Sukses

Entertainment

Ketika Cinta Tak Sekadar Tentang Aku dan Kamu

foto1

Biasanya saya lebih senang membaca buku dari halaman belakang, tapi kali ini saya cukup tertarik dengan halaman awal. Ya, ketika memperoleh buku ini, saya langsung tertarik dengan chapter pertama berjudul “Nina Bobo”. Belum usai saya membaca Nina Bobo karya Rizal Iwan, tiba-tiba saja pipi sudah terasa hangat. Air mata meleleh begitu saja membasahi pipi saya. Nina seorang anak yang meninggal karena terjatuh di kolam berenang, bisa menjadi cerita yang biasa saja. Tetapi ini, Rizal Iwan mengemasnya dengan cara berbeda. Bagaimana kesedihan ayah dan ibu digambarkan dengan begitu rapi tanpa unsur dramatis tetapi mampu membuat kita merasakan kepedihan yang sangat menyayat hati dalam cerita tersebut.

“Sakitnya Nina, bagaimana menghilangkan rasa sakit ini, Nak? Aku belum cukup menjadi bapak yang baik buat Nina, Tuhan. Aku pikir kesempatanku masih banyak. Bapak ingin ikut kamu saja, Nin.”


Sambil mengucapkan doa Surat Yasin, Sang Ayah seakan berperang dengan hati yang belum siap menerima kepergian putri bungsunya. Ya, kepergian Nina ke tempat peristirahatan terakhir yang dihantar dengan lantunan Surat Yasin setelah 40 hari kematiannya mengingatkan kita betapa berharganya waktu dan betapa cinta itu perlu untuk diungkapkan, meski harus menangis sekalipun.

Setiap cerita yang dituliskan dalam buku ini dituangkan dalam kalimat yang mudah dicerna.Bahkan, ketika membaca, kita seakan bisa berada dalam posisi tokoh yang diceritakan. “Waktu Pesta Bersama Cinta” ini tak hanya memamerkan karakter-karakter yang memikat kehidupan hari ini dengan berbagai corak dan warna relasi antarmereka. Tapi juga menyuguhkan sikap kritis terhadap doktrin ke-Tuhanan, dunia psikiatri dan maskulinitas.


Seperti cerita berjudul “Titik Kecil yang Pembangkang” yang ditulis oleh Agrita Widiasari pun membuat saya terdiam. Ketika pernikahan harus berakhir dengan perceraian bukan karena perselingkuhan. Tetapi karena cinta yang terlarang, cinta Sang Suami dengan lelaki bernama Kemal.


Setelah 13 tahun menjalani hari atas pilihan hidup yang ternyata tidak bisa membohongi cinta, akhirnya atas pilihan itu pula, seorang lelaki menghembuskan nafas terakhir di hari tuanya seorang diri. Ya, sejak perpisahan untuk sebuah cinta, lelaki itu tidak pernah lagi melihat mantan istri dan anaknya yang beranjak dewasa. Bahkan, pujaan hati yang terlebih dahulu pergi, membuat Sang Lelaku tidak mampu hidup lebih lama lagi. “Bayangan Kemal, semakin dekat. Semakin dekat. Aku pulang sayang.”


Cerita-cerita dalam buku ini mampu menggambarkan kehidupan dunia di abad ke-21 dengan masalah yang dekat dengan kita. Pesan kuat yang disampaikan setelah kita melahap buku ini adalah bahwa dalam kisah yang gelap, tetap ada terbersit titik terang. Semoga Fimelova pun setuju dengan pesan para penulis tersebut. Jangan lupa untuk menyiapkan tisu ya saat mulai membuka halaman buku ini.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading