Teater Musikal Sangkuriang, Cerita Rakyat Legendaris dengan Rasa Baru!

Indonesia terkenal dengan banyak legenda cerita rakyat. Hampir setiap daerah dan setiap peristiwa yang terjadi memiliki cerita legenda tersendiri di baliknya. Walaupun saat ini anak-anak didominasi oleh cerita dan dongeng-dongen dari luar negeri, namun cerita rakyat masih tetap hidup dalam sebagian masyarakat Indonesia.

Adalah Sangkuriang, salah satu legenda cerita rakyat asal Jawa Barat yang terkenal. Pernah menikmati pemandangan indah di Gunung Tangkuban Perahu? Nah, Sangkuriang merupakan cerita rakyat yang ada di balik asal-usul terjadinya Gunung Tangkuban Perahu. Karena pada awalnya cerita Sangkuriang diturunkan dari generasi ke generasi melalui tuturan maka tidak perlu heran jika kamu menemukan beragam variasi cerita Sangkuriang.

Secara garis besar, Sangkuriang adalah sebuah cerita tentang seorang anak yang jatuh cinta pada Ibu kandungnya sendiri, Dayang Sumbi. Sangkuriang lahir dari rahim seorang Ibu yang cantik dengan bapak seekor anjing bernama Tumang yang sebenarnya adalah jelmaan Dewa. Namun, kali ini, Utuy Tatang Sontani melakukan sedikit perubahan dengan cerita asli Sangkuriang. Buat kamu yang belum tahu, Utuy Tatang Sontani adalah seorang penyair sastra Angkatan 45, sekelas dengan Chairil Anwar yang terkenal dengan karya Deru Campur Debu.

Dalam teater musikal yang dipentaskan di Teater Jakarta ini, Utuy mengisahkan Tumang adalah seorang budak belian yang pada akhirnya dibunuh oleh Sangkuriang karena tetap berusaha meyakinkan Sangkuriang bahwa ia adalah bapaknya. Selain itu, dalam cerita asli, Sangkuriang diceritakan jatuh cinta kepada Dayang Sumbi karena Dayang Sumbi mengusir Sangkuriang sejak kecil sehingga mereka berdua tidak saling kenal saat bertemu kembali setelah sekian lama. Namun dalam naskah drama, Utuy mengisahkan Sangkuriang adalah seorang anak yang jatuh cinta dan tergila-gila dengan kecantikan ibunya hingga menghalalkan segala cara untuk menikahi sang ibu. Tidak ingin menikah dengan anaknya sendiri, Dayang Sumbi yang diperankan oleh Sita Nursanti mengajukan beberapa syarat kepada Sangkuriang agar bisa menikahinya. Dayang Sumbi minta dibuatkan sebuah telaga dengan sebuah perahu besar yang akan dipakainya nanti untuk berlayar.

Sadar bahwa anaknya bisa memenuhi permintaannya, Dayang Sumbi pun melakukan kecurangan dengan membuat efek matahari palsu dengan membakar hutan yang ada di sekitar lokasi pembuatan perahu. Marah karena merasa ditipu oleh Dayang Sumbi, Sangkuriang menendang perahu yang sedang dibuatnya hingga terbalik dan inilah yang menjadi awal mula terjadinya Gunung Tangkuban Perahu. Walau tidak ada aktor ataupun aktris Ibukota yang ikut serta dalam pertunjukkan kali ini, namun mantan vokalis RSD (Rida Sita Dewi), Sita dan para seniman lainnya berhasil menyuguhkan sebuah tontonan yang cukup memuaskan para pencinta film dan teater musikal.

Akan tetapi, cerita teater bisa menjadi bosan dan sulit untuk dimengerti saat kamu melewati sedikit saja bagian cerita. Pasalnya, seperti yang sudah dituturkan sebelumnya bahwa Utuy Tatang Sontani melakukan sedikit perubahan pada naskah Sangkuriang yang ditulisnya pada tahun 1955 ini dari cerita asli yang beredar di masyarakat.

Hampir seluruh dialog dalam teater disampaikan dengan bernyanyi. Ada beberapa bagian dialog yang tetap disampaikan melalui tuturan, namun porsinya hanya sedikit dan tuturan selalu ada dalam setiap babak. Sebuah cerita rakyat yang pernah berjaya dalam kehidupan anak-anak di awal tahun 90-an ternyata masih bisa menarik dan cukup diminati dengan bertransformasi menjadi sebuah teater musikal. Dilengkapi dengan musik arahan Dian HP, sutradara Wawan Sofwan membuktikan bahwa cerita rakyat pun bisa bertransformasi menjadi tontonan menarik layaknya film musikal box office Les Misérables.