hanya mendengarkan, menghafal saja, yang pada akhirnya tidak menghasilkan prestasi. Sementara bila saya perhatikan program Merdeka Belajar ini mendorong siswa mencari apa passion-nya, berani menghadapi tantangan dan itu yang kita inginkan yakni melahirkan manusia-manusia berpikir dan kreatif yang terus maju menyelesaikan permasalahan,” Marissa menjelaskan. 

Senada dengan Marissa, Program Officer Bakti Pendidikan Djarum Foundation, Galuh Paskamagma mengatakan kesuksesan Rahma tak lepas dari penerapan metode Merdeka Belajar yang membuat para siswa bisa semakin eksploratif dalam mempelajari bidang studi yang mereka minati selama di duduk bangku sekolah.

“Rachma dan Risa adalah salah satu bukti nyata keberhasilan Merdeka Belajar karena mereka menempuh pendidikan di SMK yang sebelumnya telah menerapkan Merdeka Belajar lebih dulu. Semasa sekolah, mereka bebas belajar sesuai dengan minatnya, hal ini yang mendorong kreativitas dan mengasah keterampilan mereka. Jadi tidak heran, ketika mereka lulus sudah banyak industri yang memperebutkan mereka. Inilah alumni SMK yang bisa kita sebut juga sebagai Mahakarya Vokasi” tandas Galuh.

 

#WomenForWomen

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading