Sukses

Entertainment

Eksklusif, Daniel Mananta Makin Cinta Akting Usai Bintangi A Man Called Ahok

Fimela.com, Jakarta Film A Man Called Ahok yang sedang tayang di bioskop membuat Daniel Mananta makin eksis di dunia film. Banyak hal baru yang dipelajarinya di film ini. Meski begitu, ia tak bisa meninggalkan dunia yang membesarkan namanya, presenting.

*********

Daniel sendiri memulai kariernya menjadi seorang VJ di salah satu televisi swasta sejak 2003, serta membawakan beberapa acara yang banyak ditonton orang. Karir presentingnya membuat dirinya memenangkana Panasonic Gobel Awards 2013 untuk Kategori Presenter Talent Show setelah tiga kali mengikuti nominasi namun tidak juga menang.

Tak sampai disitu, ia pun merambah kedunia akting dengan bermain sinetron, I Love U Boss, serta menjadi dubber untuk beberapa film, seperti Despicable Me, Despicable Me 2. Rupanya, setelah membintangi sinetron tersebut, Daniel memiliki ketertarikan lebih di dunia seni peran.

 

Tahun ini, dirinya pun akhirnya menjadi pemeran utama di film terbarunya, A Man Called Ahok yang sudah tayang di bioskop pada 8 November 2018 ini. Pria kelahiran 14 Agustus itu mengaku mulai jatuh cinta dengan dunia peran. Tak hanya jtu saja, dirinya juga sepertinya sudah suka dengan dunia bisnis. Namun ia mengatakan takkan melupakan dunia yang membesarkan namanya, presenting.

Bahkan, saat diminta pilih antara ketiganya, Daniel tak mau memilih salah satu. Semuanya pun diambilnya karena dirinya memiliki beberapa alasan. Lantas apa ya?

"Pertanyaan presenter, aktor, enterpreneur, jawabannya tiga tiganya. Karena Tuhan memberikan tiga talenta dalam diri saya sampai sekarang ini ya dan saya berusaha untuk mengembangkan," ujar Daniel Mananta saat wawancara eksklusif dengan Fimela.com, beberpa hari lalu.

 

Bahkan, Daniel mengajak banyak orang untuk tidak meilih salah satu atas aoa yang dimiliki. Namun, baginya hal tersebut harus tetap dikembangkan.

"Menurut saya jangan rendah hati jadi orang ketika ditawarin yaudah kembangin. Jangan bilang pilih salah satu tapi ambil semuanya," ungkapnya.

Penasaran dengan apa yang akan dilakukan Daniel Mananta ke depan dalam pencapaian karirnya? Apakah dirinya benar-benar akan memilih semuanya? Berikut petikan wawancara secara khusus dengan Daniel Mananta.

Tantangan Jadi Ahok

Daniel Mananta bermain di film A Man Called Ahok. Film tersebut menceritakan mantan gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau lebih sering dipanggil Ahok saat masih muda, sebelum terjun ke dunia politik. Dirinya pun beradu akting dengan Deny Sumargo, Jill Gladys, Erick Febrian, Chew Kin Wah dll.

Seperti apa kamu mendalami karakter Ahok?

Jadi kalau saya riset sendiri itu dari YouTube abis-abisan, download di Youtube, pokoknya setiap hari dalam 5 menit saya bisa menjadi Ahok, dari bicaranya, pokoknya normal suara serak seperti apa. Saya juga pakai akting coach juga pas casting lagi.

Ketemu Ahok juga?

Sempet pas ketemu dia pertama kali pas hari kedua syuting. Ngobrol sama dia deh itu yang lebih gilanya lagi karena hari kedua dan pakai costum Ahok banget dengan rambut dan tompel palsu, pas ke makrobrimob kebayang gak ada Ahok asli dan Ahok palsu sebelah-sebelahan dan salam. Saat itu saya deg-degan dan pas dia lihat saya dia cuma bilang rambutnya mirip. Dan akhirnya ngobrol. Saya banyak nanya ke dia relation dia dengan sang ayah, karena pure film ini bahas tentang dia dan sang ayah. Akhirnya dia kasih tau, banyak masukan jadi yaudah.

Sosok yang menarik dari Ahok?Saya sempat riset banyak karena saya entertainer saya orang menyukai banyak mengentertain orang, udah natural banget untuk melihat orang ketawa dan saya suka mereka tertawa. Kadang saya takut mengatakan suatu yang benar. Karena kalau mengatakan kebenaran itu orang akan merasa canggung dan itu nggak enak. Dari situ belajar menjadi pak Ahok yang berani nekat aja melihat sesuatu benar, jangan macam-macam justru harus merubah pola pikir menjadi kebenaran. Pas dilihat kok berani ya dia. Pas riset ternyata keberanian itu karena kepercayaan dia kepada Tuhan. Dia ngerasa kalau Tuhan dipihak dia kenapa takut. Itu yang diterapkan kehidupan saya sekarang. Jujur saya jadi lebih berani untuk mengungkapkan sesuatu yang menurut saya itu salah. Saya menjadi lebih vokal tentang beberapa hal kalau hati berasal dari cinta.

Dampak positif?

Lebih berani.

 

Alasan mau main film ini?

Film pertama, sebagai pemeran utama. Alasan karena baca skrip nggak ngomongin politik, kedua film ini bahas cinta kepada anaknyanya, saya memang memiliki misi menyebarkan cinta, cinta terhadap Indonesia, ayah pada anak bisa menjadi platform kepada masyarakat.

Kontroversi?

Kontroversi itu selalu ada meski tidak disukai, suka dan nggak suka itu hidup. Jika saya memuaskan semua orang, maka saya adalah orang yang gagal karena mau bagaimanapun pasti ada yang nggak suka. Saya melihat pak Ahok dia mungkin kontroversi karena tidak perduli pendapat orang karena dia itu mendengarkan pendapat Tuhan. Dia melakukan banyak hal untuk mendapatkan menyenangkan hati Tuhan bukan manusia, jika dia berusaha mendapatkan menyenangkan hati Tuhan tapi proses itu tak menyenangkan hati manusia kenapa harus takut karrna Tuhan berpihak ke dia. Itu yang membuatku mau main film ini. Dari pesan itu juga aku dapatin.

 

Kesulitan?

Saya pasti dibandingkan orang aslinya karena aslinya itu dekat dengan banyak orang dan masih hidup. Itu kesulitan terbesar, meyakinkan bahwa yang di film itu saya yangvmemerankan Ahok di film ini.

Dialog sendiri?

Pasti ada beberapa aksen cara saya ngomong itu kan di mix bahasa inggris, orang urban banget jadi kayak sekarang dengar aksen pak Ahok dia tuh agak chinese dan Belitung. Dan dia mengalami proses kalau liat di Youtube, waktu dia jadi bupati kental banget aksennya, pas samlai Jakarta dia berani lu gue dan nggak. Disitu saya melihat proses seperti itu.

Kebawa tidur?

Iya banget, ngomong ke Juri malah kebawa gitu aksen Belitung nya pas keceplosan baru sadar itu bukan saya banget tuh. Kalau nyetir dengar lagu mandarin, terus suka dengerin juga YouTube dia aksen-aksen dia.

Makin Cinta Dunia Film

Mimpinya menjadi pemain pemeran utama pun suda terwujud, Daniel Mananta pun sibuk untuk mengurusi promosi film terbarunya. Meski begitu, ternyata dirinya ingin menjadi seorang di balik layar juga.

Selain film ini ada lagi?

Produserin suatu film lagi nanti cuma mau kelarin ini dulu, mau fokus A Man Called Ahok.

Aktor atau belakang layar?

Apapun yang bisa dilakukan misi cinta itu. Melalui produser, aktor, dll.

 

Menarik dunia akting?

Bisa jadi kreatif ya. Akting gaada yang salah dan nggak ada yang bener.

Presenter atau aktor?

Pertanyaan presenter, aktor, enterpreneur, jawabannya tiga tiganya. Karena Tuhan memberikan tiga talenta dalam diri saya sampai sekarang ini ya. Berusaha untuk mengembangkan. Menurut saya jangan rendah hati jadi orang ketika ditawarin yaudah kembangin. Jangan bilang pilih salah satu tapi ambil semuanya.

 

Mimpi?

Banyak banget, saya belum dapat oscar untuk best actor and best producer. Belum hangout dengan Justin Bieber.

Apa lagi yang ingin diwujudkan?

Pengen bisa lebih berani lagi dalam mengungkapkan kebenaran. Karena misi saya yang tadi itu, menyebarkan cinta damai.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading